Arsip Blog

Entri yang Diunggulkan

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Cari Blog Ini

Kamis, 05 Juni 2014

Reliabilitas

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Reliabilitas sebetulnya merupakan sifat yang ada pada data atau skor yang dihasilkan oleh instrumen, namun untuk memudahkan reliabilitas dapat dikatakan merupakan sifat dari insrumen juga reliabilitas bukanlah bersifat dikotomis, tetapi merupakan rentangan yang biasnya dinyatakan dengan bentuk angka 0 (0) sampai 1 (satu). Dengan demikian kurang tepat kiranya kalau dipertanyakan apakah suatu instumen itu memiliki reliabilitas atau tidak, akan tetapi tepatnya adalah suatu instrumen dapat menghasilkan data atau skor yang memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau tidak. Suatu instrumen memiliki tingakat reliabilitas yang tinggi, sedang, atau rendah.
.Hampir sama dengan pengertian tersebut, bahwa keberadaan reliabilitas tiada semata-mata brupa dua pilihan, reliabel atau kah tidak reliabel, akan tetapi merupakan rentang yang berjenjang dari tingkat yang paling tinggi sampai tingkat yang palinng rendah. Reliabilitas tingkat paling tinggi yang secara statistik ditulis sebagai 1,00 yang menandakan adanya keajegan mutlak tanpa perbedaan dan penyimpangan sedikitpun Karena pentinganya reliabilitas dalam evaluasi maka pemakalah mencoba akan mengambil judul reliabilitas.
A.    Rumusan Masalah
1.      Apakah Reliabilitas itu ?
2.      Bagaimanakah Tehnik penilaian reliabilitas tes ?
3.      Bagaimana Tingkat reliabilitas suatu instrumen atau tes ?
4.      Apakah Reliabilitas Tes Acuan Patokan ?
5.      Apakah Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian reliabilitas
Arti Reliabilitas Bagi Sebuah Tes Kata realibilitas diambil dari bahasa Inggris reliability dari kata asalal reli. able yang artinya dapat dipercaya.
Reliabilitas diartikan dengan keajekan (konsistensi) bila mana tes tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapa hasil korelasi yang signifikan.
Ada juag yang mengartikan dengan keandalan (reliability) artinya ketetapan/ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes/alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi yang dipentingakan disini adalah ketelitian sejauh mana tes/alat tersebut dapat dipercaya kebenarannya.
Sudah dikatakan dalam persyaratan tes, bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.[1]
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilain tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya terhadap siswa yang sama. Misalnya siswa kelas V pada hari ini di tes kemampuan matematikanya. Minggu berikutnya siswa tersebut di tes kembali. Hasil dari ke dua tes relatif sama. Sungguhpun demikian, masih mungkin terjadi ada perbedaan hasil untuk hal-ha tertentu akibat faktor kebetulan, selang waktu, atau terjadinya perubahan pandangan siswa terhadap soal yang sama. Jika itu terjadi, kelamahan terletak pada tes itu, yang tidak memiliki kepastian jawaban atau meragukan siswa. Dengan kata lain, derajat reliabilitasnya masih rendah.
B.     Tehnik Reliabilitas tes
Kandalan suatu tes dinyatakan dengan coefisient of reliability (r), yaitu dengan jalan mencari korelasi misalnya:
1.      Tehnik ulangan
Mencari reliabilitas suatu tes dengan tehnik ulangan ialah dengan jalan memberikan tes tersebut kepada sekelompok siswa dalam dua kesempatan yang berlainan. Misalnya suatu tes diberikan kepada grup a. selang tiga hari atau seminggu kemudian tes tersebut diberikan lagi kepada grup a dengan syarat- syarat tertentu (misalnya soal soal dalam tes tidak dibicarakan selama waktu antara itu, situasi tempat dibuat sama dan  sebagainya ). Skor yang diperoleh siwa pada periode pertama dikorelasikan dengan skor yang mereka peroleh dalam periode kedua. Besar kecilnya koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan reliabilitas dari tes tersebut.[2]



Contoh:

Siswa
Tes Pertama
Tes Kedua
Skor
Rengking
Skor
Rengking
A
15
3
20
3
B
20
1
25
1
C
9
5
15
5
D
18
2
23
2
E
12
4
18
4
Walaupun tampak skornya naik, akan tetapi kenaikannya dialami oleh semua siswa.[3]
2.      Reliabilitas bentuk ekuivalensi
Sesuai dengan namanya ekivalen, maka tes evaluasi hendak diukur reliabilitasnya dibuat identik dengaan tes acuan. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaliknya mempunyai karakteristik yang sama. Karakteristik yang dimaksud misalnya mengukur variable yang sama, struktur yang sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama. [4]
Jadi tes ini juga terdiri atasdua tes yang disusun dalam bentuk yang berbeda tapi berdasarkan spesifikasi derajat kesukaran yang seimbang. Dengan demikian murid akan dihadapkan kepada dua jenis (yang pararel) pada saat yang sama. Reliabilitas pengukuran kedua bentuk ini diperoleh dengan jalan mengkorelasikan skor-skor hasil kedua pengukuran[5]
            Jika dibandingka dengan tehnik ulangan, tehnik bentuk ini lebih menguntungkan karena:
a.       Item- item yang digunakan tidak sama, sehingga pengaruh latihan dapat dihindarkan.
b.      Tidak adanya tenggang waktu maka perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tes boleh dikatakan tidak ada. Misalnya faktor situasi tes, administrasi, pengawasan dan sebagainya.[6]
3.      Tehnik belah dua
Dalam tehnik ini, tes yang telah diberikan kepada sekelompok subyek dibelah dua bagian. Kemudian tiap-tiap bagian diberikan skor secara terpisah. Ada dua prosedur yang dapat digunakan untuk membelah dua suatu tes yaitu:
a.       Prosedur ganjil genap, artinya seluruh item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu kelompok, dan seluruh item yang bernomor genap menjadi kelompok yang lain.
b.      Prosedur secara random, misalnya dengan jalan lotre, atau dengan jalan menggunakan table bilangan random. [7]
Kelemahan penggunaan  metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya meggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Disebut juga single-test-sinle-method.[8]
Contoh:
Untuk mengetahui reliabilitas tes harus digunakan rumus sperman-brown sebagai berkut  
 
dimana
r = kirelasi antara skor-skor setiap belahan tes.
r11=koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan.
Reliabilitas
Contoh:
Korelasi antara belahan tes= 0,60
Maka reliabilitas tes =  
            Banyak pengguna metode ini salah membelah hasil tes pada waktu, menganalisis. Yang mereka lakukan adalah mengelompokan hasil separo subjek peserta tes dan separo yang lain kemudian hasil kedua kelompok ini dikorelasikan. Yang benar adalah membelah item atau butir soal. Tidak akan keliru kiranya bagi pemakai metode ini harus ingat bahw banyaknya butir soal harus genap agar dapat dibelah[9]
C.    Tingkat reliabilitas suatu instrumen atau tes
Tingkat reliabilitas suatu instrumen atau tes dipengaruhi oleh banyak hal antara lain:
1.      Jumlah butir soal, banyaknya soal pada suatu instrumen ikut mempengaruhi derajat reliabilitasnya, dengan semakin banyaknya soal-soal maka tes yang bersangkutan cenderung untuk menjadi semakin reliabel, sebagaimana yang dinyatakan dalam rumus spearmen-brown.
Hubungan antar jumlah butir dengan rekiabilitas dapat dilihat pada keadaan berikut:
Jumlah Butir Reliabilitas

5 0,20
10 0,33
20 0,50
40 0,67
80 0,80
160 0,89
320 0,94
640 0,97
Gambaran diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkatan reliabilitas instrumen, semakin sedikit peningakatan yang terjadi akibat pelipat gandaan butirnya. Gejala yang terlihat dari pemakaian rumus tersebut akan berlaku apabila dua asumsinya terpenuhi, yaitu
a.       Butir-butir instrumen yang ditambahkan tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan butir-butir yang sudah ada, misalnya tidak lebih mudah atau lebih sulit.
b.      Subjek yang mengisi instrumen atau mengerjakan test tersebut tidak terpengaruh secra psikologis dengan bertambahnya jumlah butir-butir, misalnya tidak menjadi lelah dan lain sebagainya.
2.      Homoginitas soal test, soal yang memiliki homoginitas yang tinggi cenderung mengarah kepada tingginya tingkat reliabilita. Dua buah test yang sama butirnya akan tetapi berbeda isinya, misalnya yang satu mengukur pengetahuan kebahasaan dan yang lainya mengukur kemampuan fisika akan menghasilkan tingkat reliabilitas berbeda. Test fisika cederung menghasilka tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada test kebahasaan karena dari segi isi kemampuan menyelesaikan soal fisika lebih homogen daripada pengetahuan kebahasaan.
3.      Waktu yang diperluka untuk menyelesaikan test, semakin terbatasnya waktu dalam pengejaan test maka akan mendorong test untuk cenderung memiliki reliabilitas yang tinggi, hl ini terutama apabila realiabilitas diperoleh dengan cara splithalf (belah dua).
4.      Keseragaman kondisi pada saat test diberikan, kondisi pelaksanaan test yanhg semakin seragam akan memunculkan reliabilitas yang semakin tinggi.
5.      Kecocokan tingkat kesukaran terhadap peserta test
6.      Heteroginitas kelompok, bahwa semakin hiterogen suatu kelompok dalam pengerjaan suatu test maka test terebut semakin cenderung untuk menunjukan tingkat reliabilitas yang tinggi.
7.      Variabel skors instrumen yang mengahasilkan rentangan skor yang lebih luas atau lebih tinggi variabilitasnya akan memiliki tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada yang menghaslkan menghsilkan rentang skor yang lebih sempit. Seperti test bentuk pilihan ganda cenderung menghasilakan tingkat reliabilitas lebih tinggi dari pada test bentuk benar salah.
8.       Motivasi individu.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan suatu tes:
1. Luas tidaknya sampling yang diambil
2. Perbedaan bakat kemampuan murid yang dites.
3. Suasana atau kondisi testing
4. Kandalan tes
D.    Reliabilitas Tes Acuan Patokan
Reliabilitas tes acuan patokan mengacu pada konsistensi tes mengukur apa yang diukur. Perhatian tes acuan patokan adalah asesmen derajat stabilitas atau kesetaraan, yakni reliabilitas bentuk tes ulamg dan kesetaraan.

1) Tes acuan patokan non-materi
Walaupun secara teoritik variabilitas skor yang dicapai siswa tidak ada dalam tes acuan patokan, namun demikian variabilitas itu tetap ada. Oleh karena itu apabila tes acuan patokan itu diterapkan dan tingkat kinerja setiap siswa dicatat, maka hampir selalu terjadi variabilitas skor. Derajat variabilitas itu akan bervariasi dari kelompok ke kelompok dan dari tes ke tes lainnya.
Apabila terdapat variabilitas skor, maka dapat digunakan pengukuran tradisional untuk menghitung reliabilitas. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas pada tes acuan patokan hingga sekarang ini belum ada yang diterima oleh semua pihak.

2) Tes acuan patokan materi
Livingston telah mengusulkan pendekatan untuk membuat estimasi reliabilitas tes acuan patokan. Rumus yang digunakan pada dasarnya adalah generalisasi dari teori reliabilitas klasik. Rumus yang digunakan itu menghitung reliabilitas tes acuan patokan dengan cara pertama-tama menghitung reliabilitas tradisional, seperti pada acuan tes normatif, kemudian menyesuaikan berdasrkan pada kriteria skor tes acuan patokan. Rumus yang digunakan hanya cocok untuk jenis tes materi.

E.     Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas      
            Banyak faktor mempengaruhi reliabilitas, beberapa faktor dberkaitan dengan tes itu sendiri, siswa yang mengikuti ujian, lingkungan dimana ujian itu diselenggarakan, administrassi tes dan prossedur pensekoran. Faktor-faktor tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proseddur pengembangan tes, pemakain tes, dan analisis informasi tes.
            Pertimabngan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi      realiabilitas tes ini buakn saja membantu guru dalam menasirkan kofisien      reliabilitass tes standar searalebih baik,melainkan juga membantu kita          didalam merumuskan tes yang lebih reliable. Bebrapa faktor yang      dimaksud secara ringkas dijelaskan sebagai berikut:


1.      Panjang Tes (length of test)
Kemunginan cara paling rasional untuk meningkatkan reliabilitas     adalah menambah jumlah butiran soal.penambahan butiran soal akan     memperbaiki sampel ranah perilaku yang diujikan, perbaikan sampel ranah             perilaku itu akan menghasilkan validitas lebih tinggi dan mengurangi           faktor kebetulan seperti tekanan.
            Walaupun sampel perilaku itu banyak dan dapat menjaddikan butir soal semakn banyak pula,namun perlu diperhatiakan adalah butiran soal itu jangan terlalau banyak sehinnga waktu yang disediakan untuk ujian tidak cukup untuk siswa yang mengerjakannya. Pendeknya, semakin banyak butir soal yang ada pada suatu tes maka semakin baik sampel     perilaku yang diukur didalam tes tersebut.

2.      Sebaran skor (spread of scores)
            Metode korelasi untuk mmengestimasi reliabilitas memerlukan sebaran sekor. Jika sebaran sekor itu sempit, maka koefisien reliabilitas       akan menjadi
randah.begitu pula jika sebaran skor itu luas, maka koefisien reliabiltas akan menjadi tinggi.
            Sebaran skor yang diperoleh siswa pada suatu tes adalah      tergantung pada tingkat kesulitan butir soal yang disajikan dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.

3.      Keobjektivan skor (score objectivity)
                        Tes objektif merupakan tes yang mampu mengurangi subjektivitas penskoran, artinya: setiap orang yang menskor hassil tes akan menemukan skor yang sama pada siswa yang sama. Untuk meningkatkan             objektivitas, proses pensekoran harus dilakuakan seobjektif mungkin dan    mengurangi pengaruh guru dalam menskor hassil ujian siswa.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Reliabilitas diartikan dengan keajekan (konsistensi) bila mana tes tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapa hasil korelasi yang signifikan
2. Methode-methode yang diguanakan untuk mengukur tingakat reliabel antara lain: Dengan metode dua tes, Dengan metode satu tes, Metode spit half (masih dengan 1 tes), Dengan methode kuder-Richardo.
Tingkat reliabilitas suatu instrumen atau tes dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: Jumlah butir soal, Homoginitas soal test, Waktu yang diperluka untuk menyelesaikan test, Keseragaman kondisi pada saat test diberikan, Kecocokan tingkat kesukaran terhadap peserta test, Heteroginitas kelompok, Motivasi individu.



[1]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Angkasa, h. 86. 2002.
[2] Wayan Nurkancana dk, Evaluasi hasil belajar, Surabaya: Usaha Nasional, h. 145.1990
[3]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, op…cit. h.92.
[4]Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Rawamangun: Sinar Grafika Offset, h. 46. 2008
[5]Oemar Hamalik, Tehnik pengukuan dan evaluasi pendidikan, Bandung: Mandar Maju, h. 144.
[6]Wayan Nurkancana dk, Evaluasi hasil belajar,. … op.cit h. 145.
[7] Ibid. h. 146.
[8] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 0p…cit, h. 92.
[9] Ibid, h. 93.

Tidak ada komentar: