Arsip Blog

Entri yang Diunggulkan

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Cari Blog Ini

Senin, 07 Juli 2014

Inisiasi 1 Manajemen Berbasis Sekolah

 Inisiasi 1
Manajemen Berbasis Sekolah
Saudara mahasiswa, Selamat berjumpa dengan matakuliah Manajemen Berbasis Sekolah. Saudara mahasiswa saat ini Anda dalam kegiatan tutorial online. Dalam tutorial online kali ini, Anda akan dipandu oleh tutor Anda untuk matakuliah Manajemen Berbasis Sekolah.
Pada inisiasi pertama ini, akan kita diskusikan materi yang ada pada bahan ajar cetak. Seperti yang telah Anda ketahui, bahwa dalam buku ajar cetak, unit 1 materi yang dibicarakan adalah latar belakang MBS dan Konsep Dasar MBS. Namun, dalam kegiatan tutorial online yang pertama ini materi yang dibahas adalah latar belakang MBS.
Oleh karena itu, kompetensi yang diharapkan dari kegiatan tutorial 1 ini Anda diharapkan akan mampu:
1. mendeskripsikan pengertian MBS
2. memberikan alasan diterapkannya MBS
3. mengungkapkan tujuan diterapkannya MBS

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Saudara, seperti yang telah Anda pahami bahwa pemerintah telah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berbagai upaya dilakukan dan salah satunya adalah melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS. MBS nerupakan pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas.
Dengan demikian Anda perlu menggarisbawahi bahwa MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat melalui pendidikan yang bermutu yang pada akhirnya mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Hal ini sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional bahwa Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif atau insan kamil dan paripurna. MBS tidak saja untuk Indonesia, bahkan pada beberapa negara maju telah diterapkan dan hasilnya telah nyata, seperti di Australia, Finlandia, dan Amerika Serikat.
Perlu Anda ingat kembali, bahwa Bank Dunia pada 1999, mengkonsepsikan bahwa MBS merupakan bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan yang ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi ini diberikan agar sekolah dapat dengan leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
Nah partisipasi masyarakat ini dituntut agar masyarakat lebih memahami pendidikan, membantu, serta mengontrol dalam pengelolaan pendidikan. Untuk itulah sekolah dituntut memiliki tanggung jawab yang tinggi, baik kepada orangtua, masyarakat, maupun pemerintah.
Jadi MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan melibatkan masyarakat dalam kerangka kebijakan nasional. MBS merupakan wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para siswa. Dapat juga dikatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sejarah Munculnya Manajemen Berbasis Sekolah
Saudara mahasiswa, mungkin Anda telah mengetahui secara faktual, bahwa telah banyak usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di tingkat pendidikan dasar. Namun hasilnya kurang menggembirakan. Secara garis besar Anda tentu ingat, faktor yang menyebabkannya yaitru
1.      kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi pada output pendidikan terlalu memusatkan pada input, sehingga proses pendidikan kurang diperhatikanb,
2.      penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi. Oleh sebab itulah sekolah menjadi tidak mandiri, kurang inisiatif dan miskin kreativitas, sehingga usaha dan saya untuk mengembangkan atau meningkatkan mutu layanan dan keluaran pendidikan menjadi kurang termotivasi, dan
3.      peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan, selama ini hanya terbatas pada dukungan dana, padahal mereka sangat penting dalam proses-proses pendidikan seperti pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas.
Oleh sebab itulah perlu desentralisasi pendidikan sebagai faktor pendorong MBS ini.
Saudara, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan di Amerika Serikat, konsep Site Based Management merupakan strategi penting untuk meningkatkan kualitas pembuatan keputusan-keputusan pendidikan dalam anggaran pendidikan, sumberdaya pendidik, kurikulum dan evaluasi pendidikan (penilaian). Demikian juga studi yang dilakukan di El Salvador, Nepal dan Pakistan. Rata-rata informasi menunjukkan pemberian otonomi pada sekolah telah meningkatkan motivasi dan kehadiran guru. Sementara di Australia, School Based Management merupakan refleksi pengelolaan desentralisasi pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan yang menyangkut visi, misi, dan tujuan atau sasaran sekolah yang membawa implikasi terhadap pengambangan kurikulum sekolah dan program-program operatif sekolah yang lain. MBS di Australia dibangun dengan memperhatikan kebijakan dan panduan dari pemerintah negara bagian di satu pihak, dan di pihak lain dari partisipasi masyarakat melalui school council dan parent and community association. Perpaduan keduanya melahirkan dokumen penting penyelenggaraan MBS yaity school policy yang memuat visi, misi, sasaran, pengembangan kurikulum, dan prioritas program, (2) school planning review serta (3) school annual planning quality assurance. Akuntabilitas dilakukan melalui external and internal monitoring.
Dengan belajar keberhasilan di negara lain seiring dengan diberlakukannnya Undang-undang Otonomi Daerah yaitu UU.No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang N0.25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka semakin membuka peluang kebijakan pendidikan di Indonesia mengalami desentralisasi pula yang salah satu bentuknya berupa Manajemen Berbasis Sekolah. Sejarah baru pengelolaan pendidikan di Indonesia melalui MBS menjadikan pengelolaan pendidikan di Indonesia berpola desentralisasi, otonomi, pengambilan keputusan secara partisipatif. Pendekatan birokratik tidak ada lagi. Yang ada adalah pendekatan profesional.
Nah, kalau kita lihat lebih jauh dalam Pasal 11 UU No.25 Tahun 1999, kewenangan daerah kabupaten dan kota, mencakup semua bidang pemerintahan termasuk di dalamnya pendidikan dan kebudayaan, maka terdapat otonomi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan yang mengarah kepada pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerataan pelayanan pendidikan yang berkeadilan.
Alasan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
Saudara, tentunya Anda masih ingat bukan, bahwa MBS diterapkan karena beberapa alasan
1.      dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah,
2.      dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah,
3.      sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya,
4.      Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik,
5.      Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya,
6.      Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat,
7.      Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.,
8.      sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan,
9.      Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat; dan
10.  sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.
Nah, dengan mengetahui alasan mengapa MBS diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, maka Anda semakin yakin bahwa MBS akan meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Namun, implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta membuat efisien sistem dan menghilangkan birokrasi yang saling tumpang tindih.
Tujuan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
Saudara, berbicara tentang tujuan, sangat terkait dengan alasan dan manfaat diberlakukannya MBS dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Anda tentunya telah membaca bahan ajar cetak unit 1, mengapa MBS dikembangkan di Indonesia. Berdasarkan alasan penerapan MBS, maka Anda dapat membuat sebuah simpulan tujuan penerapan MBS ini.
Untuk mengingatkan kembali, tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Nah, secara lebih rincinya, MBS bertujuan untuk
1.      meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia,
2.      meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama,
3.      meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya dan
4.      meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Selanjutnya, kami mempersilakan Anda membaca kembali bahan ajar cetak Manajemen Berbasis Sekolah yang telah Anda miliki , khususnya unit 1 dengan cermat, kemudian kerjakanlah soal-soal berikut
1. Berdasarkan konsep dasar MBS, berilah penjelasan pentingnya MBS dalam upaya peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
2. Mengapa reformasi pendidikan di Indonesia mengarah kepada penerapan MBS apabila dikaitkan dengan otonomi daerah?
3. Salah satu alasan diterapkannya MBS adalah pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah. Dengan otonomi yang besar kepada sekolah maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah. Bagaimanakah cara sekolah memanfaatkam otonomi yang diberikan ini untuk mengembangkan mutu pendidikan?
4. Apakah tujuan penerapan MBS apabila dikaitkan dengan konsep efisiensi, mutu dan pemerataan bidang pendidikan ?
Selanjutnya, untuk mengetahui keakuratan hasil jawaban Anda, kami persilakan kirim kembali jawaban tersebut melalui fasilitas mailing list yang telah Saudara bergabung ketika Residensial sesuai dengan alamat mailing list perguruan tinggi tempat Anda kuliah. Saudara mahasiswa, jika ada sesuatu materi yang belum atau kurang jelas dan ingin Anda tanyakan, gunakanlah sarana ini untuk menyampaikan permasalahan Anda tersebut. Perlu Anda ketahui, bahwa materi ini sangat penting untuk Anda kuasai, karena merupakan dasar untuk mempelajari materi yang terdapat pada unit-unit selanjutnya, yaitu unit 2,3,4,5, dan 6.
Nah Saudara, sampai di sini pertemuan tutorial online kita melalui wahana internet, sampai jumpa dan Selamat belajar! Selamat menikmati hari-hari indah Anda !
Alternative Assessment Mbs
Penugasan Tutorial Online Inisiasi # 1.
Saudara mahasiswa, tibalah saatnya Anda mengerjakan assessment sebagai bagian tak terpisahkan dari tutorial online. Diharapkan melalui assessment kali ini, pemahaman Anda terhadap materi perkuliahan semakin mantap dan komprehensif.
Saudara mahasiswa, Anda diminta untuk membaca bahan ajar cetak keseluruhan unit 1. Anda juga diminta memndownload dan membaca artikel “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah-Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan Mutu” yang ditulis oleh Drs. Umaedi, M.Ed. Anda dapat mendownload artikel ini pada situs di Internet melalui http://www/manajemen berbasis sekolah. htm.
Assessment kali ini, selain Anda diminta untuk membaca juga menuliskan pemahaman Anda dalam bentuk essay. Hal ini dimaksudkan agar Anda memiliki kompetensi dasar dalam memahami pengertian dan latar belakang implementasi MBS. Pengukuran keberhasilan Anda akan dilihat dari hasil tulisan esai Anda.
Selanjutnya Anda harus menulis esei yang isinya berupa paragraf-paragraf yang isinya mencakup jawaban dari pertanyaan:
1.      Konsep apa yang dapat Anda temukan dalam Artikel yang saudara baca ! (tulislah dalam 1 paragraf)
2.      Prinsip-prinsip apakah yang melandasi MBS dalam implementasinya di Indonesia ( tulislah 1 paragraf)
3.      Fakta apa yang melandasi tumbuhnya MBS di Indonesia. ! ( 2 paragraf)
4.      Kesimpulan ( tulislah 1 paragraf)

Nah Saudara, selamat mengerjakan. Untuk mengetahui rubrik/skala penilaian dapat dilihat pada halaman berikut ini.
RUBRIK/SKALA PENILAIAN
EVALUASI RUBRIK INISIASI MBS # 1
Nama Mahasiswa         :
NIM                             :
Tanggal mengirin         :
Alamat e-mail              :
Kriteria Penilaian (1) lemah, (2) cukup (fair), (3) baik (adequate), (4) sangat baik (very good), dan (5 sempurna (exellent
A. Content Thoughts (Kemampuan Kognitif dan Pemahaman Isi) ASPEK YANG DINILAI
SKALA NILAI
Kemampuan mengingat informasi MBS
1
2
3
4
Kemampuan memahami informasi MBS
1
2
3
4
Kemampuan menerapkan informasi MBS
1
2
3
4
Kemampuan menganalisis informasi MBS
1
2
3
4
Kemampuan mensintesakan 2 informasi/lebih MBS
1
2
3
4
Kemampuan mengkritisi informasi MBS
1
2
3
4


A. kerjakanlah soal-soal berikut
1. Berdasarkan konsep dasar MBS, berilah penjelasan pentingnya MBS dalam upaya peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
2. Mengapa reformasi pendidikan di Indonesia mengarah kepada penerapan MBS apabila dikaitkan dengan otonomi daerah?
3. Salah satu alasan diterapkannya MBS adalah pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah. Dengan otonomi yang besar kepada sekolah maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah. Bagaimanakah cara sekolah memanfaatkam otonomi yang diberikan ini untuk mengembangkan mutu pendidikan?
4. Apakah tujuan penerapan MBS apabila dikaitkan dengan konsep efisiensi, mutu dan pemerataan bidang pendidikan ?

B. Selanjutnya Anda harus menulis esei yang isinya berupa paragraf-paragraf yang isinya mencakup jawaban dari pertanyaan:
1.      Konsep apa yang dapat Anda temukan dalam Artikel yang saudara baca ! (tulislah dalam 1 paragraf)
2.      Prinsip-prinsip apakah yang melandasi MBS dalam implementasinya di Indonesia ( tulislah 1 paragraf)
3.      Fakta apa yang melandasi tumbuhnya MBS di Indonesia. ! ( 2 paragraf)
4.      Kesimpulan ( tulislah 1 paragraf)

JAWABAN
A.     Jawaban bagian soal-soal
1.      Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. MBS menjadikan pengelolaan pendidikan di Indonesia berpola desentralisasi, otonomi, pengambilan keputusan secara partisipatif. Pendekatan birokratik tidak ada lagi. Yang ada adalah pendekatan professional. tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan
2.      dengan diberlakukannnya Undang-undang Otonomi Daerah yaitu UU.No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang N0.25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka semakin membuka peluang kebijakan pendidikan di Indonesia mengalami desentralisasi pula yang salah satu bentuknya berupa Manajemen Berbasis Sekolah. Dan dalam Pasal 11 UU No.25 Tahun 1999, kewenangan daerah kabupaten dan kota, mencakup semua bidang pemerintahan termasuk di dalamnya pendidikan dan kebudayaan, maka terdapat otonomi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan yang mengarah kepada pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerataan pelayanan pendidikan yang berkeadilan.
3.      MBS diterapkan karena beberapa alasan
a.       dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah,
b.      dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah,
c.       sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya,
d.      Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik,
e.       Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya,
f.       Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat,
g.      Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.,
h.      sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan,
i.        Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat; dan
j.        sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
4.      MBS akan meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Namun, implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta membuat efisien sistem dan menghilangkan birokrasi yang saling tumpang tindih. tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.tujuan tujuan itu berupa:
a.       meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia,
b.      meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama,
c.       meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya dan
d.      meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
B.     Jawaban soal issay
1.      Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. MBS menjadikan pengelolaan pendidikan di Indonesia berpola desentralisasi, otonomi, pengambilan keputusan secara partisipatif. Pendekatan birokratik tidak ada lagi. Yang ada adalah pendekatan professional
2.      Prinsip yang melandasi MBS prinsip Otonomi yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri (pengelolaan mandiri). Kemandirian dalam program dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah. kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/ menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, serta kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri. Prinsip kedua adalah prinsip Fleksibilitas yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan keluwesan sekolah yang lebih besar, sekolah akan lebih lincah dan tidak harus menunggu arahan dari atasannya untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya. Selanjutnya pada prinsip inisiatif didasarkan atas konsepsi bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi suber daya manusia harus selalu digali, ditemukan, dan kemudian dikembangkan. Dengan demikian, lembaga pendidikan harus menggunakan pendekatan pengembangan sumber daya manusia (human resources development) yang memiliki konotasi dinamis dan menganggap serta memperlakukan manusia di sekolah sebagai aset yang amat penting dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan.
3.      Fakta yang melandasi pertumbuhan MBS di Indonesia.


Senin, 16 Juni 2014

Review Buku BERORIENTASI PROSES PENDIDIKAN

Tugas : Review  Buku
BERORIENTASI PROSES PENDIDIKAN

 OLEH :
NAMA : ALDI PURWANTO
NIM : 12010101123


JURUSAN PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI

TENTANG BUKU
Judul : Strategi Pembelajaran
Berorientasi Proses Pendidikan
Penulis : Dr. Wina Sanjaya, M.Pd
Penertbit : Kencana
Kota Terbit : Jakarta
Tahun : 2007
Cetakkan : 2
Halaman : 292 halaman
ISBN : 979-392573-6

BAB 1
Standar Proses Pendidikan

Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi.(PP. No. 19 tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 6). Standar proses pendidikan yang dimaksud, berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu, dalam lingkup secara nasional.
Fungsi-fungsi Standar proses Pendidikan, antara lain : sebagai alat dalam pencapaian tujuan pendidikan (kompetensi kelulusan), bagi guru, sebagai pedoman dalam membuat perencanaan program pembelajaran., bagi kepala sekolah sebagai barometer keberhasilan program pendidikan yang ada di sekolah, serta sumber utama dalam merumuskan kebijakkan. Bagi para pengawas, sebagai patokan, ukuran, pedoman dalam penilaian. Bagi komite sekolah, sebagai pertimbangan dalam penyusunan program dan pemberian bantuan, pemberian saran.

BAB 2
Guru Dalam Pencapaian Standar Proses pendidikan

Guru sebagai jabatan professional, menerangkan bahwa pekerjaan guru, tidak semua orang bisa melakukannya. Contoh sederhana dapat dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri bahwa pendidikan bukan hanya sekedar penyampai informasi, lebih jauh, seorang guru mampu mengubah prilaku siswa yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sehingga guru, di tuntut untuk memiliki suatu keahlian tertentu dan dibedakan berdasarkan latar belakang pendidikannya. Begitu juga dengan halnya, Mengajar merupakan pekerjaan professional, sebab membutuhkan keterampilan khusus dalam perencanaan, serta petimbangan-pertimbangan yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kompetensi yang harus ada pada seorang guru, antara lain ; kompetensi pribadi, kompetensi Profesional, Kompetensi sosial, serta kompetensi pedaqoqik. Dengan keterampilan dasar guru ; pertanyaan, penguatan, pembukaan dan penutupan pembelajaran, pengelolaan kelas.

BAB 3
Sistem Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan

Ada tiga hal dalam sistem, pertama, sistem selalu memiliki tujuan, kedua, sistem selalu mengandung proses, ketiga, sistem selalu melibatkan komponen-komponen yang ada. Sehingga sistem bermanfaat dalam merancang dan merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berfikir yang dapat membantu dalam mencapai hasil yang diharapkan (Ely), misal ; mampu melihat proses pendidikan. Faktor yang berpengaruh dalam sistem pembelajaran, antara lain ; guru, siswa, saran dan prasarana, serta faktor lingkungan. Komponen sistem pembelajaran terdiri dari Input-Proses-Output, dimana proses memuat bebarapa hal, diantaranya meliputi tujuan, isi/materi/ metode, media, dan evaluasi.

BAB 4
Tujuan dan Standar Kompetensi

Tujuaan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa sedangkan mengajar merupakan proses dalam mencapai tujuan tersebut. Sehingga ukuran atau barometer keberhasilan diukur oleh aktivitas siswa, dengan kemampuannya dalam memahami pelajaran. Tujuan juga berguna sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa, membantu dalam mendsain pembelajaran, serta sebagai kontrol terhadap batasan-batasan dan kualitas pembelajaran. 4 macam tingkatan tujuan ; tujuan pendidikan nasional (setiap lembaga yang pada akhir dari prosesnya dapat membentuk manusia seperti yang dirumuskan), tujuan institusional, tujuan kulikuler, tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran (TP). Kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat beberapa aspek; pengetahuan, pemahaman, kemahiran, nilai, sikap, minat. Klasifikasi kompetensi meliputi : kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi, Kompetensi dasar.

BAB 5
Mengajar dan Belajar dalam Standar proses Pendidikan

Berangkat dari tujuan pembelajaran, bahwa pembelajaran tidak hanya sebatas, penguasaan, penyampaian materi saja, melainkan mampu mengubah perilaku siswa, serta mengajar bagaimana belajar (proses berpikir). sehingga dianggap penting untuk mengubah paradigma khalayak terhadap mengajar, sebab, pertama siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi organisme yang sedang berkembang. Teori belajar, yakni teori bahvoristik dan teori kognitif.



BAB 6
Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa

Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan strategi, sedangkan pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap sesuatu itu. Kemudian teknik dan taktik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan metode. Menurut Rowntree (1974), mengelompokkan strategi dalam strategi penyampaian- penemuan (exposition - discovery learning), strategi pembelajaran kelompok dan individual. Hal yang menjadi pertimbangan dalam menetukan strategi yakni tujuan yang akan dicapai, siswa, bahan pelajaran, dan faktor lainnya.
Prinsip dalam pelaksanaannya, meliputi antara lain : berorientasi pada tujuan, aktivitas, individualitas, Integritas. Pada PP No.19 tahun 2005, prinsip khusunya antara lain : interaktif, Menyenangkan, Menantang, Motivasi. Lebih penting, seperti yang tersirat dalam pengertian pendidikan, hendaknya pembelajarn berorientasi pada aktivitas siswa.

BAB 7
Metode dan Media Pembelajaran dalam Standar Proses Pendidikan

Metode yang biasa digunakan dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran, antara lain :
1. Ceramah. Berbentuk lisan dengan sasaran kelompok.
2. Demontrasi. Berbentuk Lisan, namun lebih dominan pada memperagakan, atau mempertunjukkan tentang suatu proses.
3. Diskusi. Pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, tujuan memecahkan permasalahan. (diskusi : kelas, kecil, Simposium, panel)
4. Simulasi. Cara penyajian pembalajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. (sosiodrama, Psikodrama, Role playing)
Media, menurut Gerlach dan Ely, bahwa media adalah meliputi manusia, bahan, peralatan, serta kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan kterampilan serta sikap. Macam macam media : Media Auditif, media Visual, media Audivisual. media Sama memiliki prinsip yang sama prinsip menentukan strategi digunakan. Sumber belajar (Manusia, alat, bahan pengajaran.aktivitas, lingkungan.)

BAB 8
Strategi Pembelajaran ekspositori (SPE)

Strategi ini menekankan pada proses bertutur (Direct Intruktion), yang di pengaruhi aliran belajar behavioristik (stimulus dan respon). Jadi, SPE adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai pelajaran secra maksimal. Bahan pelajaran dirancang sudah jadi oleh guru. Dengan prinsipnya, antara lain : Berorientasi pada tujuan, komunikasi, kesiapan, berkelanjutan. Prosedurnya, : merumuskan tujuan yang akan dicapai, guru mengusai pelajaran dengan baik, kenalin medan. Keuntungan dari strategi ini, pelajaran dapat dikontrol secara urutan dan keluasan. Kelemahannya, siswa yang memiliki kelamahan dengan pendengaran kemungkinan akan kurang mendapat pemahaman.





BAB 9
Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berpikir secra kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu yang dipertanyaakan. SPI beranggapan bahwa, manusia sejak lahir sudah memiliki dorongan untuk ingin tahu dengan segala sesuatu, jadi strategi ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Prinsipnya : berorientasi pda pengembangan Intelektual, Interaksi, Betanya, Belajar untuk berfikir, keterbukaan. Prosedur,: Orientasi, rumusan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpilan. SPI sosial. Kelebihan,: menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kelemahan, ; sulit dalam mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

BAB 10
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah secara ilmiah. Jenis masalah : mengandung konflik yang bersumber dari berita, rekaman, video dan lainnya, familier dengan siswa, berhubungan dengan kepentingan orang banyak, bahan mendukung dengan bahan tujuan dalam mencapai kompetensi, bahan dipilih sesuai dengan minat siswa. Prosedur, merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Keunggulan, ; Problem solving merupakan teknik afektiv dalam memahami isi pelajaran serta menantang kemampuan siswa. Kelemahan, ; sulitnya mengakomodasi minat seluruh siswa, memerlukan waktu dalam persiapan.

BAB 11
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berfikiri siswa. Tujuan pada strategi ini sama dengan halnya dengan strategi Inkuiri, perbedaannya terletak pada pola pembelajaran yang digunakan, dalam SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa, sedangkan inkuiri siswa baru mencari. Strategi ini pertama kalinya dirancang untuk pelajaran IPS, yang artinya strategi ini tidak hanya dirancang untuk siswa bisa memahami pelajaran, tapi lebih pada bagaimana supaya siswa bisa mengembangkan fikirannya dengan mengemukan ide, gagasannya secara verbal, dengan tujuan akhir diharapkan siswa mampu memecahkan permasalahan sosial sesuai dengant tingkatannya. Kareteristik SPPKB ini, menekankan pada proses mental pada siswa secara maksimal, dibangun dalam nuansa dialogis dan tanya jawab secara terus menerus, bersandarkan pada sisi proses dan hasil. Siswa ditempatkan sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Prosedurnya, Orientasi, pelacakkan, konfrontasi, Inkuiri, Akomodasi, Transfer

BAB 12
Strategi Pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada 4 unsur penting dalam SPK, yaitu : ada peserta dalam kelompok, adanya aturan dalam kelompok, adanya upaya belajar setiap kelompok, adanya tujuan yang harus dicapai. SPK digunakan apabila guru menekankan pentingnya usaha kelompok dari pada individu. Jika guru menghendaki adanya kerjasama antar siswa. Karekteristik SPK adalah didasarkan pada manajemen koorperatif, adanya kemampuan untuk bekerja sama, dan keterampilan bekerjasama. Prinsipnya, yaitu : ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, interaksi tatap muka, parisipasi dan komunikasi. Prosedur pelaksanaan, yaitu : Penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian, pengakuan tim. Kelebihan dalam SPK, yaitu : siswa tidak tergantung pada guru, adanya rasa percaya diri pada kemampuan siswa dalam belajar. Sedangkan keterbatasan SPK adalah : adanya keterhambatan pada siswa yang memiliki kemampuannya dalam kelompok, karena harus menyesuaikan yang lainnya, sedangkan pada siswa yang terbelakang seringkali tidak bisa mengikuti cara belajar kelompok seperti itu.

BAB 13
Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dalam kehidupan yang nyata. Dari konsep tersebut, ada 3 hal yang harus dipahami, 1). Adanya keaktifan siswa, 2). adanya hubungan antara materi dengan kehidupan nyata. 3). Mendorong siswa untuk melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. CTL = Inkuiri = SPPKB = dalam hal filosofisnya. Asas asas CTL, yaitu : Konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian nyata. Prosedurnya : pendahuluan, inti (dilapangan, di dalam kelas, penutup ).

BAB 14
Strategi Pembelajaran Afektif

Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermatabat, dalam rangka mencardaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Rumusan tujuan daitas sarat dengan pembentukkan sikap atau afektif yang berhubungan erat dengan nilai, yang sulit untuk diukur. Hakikat Nilai dan sikap, nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia empiris. Berkaitan dengan pandangan seseorang tentang baik, buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak.
Douglas graham (Gulo, 2002) melihat empat faktor kepatuhan seseorang terhadap nilai, yaitu : normativist (kepatuhan terhadap hukum), Integralist (kepatuhan terhadap hal-hal yang rasional), Fenomenalist (kepatuhan terhadap suara hati atau basa basi), Hedonist (kepatuhan terhadap diri sendiri). Proses pembentukkan sikap, yaitu : Pola pembiasaan, modeling. Strategi pembelajaran afektif diantaranya, antara lain yaitu : model konsiderasi, dan model pengembangan koqnitif. Teknik mengklasifikasi nilai, yakni : kebebasan memilih menghargai berbuat.
Kesulitan dalam pembelajaran afektif adalah belum adanya kurikulum penuh dalam menanamkan nilai, sulitnya melakukan kontrol, tidak bisa dievaluasi secara langsung, kuatnya pengaruh lingkungan dengan kemajuan teknologi.

ciri penganut Syiah di Indonesia

(Arrahmah.com) - Indonesia tengah menjadi target Syi’ahisasi besar-besaran. Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Jumlah Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat, pernah mengatakan kisaran jumlah penganut Syiah di Indonesia , “Perkiraan tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya, sekitar 2,5 jiwa,” kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat. Pemeluk Syiah, kata Kang Jalal melanjutkan, sebagian besar ada di Bandung, Makassar, dan Jakarta. Selain itu, ada juga kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang; Garut; Bondowoso, Pasuruan, dan Madura.
Diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah dalam rangka melindungi diri dari kelompok Sunni. Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya tidaklah sama. Memang taqiyah juga dikenal di kalangan Ahlus Sunnah. Hanya saja menurut Ahlus Sunnah, taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang sangat membahayakan orang Islam.
jalaludin nggak rahmat
Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Jalaluddin Rakhmat.
Sementara itu menurut Syi’ah bahwa Taqiyah wajib dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka. Taqiyah dilakukan kepada orang selain Syi’ah, seperti ungkapan bahwa Al Quran Syi’ah adalah sama dengan Al Quran Ahlus Sunnah. Padahal ungkapan ini hanyalah kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah dengan pura-pura mengakui pemerintahan Islam selain Syi’ah.
Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, taqiyah dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran; Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya.  Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah. Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan. Keempat, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan
Menurut Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
  1. Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.
  2. Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
  3. Pengikut Syi’ah juga tidak  akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
  4. Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
  5. Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak didekat orang lain.
  6. Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
  7. Anda tidak akan mendapatkan penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.
  8. Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum.
  9. Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.
  10. Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah)
  11. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
  12. Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.
  13. Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.
  14. Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syi’ah. Oleh sebab itu Anda akan dapati;
  15. Orang-orang Syi’ah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah.
Ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.
Akhirnyadengan hati yang terang Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para ibunda kaum Musliminradhiyallahu anhunn yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua.
Wallahu a’lam.
(fimadani.com/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/inilah-15-ciri-pengikut-syiah-di-indonesia.html#sthash.IqWHLyVV.dpuf