Arsip Blog

Entri yang Diunggulkan

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Cari Blog Ini

Jumat, 01 September 2023

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

aldhy purwanto


BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Menurut Yuliani Nurani (2011: 55) masa usia dini merupakan pondasi pertumbuhan dan perkembangan awal yang selanjutnya akan berpengaruh pada tahap kehidupan berikutnya. Merujuk pada pendapat Freud dalam Muhammad Fadlillah (2012: 56) menerangkan pula bahwa perkembangan anak sejak kecil akan berpengaruh ketika anak tersebut dewasa. Pengalaman- pengalaman yang diberikan oleh pendidik dan orang tua kepada anak akan tertanam pada diri anak. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak usia dini 0-6tahun yang unik, aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif, serta senang dan kaya akan fantasi atau imajinasi. Karakteristik anak tersebut mendukung anak untuk belajar hal-hal yang ada dilingkungannya. Pemahaman tentang lingkungan dapat diterapkan pada kemampuan anak pada bidang sains.

Mengacu pada pendapat Sumaji dalam Ali Nugraha (2005: 27) yang menerangkan bahwa tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini adalah untuk mengembangkan seseorang agar dapat memahami arti dari sains secara menyeluruh dan dapat menggunakan aspek-aspek pentingnya dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Jadi pembelajaran sains hendaknya dapat memberi pemahaman, minat, dan penghargaan anak didik terhadap dunia tempat tinggal mereka.

Pembelajaran sains pada anak usia dini mendapat kendala. Salah satu masalahnya yaitu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal(Dikti, 2004). Untuk menjawab masalah tersebut dibutuhkan model pembelajaran yang tepat agar pengalaman yang diterima anak dapat berkesan sampai mereka dewasa.

Model pembelajaran bidang sains yang dapat diterapkan untuk anak usia dini yaitu pembelajaran berbasis alam. Hal ini dikarenakan isi dari pembelajaran sains berhubungan langsung dengan alam dan bersifat kongkret. Model pembelajaran berbasis alam merupakan konsep pendidikan yang kembali pada alam back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar. Pada makalah ini akan dibahas tentang pembelajaran sains pada anak usia dini.

B.  RUMUSAN MASALAH

1.    Apa pengertian sains?

2.    Apa saja tujuan pembelajaran sains?

3.    Bagaimana pembelajaran sains bagi anak usia dini?

C.  TUJUAN

Tujuan rumusan yaitu untuk mengetahui hakikat dan konsep permainan sains anak usia dini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN SAINS

Sains atau science berasal dari bahasa latin yaitu Scientia artinya pengetahuan yang tersusun atau terorganisasi secara sistematis (Nugraha, 2005:3). Conant (dalam Nugraha, 2008:3) mendefenisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain. Yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan di uji coba lebih lanjut.

Sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang ada di sekitar anak. Artinya Sains sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang alam sekitar yang merupakan proses yang berisikan teori atau konsep yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian. Sejalan dengan yang dimekukakan oleh Muiz (2008: 11.4) bahwa eksperimen atau percobaan adalah suatu kegiatan yang di dalamnya dilakukan percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut. Secara konseptual menurut Amien (dalam Nugraha, 2005:3), sains sebagai bidang ilmu alamiah dengan ruang lingkup zat dan energy yang terdapat pada makhluk hidup dan tak hidup, lebih membahas tentang alam seperti fisika, kimia, dan biologi.

B.  TUJUAN PEMBELAJARAN SAINS

Dalam taksonomi Bloom (Trianto, 2010: 142), dijelaskan bahwa, tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif) yaitu pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat dalam kehiduan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran sains juga diharapkan dapat memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi. Anak adalah ilmuan, dimana anak dilahirkan membawa sesuatu keajaiban dan dorongan rasa ingin tahu untuk menyelidiki dan mencari tahu tentang apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan dilingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, Piaget (dalam Sujiono, 1993: 54) menyatakan bahwa pengetahuan tidak hanya interaksi langsung indera dengan kenyataan, tetapi juga harus ada pemikiran tentang perubahan, untuk mendapatkan pengetahuan yang ada di alam ini dengan menggunakan percobaan/eksperimen.

Menurut Sujiono (2005:12.3) permainan sains di Taman Kanak Kanak bertujuan agar anak memiliki kemampuan:

1.    Mengamati perubahan- perubahan yang terjadi disekitarnya.

2.    Melakukan percobaan-percobaan sederhana, seperti biji buah yang ditanam akan tumbuh.

3.    Melakukan kegiatan membanding, memperkirakan, mengklasifikasikan serta meng-komunikasikan tentang sesuatu sebagai hasil sebuah pengamatan yang sudah dilakukannya.

4.    Meningkatkan kreatifitas yang keinovasian, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan alam, sehingga anak akan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih lanjut Suyanto (2005:83) mengungkapkan bahwa pengenalan sains untuk anak Taman Kanak-kanak lebih ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains dikenal dengan metode ilmiah, yang secara garis besar meliputi:

4.    observasi,

5.    menemukan masalah,

6.    melakukan percobaan,

7.    menganalisis data,

8.    mengambil kesimpulan.

Untuk anak TK keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak untuk melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda yang tidak hidup yang ada disekitarnya.

Dengan demikian, Kegiatan sains bagi anak dapat mendorong kemampuan kognitifnya. Kegiatan sains yang dikemas dan dirancang dengan baik akan membuat anak membangun pengetahuan yang lebih bermakna. Karena sains bagi anak adalah sesuatu yang menakjubkan, sesuatu yang ditemukan dan dianggap menarik serta memberikan pengetahuan atau merangsangnya untuk mengetahui dan menyelidikinya (Nugraha, 2005:14). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Piaget dalam Hildayani (2007:3.3) mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif itu meliputi kemampuan seseorang untuk merasakan dan mengingat, serta membuat alasan dan imajinasi. Muzi Marpaung (2010) mengemukakan bahwa kegiatan eksperimen merupakan pintu yang menyenangkan untuk memasuki dunia sains. Kalau dilakukan di masa kanak-kanak, maka ia berpotensi besar untuk menjadi memori masa kecil yang menyenangkan.

 Salah satu hasil penelitian menyebutkan bahwa kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50 persen. Kapasitas itu akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun. Hal Ini menunjukkan pentingnya memberikan stimulasi pada anak usia dini mengenai sains dalam keadaan bermain sesuai dengan tahapan perkembangannya. Sebab dalam kegiatan bermain tersebut dapat berisi beberapa macam situasi, di mana anak dapat menemukan dan memecahkan masalah. Bermain menyediakan kesempatan untuk menjelajah dan mengalami sendiri berbagai macam solusi pada masalah yang sebenarnya.

Tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini adalah sebagai berikut :

1.    Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.

2.    Agar anak memiliki sikap ilmiah. Hal-hal yang mendasar, misalnya : tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.

3.    Agar anak-anak mendapatkan penngetahuan dan informasi ilmiah yang lebih baik dan dapat dipercaya, artinya informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.

4.    Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

C.  PEMBELAJARAN SAINS BAGI AUD

Pembelajaran sains bagi anak memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu perkembangan kognitif pada anak usia dini. Kesadaran pentingnya pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa kita hidup pada dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus menerus bahkan makin menuju masa dewasa, semakin kompleks ruang lingkupnya, dan tentunya akan semakin memerlukan sains.

Selanjutnya permendiknas No. 58 (2009), tentang menu generik pendidikan anak usia dini, menyatakan bahwa pembelajaran sains pada anak usia dini dilakukan sebagai proses pengenalan dan penguasaan pada tahap sederhana. Oleh karena itu, pendekatan yang tepat digunakan yaitu mengintegrasikan atau menyisipkan pembelajaran sains pada program pembelajaran. Penyisipan pembelajaran sains pada program pendidikan anak usia dini dalam suasana bermain (by learning playing) merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan, sebab karakteristik anak dalam merespon sesuatu dalam makna sebagai permainan (Saepudin: 2012). Sebagaimana anak mendapatkan lebih banyak pengalaman dari dunia sekeliling mereka, mereka sering membutuhkan pertolongan dalam mengorganisasi hasil belajar yang spesifik (terarah pada suatu konsep). Beaty (Aisyah, 2011:5.33) telah mengorganisasi sejumlah pengembangan konsep yang muncul secara sistematis melalui beberapa program pengembangan kognitif pada anak usia dini yaitu antara lain: bentuk, warna, ukuran, pengelompokan dan pengurutan.

Dari semua program pengembangan tersebut dapat diarahkan melalui kegiatan sains. Jadi, guru harus meyakini bahwa setiap anak memiliki kemauan dan kemampuan sendiri untuk menemukan dan membangun pengetahuan, nilai-nilai dan pengalaman masing-masing, sehingga guru dituntut untuk merancang sekaligus melaksanakan kegiatan pembelajaran, dimana guru sebagai pembimbing, fasilitator, dan juga motivator terhadap peserta didik untuk membangkitkan kemauan dan kemampuannya dalam mencari, menemukan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan pengalaman belajarnya. Hal yang perlu menjadi landasan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah pembelajaran harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) (Trianto, 2010: 8).

Kemampuan dasar IPA di Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan jalan belajar mengamati, mengemukakan alasan, dan mengklasifikasi benda-benda yang diamati.

1.    Observasi

Pada waktu anak melakukan pengamatan atau observasi, anak belajar menggunakan fungsi panca inderanya seoptimal mungkin, seperti melihat, mendengar, mencium, merasa dan meraba. Forman dan Kruscher (1977) menyarankan empat tahap yang perlu dilakukan pada waktu anak sedang melakukan pengamatan, yaitu:

a) mengidentifikais bagian- bagian dari objek,

b) memperhatikan benda dari sudut lain,

c) membandingkan benda yang diamati dengan yang lain,

d) menghubungkan struktur yang dimiliki benda yang diamati dengan fungsi dari    objek tersebut.

2.    Mengemukakan alasan atau menjelaskan

Kemampuan mengemukakan alasan atau menjelaskan tentang peristiwa-pristiwa yang dialami, mengharuskan anak untuk berfikir, khususnya yang berkaitan dengan sebab akibat. Pada waktu anak sedang melakukan pengamatan, tanyakan kepada mereka apa yang mereka amati dengan mnegajukan berbagai pertanyaan seperti: “Apa yang kamu lihat? “Mengapa demikian?”, “bagaimana pendapatmu tentang hal itu?”

3.    Klasifikasi

Dalam melakukan kegiatan mengklasifikasi benda, objek, dan peristiwa, anak tidak hanya mengamati tetapi juga berpikir, sehingga ia dapat memilih dan meletakkan benda, objek atau peristiwa sesuai dengan klasifikasinya. Seperti benda yang dapat diklasifikasikan sebagai mainan mobil-mobilan, kuda-kudaan, boneka, gambar orang yang sedang bergembira atau orang yang sedang sedih. (Jamaris, 2006:47-480.

 

 

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang ada di sekitar anak. Artinya Sains sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang alam sekitar yang merupakan proses yang berisikan teori atau konsep yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian.

Tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif) yaitu pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat dalam kehiduan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran sains juga diharapkan dapat memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi. Anak adalah ilmuan, dimana anak dilahirkan membawa sesuatu keajaiban dan dorongan rasa ingin tahu untuk menyelidiki dan mencari tahu tentang apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan dilingkungan sekitarnya.

Pembelajaran sains bagi anak memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu perkembangan kognitif pada anak usia dini. Kesadaran pentingnya pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa kita hidup pada dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus menerus bahkan makin menuju masa dewasa, semakin kompleks ruang lingkupnya, dan tentunya akan semakin memerlukan sains.

 

 

 

 

 

 

 

 

DARTAR PUSTAKA

Abdul muiz. 2008. Heuristik dalam pemecahan masalah dan pembelajaran di sekolah dasar. Jurnal pendidikan matematika.

Ahmad Saefudin. 2012. Penerapan metode permainan menggunakan kartu kosa kata dalam pembelajaran bahasa inggris siswa kelas IV SD. Diakses dari http://jurnal. Fkip.uns.as.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/284 pada tanggal 12 maret 2015 pukul11.00 WIB. 

Aisyah, Siti, dkk. 2011. Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia dini. Jakarta: universitas terbuka.

Ali nugraha. 2008. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini. Bandung: JILSI foundation.

Andarwulan, N. Dan Faradilla, RH.F. 2012. Pewarna alami untuk pangan. Seafast Center. Bogor. http://seafast.ipb.ac.id. 16 januari 2016.

Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan pengembangan anak usia taman kanak-kanak. Jakarta: Gramedia. Hal. 47-48

Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. Hal. 150-156.

Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini. Jakarta: Depdiknas.

Sujiono, Yuliani Nurani, dkk. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks. Hal. 55

Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) Cetakan Kedua. Jakarta: Kencena. Hal 142