Tugas
Makalah Ilmu Alamiah Dasar Dan Ilmu Budaya Dasar
BUDAYA YANG MENDORONG KEMAJUAN DAN
YANG MENYEBABKAN KEMISKINAN
Program
Studi Ekonomi Islam 2 Ei C
Jurusan
Syariah Dan Ekonomi Islam
Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Sultan
Qaimuddin Kendari
DAFTAR
ISI
Bab I Pendahuluan
A. Latar
belakang
B. Rumusan
masalah
Bab II Pembahasan Budaya Yang Mendorong
Kemajuan Dan Yang Menyebabkan Kemiskinan
A. Budaya
Sebagai Sarana Kemajuan Dan Sebagai Ancaman Bagi Manusia
1. Produktivitas
2. Budaya
Membutuhkan Etika
B. Budaya
Yang Menyebabkan Kemiskinan
Bab III Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Budaya
memang sangat penting bagi kelangsungan hidup pada masa modern ini. Semua segi
dari kehidupan saat ini dipenuhi oleh budaya, mulai dari barat hingga timur
semuanya berbudaya. Namun seiring dengan perkembangan zaman banyak orang yang
tidak mau menggunakan budaya, dengan alasan budaya saat ini membawa keburukan.
Hal
di atas hanyalah salah satu pandangan beberapa orang saja. Seharusnya ketika
memandang semua masalah harus dilihat secara menyeluruh atau secara total,
karena pada hakikatnya suatu hal itu mengandung hal yang positif dan hal yang
negatif
Untuk
lebih lanjutnya, kami akan menjelaskan dalam makalah ini yang berjudul budaya
yang mendorong kemajuan dan budaya yang menyebabkan kemiskinan.
B. Rumusan
masalah
1. Mengetahui
beberapa pandangan filsuf tentang budaya
2. Mengetahui
hal-hal yang memepengaruhi budaya sehingga mendorong kemajuan
3. Apa
yang menjadi faktor sehingga budaya menyebabkan kemiskinan?
BAB
II
PEMBAHASAN
BUDAYA
YANG MENDORONG KEMAJUAN DAN YANG MENYEBABKAN KEMISKINAN
A. Budaya
Sebagai Sarana Kemajuan dan Sebagai Ancaman Bagi Manusia
Pada
abad ke-19 filsuf hegel membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan
dirinya sendiri. Dalam berbudaya manusia tidak menerima begitu saja apa yang
disediakan oleh alam, tetapi ia harus mengubahnya dengan mengembangkannya lebih
lanjut. Dengan berbuat demikian, akan
terjadi jurang antara manusia dan dirinya. Itulah yang dimaksud dengan
keterlepasan atau keterasingan yang menyebabkan terjadinya ketegangan yang terus
menerus.
Van
peursen berusaha menjelaskan hal yang serba bertentangan itu. Ia berkata
“dengan mngembangkan alam, manusia memasukkan alam ke dalam dirinya. Hal ini
hanyalah dimungkinkan apabila dia sadar bahwa dirinya berada di luar alam.
Karena manusia tidak secara otomatis menyatukan diri dengan alam (tetapi
melalui berbagai sarana) iapun berbudaya. Dengan demikian, manusia mampu
membuat ketegangan dengan alam dan dari ketegangan itu meletup api budaya.
Buadaya
memasukkan dunia ke dalam wilayah manusia, lalu menyebabkan manusia menjadi manusiawi.
Akibatnya, manusia mengolah tanah, mendirikan bangunan, mempelajari gerakan
bintang dan edaran musim. Singkatnya dunia menjadi halaman gerak manusia. Semua
mendorong manusia untuk membuat jarak dengan alam berarti mencaplok alam dari
diri manusia.
Dalam
pengalaman sejarah umat manusia, dikenal pula gejala-gejala kelelahan budaya.
Manusia mendambakan kehidupan bangsa primitif yang penuh dengan ritus, adat,
dan hiasan. Manusia mulai jemu dengan budaya yang serba melelahkan dan ingin
nikmat secara alami. Sekalipun bangsa primitifpun juga memiliki budaya, hal iti
tak begitu rumit dan melelahkan manusia. Kadang-kadang orang mengira semakin
maju budayanya, semakin banyak dosa yang dibuat. Sebaliknya, semakin primitif
budaya itu semakin suci.
Rousseau
mengajak manusia kembali ke alam (1750). Karena alam merupakan suatu yang ideal
yang harus semakin didekati dan dicapai oleh manusia.
Dalam
dunia modern, bermunculan kecenderungan manusia (kaum hippies dan ala rendra)
untuk melarikan diri dari9 budayanya dan kembali ke alam. Sehubungan dengan
itu, Klages (1930) menulis bahwa budaya merupakan bahaya bagi umat itu
sendiri. Peradaban, pabrik berasap,
udara yang penuh bunyi, lingkungan yang kotor, hutan yang semakin gundul, kediktatoran
akal, dan budi yang tamak merupakan akibat dari budaya menurut Klages.
1. Budaya
Membutuhkan Etika
Menurut Calvin, di dalam alam maupun
budaya tersembunyilah bahaya, dalam menelaah alam dan budaya, manusia menemukan
unsur dosa melihat di dalamnya. Calvin sendiri masih engakui bahwa seni itu
penting bagi kehidupan manusia, tetapi penanganannya harus dilakukan secara
sederhana saja.
Hoenderdaal menyimpulkan bahwa budaya
merupakan bagian dari kehidupan manusia, baik sebagai hala yang berharga
sehingga harus dikerjanya, maupun sebagai yang tak berharga sehingga harus
dijauhi. Budaya harus kita dekati, tetapi jika gegabah memandangnya, hal itu
akan mengancam kelestarian kita sendiri.
Budaya manusia dapat menaklukkan alam,
tetapi budaya juga dapat merusak alam. Alam dan budaya merupakan dua kutub yang
saling memerlukan dan memberi ruang kehidupan bagi manusia. Budaya yang meluas
dan meningkatkan seperti halnya yang terdapat pada ilmu, cenderung membahayakan
manusia sendiri yang menciptakannya.
Untuk berkembangnya ruang hidupyang
manusiawi, tidak dapat ditempuh dengan yang mengagungkan budaya saja atau
dengan alamiah saja. Kedua-duanya harus ditempuh bersama, yakni alam dan budaya
dimana budaya itu sendiri tidak boleh ditumbuhkan dengan tekhnik, tetapi harus
dihayati dalam cakupan ilmu, etika, dan seni.
Sehubungan dengan itu, filosof prancis
Albert Schweizer mengatakan bahwa
mengembangkan budaya tanpa etika pasti membawa kehancuran. Oleh sebab itu, dianjurkannya agar kita memperjuangkan
unsur etika di dalam mendasari budaya.
2. Produktivitas
Kemajuan teknologi merupakan salah satu
sisi untuk meningkatkan produktivitas, sisi yang lain adalah penambahan modal
dan tenaga kerja akan menambah kuantitas output produksi. Artinya, bila
sejumlah modal atau tenaga kerja dilibatkan dalam proses suatu produksi, akan
dihasilkan tambahan hasil produksi sejumlah tertentu.
Semakin banyak tenaga kerja yang
dipergunakan, semakin meningkat pula produksi. Hanya saja apabila penggunaan
tenaga telah mencapai puncaknya, dalam arti penambahan tenaga kerja sudah tidak
efektif lagi, diperlukan penambahan modal.
Begitu pula sebaliknya, sejumlah modal
hanya dikerjakan oleh tenaga kerja di bawah batas yang diperlukan, sehingga
modal itu belum berproduksi sesuai dengan kapasitasnya. Jadi, ada keterkaitan
anatara modal dan tenaga kerja sebagai faktor-faktor produksi. Untuk memperoleh produktifitas yang maksimal
digunakan faktor-foktor produksi (modal, sumber daya manusia, sumber daya alam)
secara maksimal pula, tanpa mengabaikan pertimbangan antara faktor produksi
itu. Apabila tidak digunakan sesuai dengan kapasitasnya, modal akan menguarangi
keuntungan, karena modal mengalami penyusutan. Begitu juga sumber daya manusia
apabila tidak dipergunakan akan menimbulkan masalah-masalah sosial, di samping
juga upah aset yang tidak produktif.
Untuk menaikkan produktifitas barang
modal adalah dengan menggunakan teknologi modern, dan untuk meningkatkan
produktifitas sumber daya manusia adalah dengan pendidikan, latihan, serta alih
teknologi. Banyak sekali sumber daya manusia yang tidak produktif hanya karena
mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Untuk itu, pendidikan dan latihan
yang berorientasi pada perwujudannya manusia mandiri sangat diperlukan.
B. Kemiskinan
Kemiskinan
sering diidentifikasikan dengan kekurangan, terutama kekurangan bahan pokok
sperti pangan, sandang, papa. Dengan perkataan lain, kemiskinan merupakan
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan poko sehingga ia mengalami keresahan,
kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya (Siswanto, 1988). Kemiskinan
bagaikan penyakit yang harus diberantas. Namun upaya memberantas tidak selalu
membawa hasil karena masalah memang kompleks.
Untuk
mengatasi kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari konteks masalahnya.
Kemiskinan timbul dari beberapa faktor yang setiap faktornya memerlukan
penanganan khusus.
1. Terbatasnya
Sumber Daya Alam
Sumber daya alam pada hakikatnya adalah
karunia Tuhan. Sumber daya alam adalah semua benda yang merupakan hadiah alam,
baik yang dipergunakan dalam proses produksi. (Seolistijo, 1984).
Sumber daya alam bukanlah pilihan atau
buatan manusia tetapi sudah tersedia di bumi, dan manusia dapat mengambil
manfaat darinya. Tanah yang subur atau kaya bahan tambangnya, misalnya bukanlah
dibuat atas kehendak manusia. Kalau sumbur daya alam seseorang atau bangsa,
tentu negera yang miskin sumber daya alam akan berusaha untuk membuatnya.
Sumber daya alam ini merupakan salah satu ukuran kekayaan suatu bangsa atau
negara. Walaupun begitu bukan berarti bahwa bangsa atau negara yang menyimpan
banyak sumber daya alam akan menjadi makmur. Tentu tidak, hal ini masih
memerlukan pengolahan yang baik. Pengolohan yang kurang baik, selain tidak
dapat memberikan manfaat yang optimal, juga tidak dapat dilestarikan dan
diwariskan kepada generasi berikutnya.
Sumber daya alam ini, ada yang dapat depertbaharui seperti
kekayaan hutan yang berupa flora dan faunannya . dan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui seperti bumi, emas, nikel, baja, dan sebagainya,
sehingga untuk kelestariaanya sumber daya alam ini perlu adanaya keonverensi
dan aturan untuk mengelola sumber daya alam ini.
Pengelolaan yang baik akan memberikan
kemakmuran, sedangkan kemakmuran merupakan ukuran tingkat kesejahteraan suatu
bangsa.
2. Terbatasnya
Sumber Daya Manusia
Bahwa sumber daya alam tidak dengan sendirinya menjadi sediaan
yang langsung bermanfaat untuk menutupi kebutuhan hidup manusia. Banyak sumber
daya alam yang memerlukan pengolahan. Tentu dalam hal ini manusia sebagai subjeknya
harus mampu mengolahnya. Sumber daya alam yang tidak pernah dijamah oleh
manusia, selamanya tiak akan pernah memberi manfaat. Kelangkaan sumber daya
manusia ini pada suatu daerah atau negera menyebebkan sumber daya alamnya tidak
dapat dikelola dengan sempurna.
Di daerah atau negara yang sumber daya manuasianya
sedikit walaupun kaya sumber daya alam, ia tetap tidak menikmati sumber daya
alam itu. Sebagai contoh, daerah luar jawa yang tanahnya subur dan kaya akan
sumber daya alam, tidak dapat menberikan mafaat yang optimal karena belum
dikelola dengan baik. Untuk mengelola sumber daya alam itu, diperlukan tenaga
manusia maka dengan transmigrasi sumber
daya alam itu dapat dikelola dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia.
3. Terbatasnya
barang Modal
Terbatasnya barang modal menyebabkan
suatu bangsa tidak tepat berbuat banyak. Kalau suatu negara cukup kaya sumber
daya alam dan cukup tersedia sumber daya manusia, tetapi apabila tidak mempunyai barang modal,
kekayaannya itu belum siap belum bisa diambil manfaatnya. Karena barang modal
merupakan alat untuk mengelola kekayaan yang dimiliki. Bagaimana sumber daya
manusiaanya dapat berbuat kalau alamnya tidak ada? Barang modal sebagai faktor
produksi. Harus ada disamping sumber sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Hilangnya salah satu dari ketiga komponen itu mengebabkan tidak berjalannya
produksi.
4. Rendahnya
Produktivitas
Kemiskinan suatu negara dapat disebabkan
oleh rendahnya produktivitas sumber daya manusia dan barang modal. Sumber daya manusia
yang dimilikinya tidak mampu banyak berbuat untuk mengejar ketinggalanya dari
negara maju, karena memang produktivitasnya sangat rendah. Bagitu juga kondisi
barang modal yang dimiliki sangat sederhana sehingga produktifitasnya sangat
rendah. Bagi negara yang produktivitas sumber daya manusia dan barang modalnya
sangat rendah, tentu sulit untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan rakyatnya,
sehingga ia selalu berada dalam kekurangan. Agar sumber daya alam itu tidak
musnah seperti bahan tambang yang tidak diperbaharui, penggunaanya diataur pada
batas-batas tertuntu agar tidak habis dalam waktu yang relatif singkat. Adapun
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dapat dijaga kelaestariaanya,
misalnya, dengan mengadakan reboisasi dan konverensi. Peladang yang berpindah-pindah
yang menebangi hutan sengat merugikan dari segi konservasi lahan karena dapat
menyebabkan erosi, harus ditekan dengan
memukimkan mereka pada tempat yang tetap.
Binatang dan tumbuh-tumbuhan yang sudah
mulai langka diupayakan untuk dikonverensikan dicagar alam atau suaka alam.
Upaya ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memelihara
kelestarian spesies dan gen yang pada masa mendatang sangat diperlukan.
Punahnya suatu kelompok baik itu dari binatang atau tumbuh-tumbuhan mengakibatkan
rusaknya ekosistem yang pada gilirannya dapat merugikan kehidupan manusia
dimasa mendatang.
Disamping itu dengan kemajuan
bioteknologi tumbuh-tumbuhan maupun binatang diharapkan dapat menyumbangkan
gen-gennya bagi keperluan rekayasa genetika. Dari gen tersebut, diupayakan
pengembangan sumber daya alam yang lebih unggul dibandingkan induknya, baik
melalui pengembangan dari jenis yang sama maupun dengan cara silang
(pengembangan gen dari jenis berbeda).
5. Rendahnya
pendidikan
Sering kali kesejahteraan suatu bangsa
diukur dengan tingkat pendidikan rakyatnya. Dinegara maju tingkat pendidikan
rekyat cukup tinggi, sebaliknya dinegara miskin tingkat pendidikan rakyat
sangat rendah. Itulah sebabnya, sumber
daya manusianya tidak mempungai keahlian atau keterampilan yang cukup berperan
dalam pengembangan bangsanya. Usaha untuk meningkatkan keterampilan atau
kecakapan rakyatnya melalui pendidikan, tidak akan pernah tersedia
tenaga-tenaga trampil dan berkemampuan untuk menggerakkan bangsa dan negaranya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada abad ke-19
filsuf hegel membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya
sendiri. Dalam berbudaya manusia tidak menerima begitu saja apa yang disediakan
oleh alam, tetapi ia harus mengubahnya dengan mengembangkannya lebih lanjut.
Dengan berbuat demikian, akan terjadi
jurang antara manusia dan dirinya. Itulah yang dimaksud dengan keterlepasan
atau keterasingan yang menyebabkan terjadinya ketegangan yang terus menerus,.
Budaya yang
dapat memajukan manusia di karenakan faktor disiplin ilmu, etika dan seni.
Sehingga dalam berinteraksi manusia dapat beretika, meningkatkan produktifitas,
menguarangi kemiskinan, meningkatkan pendidikan. Adapun budaya yang menyebabkan
kemiskinan diantaranya disebabkan oleh terbatasnya sumber daya alam,
terbatasnya sumber daya manusia, terbatasnya barang modal, rendahnya
produktivitas dan rendahnya pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Mawardi, Drs. Hidayar Nur, Ir., Ilmu
Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar. CV. Pustaka Setia, Bandung,
2000
Mustafa Ahmad, Ilmu Budaya Dasar, Usaha
Nasional. Surabaya, 1998
http://education-all.blogspot.com/2011/12/budaya-yang-mendorong-kemajuan-dan-yang_9440.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar