Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu kami
limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya, atas jasa beliau kita
sebagai ummat Islam bisa melihat dunia ini dipenuhi akhlak yang mulia, rahmat
dan kasih sayang yang selalu tumbuh diantara ummatnya.
Ucapan terimakasih kami berikan
kepada dosen pembimbing kami, teman-teman kelas PAI-C yang turut memberi
motivasi kepada kami, dan tak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.
Kami menyusun makalah Khalifah Utsman bin Affan ini dalam rangka agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami masa-masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Di dunia ini tidak ada yang
sempurna, oleh karena itu kami memohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat
kesalahan yang tidak kami sengaja. Dan kami mengharap kritik serta saran dari
para pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik lagi dan makalah ini bisa lebih sempurna dan lebih bermanfaat bagi pendidikan
kami khususnya, dan pembaca umumnya.
Kendari
,2 juni 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Terbunuhnya khalifah kedua, Umar
Bin Khatab menandakan permukaan zaman baru. Pada waktu itu kaum muslimin memang
tidak bergeser dari janji-janji dan prinsip mereka, tetapi mereka didesak oleh
adanya hubungan-hubungan baru dan adat istiadat yang melanda mereka juga oleh
kesulitan sehingga mereka meninggalkan hasrat dan kehendaknya dalam percaturan
dunia.
Untuk menghadapi dan mengatasi
semua itu, takdir Allah telah memanggil Utsman bin Affan untuk memikul beban
tanggung jawab yang mengerikan yaitu tanggung jawab untuk memelihara dan mempertahankan jiwa dan
kehidupan periode kenabian, juga bertangung jawab dalam menanggulangi pengaruh
zaman kerajaan. Serta bertanggung jawab untuk memperluas wilayah kekuasaan
islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Siapakah Ustman bin Affan itu?
2. Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa kekholifahannya?
3. Apa saja ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui biografi Kholifah Ustman bin affan
2. Untuk mengetahui kontribusi pada masa kekholifahan Ustman bin affan.
3. Untuk mengetahui Ibrah-ibrah yang dapat kita ambil dari sosok kholifah
Ustma bin affan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Siapa Utsman
bin affan itu?
a. Nasab dan Keturunan Ustman bin affan
Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf
bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan.
Abu Amr, Abu Abdullah al Quraisy, al-Umawi
Amirul mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari
dua putrid Rasulullah SAW. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin
Hubaib bin Abdusy Syams dan nenekya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti Abdul
Muthalib paman Rasulullah SAW. Beliau salah seorang dari sepuluh sahabat yang
diberitakan masuk surge dan salah seorang anggota dari enam anggota Syura serta
salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih menjadi
khalifah sesuai denga kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar, juga merupakan
khulafaur rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang diperintahkan megikuti jejak
mereka.
b.Cir.
i-Ciri dan Akhlak Beliau
Beliau adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang
lebat,berperawakan sedang, mempuyai tulang persendian yang besar, berbahu
biidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yag berwarna sawo matang. Beliau
memilki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan
kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana.
Mungkin beliau bermaksud untuk mendorog mereka agar lebih mendahulukan sesuatu
yang kekal dari pada sesuatu yag fana. Sebagaimana yang telah dilakukan
Rasulullah terkadang beliau memberikan harta kepaa suatu kaum dan tidak memberi
kaum yang lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke neraka. Sebagian
kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah
dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah SAW atas pembagian
harta rampasan perang Hunain.
c. Islam dan Jihad Utsman bin Affan
Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau
adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah
binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau
tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang
sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan
bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta
dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan
degan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal
ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud,
khandaq, perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan
untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rtasulullah SAW
wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau meemai Abu
Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin
Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho
terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang
dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling
istimewa di antara anggota lainnya.
d. Masa Kekhalifahan dan Umur Beliau
Masa kekhalifahannya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas
hari. Beliau di baiat pada awal bulan Muharam tahun dua puluh empat Hijriah dan
terbunuh pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun tiga puluh lima Hijriah.
Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun. Shalih bin
Kaitsan berkata, “ beliau wafat pada usia delapan puluh tahun beberapa bulan.”
Dikatakan, “ delapan puluh empat tahun.” Qatadah berkata, “ beliau meninggal
pada usia delapan puluh delapan tahun atau Sembilan tahun.”
e.
Proses Utsman memeluk Islam
Masuknya utsman kedalam islam berawal
dari sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan dan azzarqa
yang menyarankan agar beliau segera kembali ke mekkah sebab orang yang bernama
Muhammad telah muncul membawa ajaran baru yang kelak akan merubah dunia sebagai
utusan tuhan. Setelah terbangun dari mimpinya beliau bergegas kembali ke mekkah
dan menanyakan hal ihwal ataupun makna yang tersimpan dari kejadian yang
menimpanya. Kemudian beliau bertemu dengan Abu bakar dan mengajaknya untuk
mengikuti langkahnya yang lebih dahulu memeluk islam.
Lalu menghadaplah keduanya kepada rasulullah
untuk menyatakan keislamannya. Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap
islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah
nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan
dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya. Di sisi lain
Allah serta rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat
disebutkan bahwa beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani
rasul kelak.
f. Kontribusi pada masa nabi
Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau
adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah
binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau
tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang
sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan
bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta
dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan
degan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal
ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud,
khandaq, perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan
untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rasulullah SAW
wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau menemani
Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman
bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho
terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang
dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling
istimewa di antara anggota lainnya.
2.2 PENDIDIKAN
Yang menjadi pendidik di zaman Khulafaur Rasyidin antara lain
adalah Abdullah ibn Umar, Abdu Hurairah , Ibnu Abas, Siti Aisyah , Anas bin
Malik, Zaid Ibn Tsabit, Abu Dzar al-Ghifari dan para ulama.
Dari penjelasan tersebut dapat
terlihat bahwa masih adanya peranan beberapa sahabat dan para ulama. Tetapi ada
yang berbeda dari pendidik pada masa Utsman ini.
Para sahabat
yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan
meninggalkan Madinah di masa Khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk
Tugas mendidik dan mengajar umat
pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak
mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan
tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah. Jadi pada masa Khalifah ini
guru-guru atau pendidik mengajar tidak mengharapkan imbalan melainkan
keikhlasan dan juga kualifikasi kemampuan. Berbeda sekali dengan zaman sekarang
yang terkadang sebagian guru lebih mementingkan upah daripada kualitas dirinya.
Selain itu adanya kesadaran dari pada guru untuk mengamalkan dan mengajarkan
ilmunya meskipun tidak adanya tuntutan dari pemerintah.
Dari dimensi sosial budaya, ilmu
pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam
Dengan adanya perluasan wilayah,
maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan
mengajarkan agama Islam.Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara penduduk
asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan
baik. Terobosan yang dilakukan Khalifah Utsman ini membuat pendidik dapat
memperluas wilayah mengajar mereka tidak hanya di Mekkah dan Madinah saja.
Menurut slide share.net ada beberapa
tenaga pendidik diantaranya :
a)
Para Khalifah itu sendiri
b)
Para sahabat
besar, antara lain :
1)
Abdullah bin
Umar
2)
Abu Hurairah
3)
Abdullah bin
Abbas
4)
Aisyah
5)
Anas bin
Malik
6)
Zaid bin
Tsabit
7)
Abdullah bin
Mas’ud
2.3 PESERTA
DIDIK
a. Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam
b. Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk
Islam ataupun yang baru memeluk Islam.
c. Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama
memeluk Islam.
d. Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama
secara luas dan mendalam.
Para muallaf juga dapat atau berhak mendapat
pendidikan karena selain mereka masih baru dalam beragama Islam mereka juga tentu
masih memerlukan bimbingan dari para guru. Terlihat pula baik mereka yang sudah
lama dan paham akan agama Islam ataupun baru dan belum paham akan agama Islam
berhak mendapat pendidikan dan dapat dipahami bahwa menuntut ilmu itu hendaknya
sepanjang hayat, tidak hanya hingga kita sudah menguasai ilmu atau sudah lulus
dari lembaga pendidikan tersebut. Karena seyogyanya hidup adalah belajar. Tanpa
belajar tanpa mencari tahu, tanpa ilmu kita akan buta. Jika dalam hadits
disebutkan bahwa “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat. Maka dari
itu batas kita untuk tidak belajar adalah akhir hayat kita.
Terobosan
yang dilakukan Khalifah Utsman ini mempermudah peserta didik yang berada diluar
Madinah untuk menuntut ilmu, juga memperluas wilayah penyebaran Islam. Sehingga
mereka yang jauh dari kota Madinah dan Mekkah tidak harus jauh-jauh pergi ke
kota Madinah dan Mekkah.
Peserta
didik yaitu :
a. Umum
Membentuk
sikap mental keagamaan, seluruh umat Islam yang ada di Makkah dan Madinah
b. Khusus
Membentuk ahli ilmu agama, hanya
sebagian kecil saja
Menurut slide share.net peserta
didik ada dua yaitu umum dan khusus.
Umum ditujukan agar terbentuknya sikap mental
keagamaan diantara yang mengikuti yaitu umat Islam yang ada di Makkah dan
Madinah. Sedangkan yang khusus ditujukan agar membentuk ahli agama. Pembagian
peserta didik ini lebih sedikit dibandingkan dengan pendapat Bapak Samsul Nizar
diatas, tetapi mencakup apa yang di sampaikan Bapak Samsul Nizar. Hanya
tambahan yang disampaikan slide share.net ada tujuan. Untuk peserta didik
khusus diantaranya meliputi tingkatan
yang lebih sudah paham agama ingin memperdalam kembali.
Khalifah
Utsman bin Affan sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan,
namun begitu ada satu usaha yang cemerlang yang telah terjadi di masa ini yang
disumbangkan untuk umat Islam, dan sangat berpengaruh luar biasa bagi
pendidikan Islam, yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat al-Qur’an[1][7].
Pengkodifikasi al-Quran pada masa
khalifah Utsman dilakukan karena terjadi perbedaan pendapat tentang bacaan
al-Quran (qiraat al-Quran), yang menimbulkan percekcokan antara guru dan
muridnya.
Panitia pengkodifikasian al-Quran
yang dibentuk oleh khalifah Utsman bin Affan ini pertama-tama melakukan
pengecekan ulang dengan meneliti mushaf yang sudah disimpan di rumah Hafsah dan
membandingkannya dengan mushaf-mushaf yang lain. Ketika itu terdapat empat
mushaf al-Quran yang merupakan catatan pribadi.
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh
Ali bin Abi Thalib, terdiri atas 111 surah. Surah pertama adalah surah
al-Baqarah dan surah terakhir adalah surah al-Muawidzatain.
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh
Ubay bin Ka’ab, terdiri atas 105 surah. Surah pertama adalah al-Fatihah dan
surah terakhir adalah surah an-Nas.Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ibn
Mas’ud, terdiri atas 108 surah. Surah yang pertama adalah al-Baqarah dan yang
terakhir adalah surah Qulhuwallahu Ahad.
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh
Ibn Abbas, terdiri atas 114 surah. Surah pertama adalah surah Iqra dan yang
terakhir adalah Surah an-Nas.
Tugas tim
adalah menyalin mushaf al-Quran yang disimpan dirumah Hafsah dan menyeragamkan qiraat
atau bacaanya mengikuti dialek Quraisy. Kemudian setelah berhasil, Zaid bin
Tsabit mengembalikannya kepada Hafsah. Kemudian salinan itu dikirim juga ke
Makkah, Madinah, Bashrah, Kuffah, dan Syiria serta salah satunya disimpan oleh
Utsman bin Affan yang kemudian disebut mushaf al-imam. Sedangkan mushaf
yang lain, diperintahkan untuk dibakar.[2][8]
Terlepas
dari perbedaan pendapat, dengan adanya mushaf utsmani ini telah berhasil
mengeluarkan masyarakat muslim dari kemelut, yang diakibatkan dari perbedaan bacaan
al-Quran (qiraat).
Mata
pelajaran yang di berikan disesuaikan dengan kebutuhan terdidik dengan urutan
mendahulukan pengetahuan yang sangat mendesak/ penting untuk dijadikan pedoman
dan pegangan hidup beragama.
Ada 3 fase dalam
pendidikan dan pengajarannya:
1.
Fase pembinaan ;
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar
terdidik
memperoleh kemantapan iman
2.
Fase pendidikan :
ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud
agar
mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik-
baiknya dalam kehidupan sehari- hari
3.
Fase pelajaran :
ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk
penunjang
pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata
bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.
Pembagian fase diatas berdasarkan penggolongan peserta
didik yang terbagi empat diatas. Dapat dipahami dari fase-fase diatas bahwa
sejak dulu telah ada tahap-tahap pendidikan sesuai dengan masanya. Dimana cara
membina murid yang baru mengenal Islam, baru menjajaki Islam berbeda dengan
murid yang sudah mengenal Islam dan sudah paham tentang Islam. Karena segala sesuatunya memang membutuhkan
proses jadi sejak dulu telah ada dasar bahwa cara untuk belajar juga tidak
sekali belajar langsung pintar tetapi butuh tahapan. Ibarat ingin berada diatas
tangga, kita tidak akan bisa sampai
langsung diatas tangga, kita perlu menaiki setahap demi setahap tangga
itu.
` 2.4 Metode
Pembelajaran dan Lembaga Pendidikan
Proses pelaksanaan pola pendidikan
pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta
didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga
lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka
inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Akhirnya sahabat Huzaifah bin
Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu
membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang
disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Mesjid Haram
dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat
muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.
Pola
pendidikan pada masa Utsman tidak jauh berbeda dengan pola pendidikan yang
diterapkan pada masa Umar. Hanya saja pada periode ini, para sahabat yang
asalnya dilarang untuk keluar dari kota madinah kecuali mendapatkan izin dari
khalifah, mereka diperkenankan untuk
keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Dengan kebijakan ini,
maka orang yang menuntut ilmu (para peserta didik) tidak merasa kesulitan untuk
belajar ke Madinah
Dari ke empat
golongan terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin
dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian
yang rapih dan sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan
kesanggupan dari peserta didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:
1. Golongan pertama menggunakan metode ceramah, hafalan,
dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
2. Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan
3. Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah,
hafalan, tanya jawab
4. Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan Tanya
jawab, dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada
golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman
Pada masa Khulafaur Rasyidin
pusat-pusat pendidikan bukan hanya terdapat di Mekkah dan Madinah, melainkan
juga sudah tersebar di berbagai daerah kekuasaan Islam lainnya. Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang
digunakan masih sama dengan lembaga yang digunakan di zaman Rasulullah
Saw.yaitu masjid, Suffah, Kuttab, dan rumah.[3][11]
BAB III
Kesimpulan
Keberhasilan Rasulullah dalam membangun peradaban dunia
dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang
mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan
setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas.
Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai
tersebut, wafatnya nabi tidak serta-merta menjadikan islam kehilangan
peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah bergantung pada
satu namapun. Ditangan salah satu kholifah yang bernama Ustman bin Affan inilah
islam mencapai puncak kejayaannya.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah
ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan
ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan
Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena
Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah. Usman bin Affan lahir
pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz
bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan
As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw
sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan
rendah hati di antara kaum muslimin.
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke
Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman
bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke
Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah,
Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa
Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah.
Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya
akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi
penduduk Mekkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar