Arsip Blog

Entri yang Diunggulkan

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Cari Blog Ini

Rabu, 05 Oktober 2022

MANAJEMEN PEMASARAN PENDIDIKAN

aldhy purwanto

PRODUK HARGA DAN PROMOSI JASA PENDIDIKAN



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manajemen pemasaran bagi lembaga pendidikan diperlukan seiring dengan adanya persaingan antar sekolah yang semakin atraktif. Pemasaran dibutuhkan bagi lembaga pendidikan dalam membangun citranya yang positif. Apabila lembaga atau sekolah memiliki citra yang baik di mata masyarakat, maka besar kemungkinan akan lebih mudah dalam mengatasi persaingan. Jadi, pemasaran merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh madrasah untuk memberikan kepuasan pada stakeholder dan masyarakat. Penekanan kepada pemberian kepuasan kepada stakeholder merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap lembaga, agar mampu bersaing. Pemasaran tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai upaya kreatif dan inovatif dari para penyelenggara pendidikan untuk menggali keunikan dan keunggulan dari sekolahnya agar semakin dibutuhkan dan diminati oleh para pengguna jasa pendidikan. Untuk menarik calon pesera didik diperlukan strategi pemasaran yang bukan saja menjual jasa pendidikan secara apa adanya melainkan bagaimana mendekatkan pendekatan sesuai dengan keinginan dan kepuasan konsumen. Sebuah lembaga yang ingin sukses untuk masa depan dalam menghadapi persaingan, harus mempraktekkan pemasaran secara terus menerus.

Pendidikan merupakan faktor pendukung yang memegang peranan
penting di segala sektor, pendidikan adalah usaha agar manusia dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui proes pembelajaran. Dalam
kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu disenergikan dengan
tuntutan kompetisi. Untuk itu, perguruan tinggi dituntut untuk mampu
meningkatkan kualitas lulusannya.

Penentuan harga adalah proses memilih apa yang bakal diterima sebuah syarat sebagai pertukaran untuk produknya. Faktor-faktor harga adalah kos pengilangan, tempat pasaran, persaingan, keadaan pasaran, dan kualiti produk. Penentuan harga juga merupakan pemboleh ubah utama dalam teori peruntukan harga mikroekonomi. Penentuan harga adalah aspek dasar pemodelankewangan dan adalah salah satu dari “empat P” campuran pemasaran. Tiga aspek lain adalah barangan, promosi dan tempat. Produk ( Product ) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Dalam definisi secara luas, produk meliputi objek secara fisik, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk tadi. Penentuan hargaa produk perlu memikirkan produk dan jasa atas tiga tingkatan. Tingkatan yang paling dasar adalah produk inti ( coreproduct ),Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa. Dalam merancang produk, pemasar mula-mula arus mendefinisikan manfaat nti yang akan disediakan produk ke konsumen. Selajutnya perencanaan produk harus menciptakan produk aktual ( actualproduct ) disekitar produk inti. Produk aktual mungkin mempunyai lima karateristik: tingkat kualitas, fitur, rancangan, nama merek, dan kemasan.Akhirnya, penentuan produk harus mewujudkan produk tambahan disekitar produk inti dan produk aktual dengan menawarkan jasa dan manfaat tambahan bagi konsumen. Penambahan produk baru pada satu lini produk disebut sebagai lineextension. Jika lineextension memiliki kualitas yang lebih baik dari produk lainnya disebut sebagai tindakan tradingup atau brandleveraging.

Bauran pemasaran atau marketing mix adalah konsep dasar dalam pemasaran, dimanadidalamnya memuat tentang tahapan-tahapan pemasaran suatu produk atau jasa. Tahapan tahapan dalam bauran pemasaran ini secara umum dikenal dengan istilah ‘4P’ yakni, Produk, Price, Place dan Promotion. Salah satu keputusan yang penting dalam bauran pemasaran adalah ‘Price’ yaitu Penetapan harga, karena dalam penetapan harga ini perusahaan harus menetapkan tujuan, kalkulasi biaya, tingkat permintaan, harga pasar serta pencapaian-pencapaian lainnya yang ingin diperoleh perusahaan atas produk atau jasa yang dimilikinya. Salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Namun, banyak perusahaan yang kurang memperhatikan penetapan harga dengan baik.

 

 

 

 

Kesalahan yang paling umum adalah sebagai berikut :

·         Pertama adalah penetapan harga yang terlalu berorientasi biaya.

·         Kedua, harga kurang sering direvisi untuk mengambil keuntungan dari perubahan pasar.

·         Ketiga, harga ditetapkan secara independen dari bauran pemasaran lainnya dan bukannya sebagai unsur intrinsik dari strategi penentuan posisi pasar.

·         Keempat, harga kurang cukup bervariasi untuk berbagai macam produk, segmen pasar, dan saat pembelian.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan manajemen pemasaran jasa pendidikan?

2.      Apa yang dimaksud dengan produk jasa pendidikan?

3.       Apa yang dimaksud dengan penetapan harga jasa pendidikan?

4.      Bagaimana pendekatan di dalam penetapan harga jasa pendidikan?

5.      Bagaimana teknik di dalam penetapan harga jasa pendidikan?

6.      Bagaimana promosi jasa pendidikan?

 

C.    Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah:

1.      Untuk mengetahui maksud dari manajemen pemasaran jasa pendidikan.

2.      Untuk mengetahui maksud dari penetapan harga jasa pendidikan.

3.      Untuk mengetahui maksud dari produk jasa pendidikan.

4.      Untuk memahami pendekatan di dalam penetapan harga jasa pendidikan.

5.      Untuk memahami teknik di dalam penetapan harga jasa pendidikan.

6.      Untuk memahami seperti apa promosi jasa pendidikan.

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.

Kata produk berasal dari bahasa Inggris product yang berarti "sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya". Bentuk kerja dari kata product, yaitu produce, merupakan serapan dari bahasa latin prōdūce(re), yang berarti (untuk) memimpin atau membawa sesuatu untuk maju. Pada tahun 1575, kata "produk" merujuk pada apapun yang diproduksi ("anything produced"). Namun sejak 1695, definisi kata product lebih merujuk pada sesuatu yang diproduksi ("thing or things produced"). Produk dalam pengertian ekonomi diperkenalkan pertama kali oleh ekonom-politisi Adam Smith.

Suatu produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu produk konsumen dan produk industri. Dua jenis produk ini menjadi pilihan bagi perusahaan dalam produksi kelompok produk pertama atau produk yang kedua.

Produk konsumen adalah produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. produk konsumen mencangkup produk sehari-hari, produk belanja, produk khusus dan produk yang tidak dicari.

Kualitas produk berkaitan dengan kemampuan suatu produk dalam melakukan fungsi pembuatannya. Fungsi ini dinilai berdasarkan tingkat keandalan, kemudahan penggunaan dan perbaikan serta berbagai macam atribut yang dianggap bernilai dan berharga bagi suatu produk. Kualitas produk umumnya dinilai melalui kriteria-kriteria dalam manajemen mutu. Kualitas produk dinilai pada kemampuan barang, jasa atau keduanya dalam memberikan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Penilaian terhadap kualitas produk dapat sejara objektif maupun subjektif. Penilaian objektif melihat kepada pandangan produsen terhadap kegiatan produksi. Kualitas produk secara objektif dinilai melalui tingkat produksi dan penawaran. Sedangkan penilaian subjekti dinilai dari pandangan konsumen. Kualitas produk ditentukan oleh tingkat keinginan atau harapan dari konsumen terhadap produk yang dihasilkan produsen. Kualitas produk dalam pandangan produsen termasuk dalam penilaian dari dalam perusahaan, sedangkan penilaian dari konsumen termasuk penilaian dari luar perusahaan.

Keragaman produk adalah keragaman yang ada pada keseluruhan produk yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai penawaran kepada konsumen. Kelangsungan penjualan produk pada suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh hubungan antara keragaman produk dan perilaku konsumen. Tujuan dari adanya keragaman produk ialah merencanakan produk dalam satu kelompok jenis produk. Keragaman produk sangat mempengaruhi bisnis dan persaingan usaha di bidang perdagangan dengan jenis eceran. Keteresediaan barang dalam jumlah yang berlimpah umumnya membentuk keragaman produk secara alami. Keragaman produk membuat konsumen dapat memiliki pilihan produk yang lebih banyak dalam proses belanja.

Produk baru yang dibuat berdasarkan metode penelitian dan pengembangan mempertimbangkan beberapa konsep yang meliputi kepuasan konsumen, tingkatan produk, wujud produk, bauran produk dan kemampuan konsumen dalam mengenali produk. Kepuasan konsumen berkaitan dengan kebutuhan konsumen akan produk. Kepuasan konsumen berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Ada konsumen yang memerlukan produk fisik berupa barang dan properti, ada pula konsumen yang hanya memerlukan produk jasa perorangan, informasi, gagasan atau pengalaman. Pembelian produk baru didasarkan pada nilai yang berharga dari keberadaan produk tersebut. Di sisi produsen, pengembangan produk memperhatikan tujuan dan posisi dari pembuatan produk baru yaitu penambahan laba, produk dasar, produk yang diinginkan oleh konsumen, produk tambahan, atau produk potensial. Pengembangan produk baru juga memperhatikan daya tahan dan wujudnya yang meliputi produk untuk konsumsi dan produk industri. Produk baru yang dikembangkan juga ditentukan berdasarkan bauran produk yang kemudian berdampak kepada kemampuan konsumen untuk mengenali produk baru sebagai bagian dari produksi produsen pada produk lama. Pengenalan produk baru ini memperhatikan pengelolaan merek, penggunaan kemasan dan pemberian label. Pengembangan produk dimulai dari tahapan pembuatan gagasan, seleksi, pengujian konsep, analisis bisnis, pengembangan purwarupa, pengujian produk, pengujian pasar hingga komersialisasi.

B.     Definisi Harga

 

Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Biasanya penggunaan kata harga berupa digit nominal besaran angka terhadap nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi rendahnya nilai suatu kualitas barang atau jasa. Dalam ilmu ekonomi harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau beli suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan komparasi produk atau barang sejenis.

Harga merupakan nilai atau uang yang diberikan pelanggan sebagai imbalan atas penawaran tertentu yang berfungsi untuk memuaskan kebutuhan dan Keinginan mereka. Secara sederhana harga merupakan ukuran nilai yang ditukarkan pelanggan membeli suatu penawaran

Harga berfungsi sebagai sebuah mekanisme ekonomi dengan memakai penawaran yang bisa didistribusikan di antara pelanggan di pasar. Hal itu juga bertindak sebagai indikator tentang sejauh mana penawaran diminta dan sejauh mana hal itu disediakan atau tersedia.

Harga suatu produk merupakan nilai keseluruhan dari penawaran termasuk nilai dari semua bahan mentah dan jasa yang dipakai untuk membuat suatu penawaran. Harga layanan mempertimbangkan seluruh elemen yang terhubung dalam pembuatan layanan apa adanya.

Berikut adalah beberapa pengertian harga berdasarkan para ahli.

1. Menurut Kotler dan Amstrong

Kotler dan Amstrong, menyatakan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan kepada suatu produk (barang atau jasa) atau jumlah nilai yang harus dibayar konsumen demi memperoleh manfaat dari produk tersebut.

 

 

2. Menurut Philip Kotler

Kotler, menyatakan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan kepada suatu produk atau layanan jasa. Artinya bahwa harga merupakan jumlah nilai yang harus dibayar konsumen demi memiliki atau mendapatkan keuntungan dari sebuah produk atau jasa.

3. Menurut Joko Untoro

Joko Untoro, menyatakan bahwa harga merupakan kemampuan yang dimiliki suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam bentuk uang.

4. Menurut Samsul Ramli

Samsul Ramli, menyatakan bahwa harga merupakan nilai relatif yang dimiliki oleh suatu produk. Nilai tersebut tidak hanya indikator secara pasti yang menunjukan besarnya sumber daya yang diperlukan guna menghasilkan produk.

5. Menurut Imamul Arifin

Imamul Arifin, menyatakan bahwa harga merupakan kompensasi yang harus dibayarkan konsumen demi mendapatkan produk barang maupun jasa.

C.    Definisi Promosi

Promotion adalah sebuah istilah yang tentu sudah sering kita dengar sehari-hari, terutama bagi Anda yang sudah terbiasa berkecimpung di bidang pemasaran. Promotion sendiri sering disebut juga dalam bahasa Indonesia menjadi promosi.

Secara umum, dalam dunia kerja, promotion atau promosi bisa dipahami sebagai suatu pengikatan pangkat ataupun posisi karyawan di dalam struktur organisasi perusahaan. Maksud dari pengikatan pangkat bisa juga diartikan sebagai sebuah kenaikan pangkat atau sering kita dengar dengan istilah promosi jabatan.

Namun, promotion atau promosi memiliki arti yang berbeda dalam dunia pemasaran. Dalam dunia pemasaran, promosi bisa diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan agar bisa meningkatkan perkembangan sesuatu. Perkembangan dalam pemasaran berbeda dengan pekerjaan, pemasaran lebih menekankan perkembangan merek, produk, atau perusahaan itu sendiri.

Jadi, promosi atau promotion dalam dunia pemasaran adalah suatu aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh seseorang ataupun perusahaan kepada masyarakat luas. Tujuan promosi ini sendiri sebenarnya adalah untuk memperkenalkan merek, produk, atau perusahaan kepada masyarakat sekaligus dapat mempengaruhi mereka untuk menggunakan atau membeli produk atau jasa tersebut.

Sebelum belakangan banyak dikampanyekan, promosi bisa dikatakan merupakan suatu kegiatan yang sudah sangat lumrah untuk dilakukan oleh para marketer dalam menyampaikan sebuah informasi terkait suatu produk atau jasa. Tujuan promosi tentu juga masih sama, yaitu mempengaruhi atau menggerakkan calon konsumen supaya mau melakukan pembelian barang ataupun jasa yang ditawarkan perusahaan.

Segala kegiatan yang memiliki berkaitan secara langsung maupun tidak langsung biasanya akan menggabungkan beberapa bentuk promosi, misalnya saja seperti iklan, diskon, ataupun kaos bermerk perusahaan.

Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian promotion atau promosi, di antaranya yaitu:

1. Harper Boyd

Harper Boyd mengungkapkan bahwa promosi atau promotion adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka membujuk atau mempengaruhi seseorang untuk bersedia menerima produk, konsep ataupun gagasan.

2. Basu Swastha Dharmmesta

Sementara itu, Basu Swastha Dharmmesta mengatakan bahwa promosi atau promotion merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan secara satu arah dengan tujuan untuk memengaruhi pihak lain sehingga menghasilkan sebuah pertukaran di dalam pemasaran.

3. Louis E. Boone & David L. Kurtz

Kemudian, menurut Louis E. Boone dan David L. Kurtz, promosi bisa diartikan sebagai upaya untuk membujuk, memberikan informasi, hingga mempengaruhi keputusan pembelian.

 

4. Fandy Tjiptono

Selanjutnya, Fandy Tjiptono berpendapat bahwa promosi bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, atau meningkatkan pasar sasaran atas perusahaan. Bagi Tjiptono, tujuan promosi adalah menjadikan masyarakat bisa menerima, membeli dan juga loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

5. Philip Kotler

Berikutnya, Philip Kotler mengungkapkan bahwa promosi sebagai salah satu bagian dan juga proses strategi pemasaran untuk membentuk komunikasi dengan pasar melalui komposisi marketing mix.

6. Indriyo Gitosudarmo

Terakhir, Indriyo Gitosudarmo menjelaskan tentang pengertian promosi atau promotion adalah suatu kegiatan yang dilakukan pihak tertentu untuk mempengaruhi calon konsumen sehingga bisa mengenal produk yang ditawarkan dan membuat mereka senang dan mau membeli produk tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

A.    Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan

Manajemen merupakan sistem pengaturan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan. Menurut American Marketing Association 1960, yang menyatakan pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen.

Menurut British, Institute of Marketing, pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasi dan mejuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi penilaian dan pengubahan daya beli konsumen menjadi permintaan yang efektif akan sesuatu barang atau jasa, serta penyampaian barang atau jasa tersebut kepada konsumen atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan dapat mencapai laba atau tujuan lain yang ditetapkannya.

Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan laba. Inti dari pemasaran adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Jasa merupakan seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud bagi pembeli pertamanya. Kotler merumuskan jasa adalah segala aktivitas atau manfaat yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud, dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, jasa dapat didefinisikan sebagai kegiatan lembaga pendidikan memberi layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan cara memuaskannya.

Pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan. Etika pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan bersifat komplek, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, hasil pendidikan mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga Negara, generasi penerus ilmuwan di masa yang akan datang.

B.     Penetapan Harga Jasa Pendidikan

Unsur baruan baruan pemasaran penting lainya adalah harga yang merupakan jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk.

Harga merupakan kekuatan nilai tukar barang dan jasa yang dapat meningkatkan volume penjualan dan keuntungan perusahaan. Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memeproleh produk atau jasa. Harga juga dapat dikatakan sebagai penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen.

Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapat. Elemen-elemen lainya menimbulkan biaya. Harga juga merupakan bauran pemasaran yang paling fleksibel. Harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti ciri khas ( feature )produk dan perjanjian distribusi.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga merupakan sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa yang harus diberikan konsumen kepada produsen. Dan diantara elemen bauran pemasaran lainya, harga merupakan satu-satunya elemen yang dapat menghasilkan  pendapatan. Sementara elemen lainya menghasilkan biaya.

Harga dalam konteks jasa pendidikan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan oleh suatu PT. Dalam elemen harga PT dipertimbangkan mengenai penetapan harga (  seperti SPP, biaya pembangunan dan biaya laboratorium ), memberikan beasiswa , prosedur pembayaran, dan syarat cicilan. Harga akan sejalan dengan mutu dari produk/ jasa PT yang ditawarkan. Semakin tinggi mutu dari suatu produk/ jasa PT, biasanya harga jasa pendidikan yang ditawarkan pun akan semakin tinggi. Misalnya, PT yang dimiliki kualitas internasional ( memenuhi standar mutu internasional ) biasanya akan menetaapkan harga diatas rata-rata, namun mahasiswa akan tetap bersedia membayar selama berada dalam batas keterjangkauan mereka untuk mendapatakan pendidikan bermutu tinggi tersebut.

Penetapan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa kerena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/ bisnis. Keputusan penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/ manfaat yang diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa. Startegi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan penentuan tarif premium pada saat pemerintah tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan menurun.

Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa baru harus memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling penting utama adalah bahwa keputusan menentukan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. Perubahan berbagai tarif di berbagai pasar juga harus dipertimbangkan. Lebih jauh lagi , tarif spesifik yang akan ditetapkan akan bergantung pada tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar jasa tersebut. Nilai jasa ditetapkan oleh manfaat dari jasa tersebut.

Dari sudut pandang yang berbeda, Zeithaml dan Bitner menjelaskan prinsip-prinsip penentuan harga jasa yang dapat diterapkan ke dunia pendidikan, yaitu sebagai berikut.

a)      Pemasaran jasa pendidikan harus memerhatikan hal-hal penting penentuan harga jasa pendidikan, yaitu memilih tujuan penentuan harga jasa pendidikan, menentukan tingkat permintaan jasa pendidikan, memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan, menganalisis harga jasa pendidikan yang ditentukan sekolah dan produk jasa pendidikan yang ditawarkan sekolah kompetitor, memilih metode penentuan harga jasa pendidikan, dan menentukan harga akhir jasa pendidikan.

b)      Pemasaran jasa pendidikan tidak harus selalu mencari pendapatan maksimal yang menentukan harga jasa pendidikan yang tinggi, tetapi dapat memaksimalkan penerimaan sekolah saat ini, pangsa pasar jasa pendidikan, atau alternatif lain.

c)      Pemasar jasa pendidikan harus memahami seberapa tanggap permintaan harga jasa pendidikan pada perubahan harga jasa pendidikan. Untuk mengevaluasi tingkat kepekaan harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan dapat menghitung “elastisitas permintaan jasa pendidikan”

d)     Pemasar jasa pendidikan harus memerhatikan biaya penentuan harga jasa pendidikan, mencakup biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, serta biaya lainnya.

e)      Harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor memengaruhi tingkat permintaan jasa pendidikan yang ditawarkan sehingga harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor harus dipertimbangkan dalam proses penentuan harga jasa pendidikan.

f)       Cara atau variasi penentuan harga jasa pendidikan yang ada mencakup mark-up ( penggelembungan harga ), sasaran perolehan, nilai yang dapat diterima, faktor psikologis, dan harga lainnya.

g)      Setelah menentukan struktur harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus menyesuaikan harga jasa pendidikan dengan menggunakan harga psikologis, potongan harga, harga promosi, dan harga baruan produk jasa pendidikan.[1][6]

h)      Prinsip-prinsip penetapan harga tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, baik untuk barang maupun jasa.

C.    Produk Jasa Pendidikan

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Menurut Sri Minarti, dalam jasa pendidikan, produk yang ditawarkan kepada siswa ialah reputasi, prospek, dan variasi pilihan. Sekolah yang baik menawarkan reputasi/mutu pendidikan yang tinggi, prospek bagi siswa setelah lulus, dan pilihan konsentrasi berbagai program yang bervariasi sehingga calon siswa dapat memilih bidang yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Sedangkan menurut Bukhari, produk dari sekolah adalah jasa kependidikan yang dapat dirinci atas :

1)      Jasa kurikuler meliputi kurikulum, silabus umum (GBPP), rancangan bahan pembelajaran, penyajian bahan pembelajaran, dan evaluasi

2)      Jasa penelitian, berupa berbagai penelitian dan hasilnya atau pengembangan kemampuan guru dalam meneliti dan membaca hasil penelitian.

3)      Jasa ektrakurikuler, meliputi berbagai kegiatan pelayanan di luar jasa kurikuler, seperti kegiatan kesenian, olah raga, prakarya dan lain-lain

4)      Jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat, meliputi layanan untuk mengembangkan kemampuan para peserta didik untuk hidup bermasyarakat seperti mengobservasi kehidupan petani, pengusaha/perusahaan industry, mengunjungi rumah sakit, mengun jungi rumah-rumah ibadah, panti asuhan dan memberi bantuan dan lain-lain

5)      Jasa administrasi/ketatausahaan, berupa layanan berbagai surat keterangan, surat pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar.

6)      Jasa layanan khusus, berupa layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan, layanan usaha kesehatan sekolah, layanan kantin, dan layanan transportasi atau bus.

Produk jasa pendidikan hanya dikonsumsi oleh konsumen, pada saat proses produksi berlangsung. Sementara, produk barang dan jasa lain, selain pendidikan, yang terlihat secara fisik biasanya diproduksi di pabrik atau di tempat-tempat tertentu. Pada bidang jasa pendidikan, faktor penyedia jasa pendidikan (orang) langsung berperan dalam proses produksi jasa tersebut.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa bentuk produk jasa pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam 3 macam :

1)      Reputasi Reputasi merupakan kemampuan output lembaga pendidikan yang terdiri dari kemampuan di bidang kognitif, psikomotor dan sikap. Kemampuan ini diperoleh dari hasil proses pembelajaran dan pembudayaan yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan secara berkelanjutan terhadap peserta didik. Kualitas kemampuan output lembaga pendidikan sangat tergantung dari kualitas program-program yang direncanakan dan dijalankan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

2)      Prospek Prospek dalam hal ini adalah tingkat keberlangsungan dari output lembaga pendidikan setelah keluar dari lembaga pendidikan tersebut. Apakah output mudah diterima oleh lembaga pendidikan berikutnya atau mudah diterima di lingkungan sebagai tenaga kerja bahkan sebagai warga Negara yang baik.

3)      Varians Vrians ialah tersedianya variasi atau ragam pilihan berbagai bidang. Ketika persedian terpenuhi maka ragam pilihan ini sangat memungkinkan para siswa untuk memilih sesuai potensi yang dimiliki.

D.    Pendekatan Penetapan Harga Jasa Pendidikan

Menurut Lovelock, strategi penentuan harga jasa pendidikan dapat dianalogikan sebagai tumpuan berkaki tiga dan tiga buah kaki yang mendasarinya adalah biaya (cost), persaingan (competition) serta nilai bagi pelanggan (value to customer). Biaya pendidikan merupakan harga dasar atau harga minimal jasa pendidikan yang dikenakan pada produk jasa pendidikan tertentu. Sementara itu, nilai produk jasa pendidikan tersebut merupakan harga harga atap atau harga maksimal jasa pendidikan. Harga jasa pendidikan yang dikenakan sekolah competitor untuk produk jasa pendidikan subtitusi atau produk jasa pendidikan sejenis, terletak antara harga atap dan harga dasar dari tumpuan berkaki tiga. Dengan mempertimbangkan kembali uraian sebelumnya, terdapat tiga pendekatan penentuan harga jasa pendidikan, yaitu yang pertama penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan biaya, penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan persaingan serta penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan nilai.

 

 

 

1. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Biaya

Harga jasa pendidikan ditentukan berdasarkan biaya pendidikan yang berkaitan dengan aktivitas untuk menghasilkan, menyampaikan dan memasarkan produk jasa pendidikan. Pemasar jasa pendidikan harus menentukan harga jasa pendidikan yang tepat untuk menutup seluruh biaya pendidikan (biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel) agar menghasilkan dan memasarkan jasa pendidikan. Akan tetapi, kita jangan melihat biaya pendidikan itu dari sudut pandang akuntansi biaya yang hanya menekankan pada kategori biaya pendidikan, tetapi melihat biaya pendidikan itu sebagai bagian usaha sekolah secara terpadu untuk menciptakan nilai bagi pelanggan jasa pendidikan. Pelanggan jasa pendidikan tidak tertarik pada biaya pendidikan yang dihasilkan sekolah agar bisa menghasilkan jasa pendidikan, tetapi mereka tertarik pada hubungan antara harga jasa pendidikan jasa yang dikeluarkan dan nilai jasa pendidikan yang didapatkannya. Penentuan biaya berdasarkan aktivitas (Activity-Based Costing /ABC) merupakan pendekatan penentuan biaya pendidikan yang tepat, karena menentukan biaya pendidikan berdasarkan aktivitas jasa pendidikan yang dikonsumsi pelanggan jasa pendidikan.

2. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Persaingan

Jika pelanggan jasa pendidikan melihat sedikit waktu perbedaan di antara jasa pendidikan yang ditawarkan di pasar jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus meilih strategi penentuan harga jasa pendidikan yang lebih murah karena sekolah dengan biaya per unit jasa pendidikan yang paling rendah di pasar jasa pendidikan akan bisa menikmati manfaat dari aktivitas pemasaran jasa pendidikan, yaitu memenangkan persaingan pendidikan. Oleh karena itu, ada dua strategi persaingan harga jasa pendidikan yang dapat diterapkan sekolah, yaitu sebagai berikut:

a. Kepemimpinan Harga Jasa Pendidikan ( Price Leadership )

Dalam sektor jasa pendidikan nasional, kita dapat menemukan sekolah yang bertindak sebagai pemimpin harga ( price leader ) jasa pendidikan, sedangkan sekolah kompetitor akan mengikuti jejak pemimpin harga jasa pendidikan. Penentu harga jasa pendidikan adalah variabel pemasaran jasa pendidikan yang mudah dan cepat berubah, karena perang harga mampu dihasilkan selama satu malam ketika sekolah kompetitor tergesa-gesa menyesuaikan harga penawaran jasa pendidikan.

 

b. Tawar-menawar dan Negosiasi Harga Jasa Pendidikan (Price Bids and Negotiations)

Sekolah yang melakukan subkontrak dapat menggunakan metode tawar-menawar harga jasa pendidikan dengan meminta penawaran jasa pendidikan dari pemasok jasa pendidikan, untuk memberikan informasi penawaran harga jasa pendidikan yang lebih rendah, menjalankan proses pendidikan yang lebih cepat, atau menawarkan atribut lainnya.

3. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Nilai

Strategi penentuan harga jasa pendidikan sering kali tidak berhasil karena tidak adanya keterkaitan yang jelas antara harga jasa dan nilai jasa. Berry dan Yadav mengemukakan tiga strategi untuk menangkap dan mengomunikasikan nilai jasa, antara lain sebagai berikut.

a. Pengurangan ketidakpastian ( uncertainty reduction ).

Jika pelanggan jasa pendidikan tidak percaya tentang seberapa banyak nilai jasa pendidikan yang akan diterimanya dari sekolah, mereka mungkin akan mencari pemasok jasa pendidikan yang terkenal atau tidak membeli jasa pendidikan secara keseluruhan. Dua metode penentuan harga jasa pendidikan yang dapat digunakan sekolah, yaitu sebagai berikut.

1)      Penentuan harga jasa pendidikan yang dikendalikan oleh manfaat jasa pendidikan ( benefit-driven pricing ), untuk membantu mengurangi ketidakpastian yang dititikberatkan pada aspek-aspek jasa pendidikan yang langsung bermanfaat bagi pelanggan jasa pendidikan.

2)      Penentuan harga jasa pendidikan dengan tarif tetap ( flat-rate pricing ), yang memberikan harga jasa pendidikan konstan sebelum proses penyampaian jasa pendidikan sehingga pelanggan jasa pendidikan tidak terkejut.

b. Peningkatan hubungan ( relationship enhancement ).

Sebenarnya, strategi potongan harga untuk memenangkan persaingan pendidikan bukan cara terbaik menarik pelanggan jasa pendidikan yang akan tetap loyal selamanya. Namun, menawarkan potongan harga ketika pelanggan jasa pendidikan membeli dua atau lebih jasa pendidikan secara bersamaan adalah strategi membangun hubungan yang baik.

 

c. Kepemimpinan  biaya ( cost leadership ).

Tujuan strategi ini adalah mencapai biaya pendidikan paling rendah pada sektor jasa pendidikan nasional. Harga jasa pendidikan yang rendah sangat diharapkan oleh pelanggan jasa pendidikan dengan anggaran keuangan yang rendah.

E.     Teknik Penentuan Harga Jasa Pendidikan

Pemasaran jasa pendidikan menyadari tujuan pemasaran jangka panjang adalah menyediakan realisasi aktivitas pendidikan yang tidak terganggu melalui penciptaan harga jasa pendidikan yang tepat. Dengan harga jasa pendidikan yang bersaing, sekolah dapat menjadi pemimpin pasar jasa pendidikan sehingga dapat menarik banyak siswa. Ketika merumuskan harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus memerhatikan biaya yang muncul dalam proses pendidikan. Pemerintah sering kali memberikan terlalu banyak kebebasan bagi sekolah dalam proses perumusan harga jasa pendidikan sehingga bisa tercermin pada harga jasa pendidikan yang terlalu tinggi, dan untuk sebagian besar masyarakat harga itu merupakan harga jasa pendidikan yang tidak dapat dijangkau. Jadi, menurut Ihlandfeldt ( 1980 ), ada sepuluh teknik yang dapat digunakan pemasar jasa pendidikan untuk menentukan harga jasa pendidikan pada pelanggan jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut.

1)      Penentuan harga berdasarkan unit ( unit pricing ). Harga jasa pendidikan yang harus dibayar siswa ditentukan per unit, misalnya per mata pelajaran yang diambil sampai siswa memperoleh ijazah atau menamatkan pendidikan. Teknik ini sangat fleksibel bagi siswa karena bergantung pada kemampuan siswa secara ekonomi dan intelektual.

2)      Penentuan harga dua bagian ( two-part pricing ). Siswa membayar harga jasa pendidikan yang sama untuk SPP, kemudian membayar harga jasa pendidikan sesuai jumlah mata pelajaran yang diambil. Teknik ini juga sangat fleksibel bagi siswa karena bergantung pada seberapa banyak mata pelajaran yang akan diambil.

3)      Penentuan harga berdasarkan waktu ( term pricing ). Pembayaran harga jasa pendidikan ditentukan selama satu semester atau caturwulan, yakni siswa boleh mengambil mata pelajaran semaksimal mungkin sesuai peraturan yang ditentukan sekolah. Akan tetapi, teknik ini dapat berdampak negatif terhadap siswa karena mereka akan mencoba belajar tergesa-gesa dalam waktu singkat sehingga dapat menurunkan kualitas pendidikan.

 

4)      Penentuan harga berdasarkan skala ( scaled pricing ). Siswa membayar harga jasa pendidikan lebih tinggi untuk semester pertama dan kedua, kemudian membayar harga jasa pendidikan lebih rendah untuk semester tambahan. Teknik ini ditentukan untuk sekolah yang ingin memperkecil percepatan peningakatan harga jasa pendidikan sehingga dapat menentukan harga jasa pendidikan lebih tinggi pada setiap semester tambahan yang melampaui beban belajar normal.

5)      Penentuan harga diferensial ( differential pricing ). Harga jasa pendidikan ditentukan berbeda-beda sesuai segmen siswa yang diterima, yaitu apakah kelas reguler, pagi, sore, atau malam hari.

6)      Harga jasa pendidikan yang dapat dinegosiasi ( negotiated tuition ). Penentuan harga jasa pendidikan dapat dirundingkan antara orang tua siswa dan sekolah dengan memerhatikan aspek kemampuan, kedudukan, dan pekerjaan orang tua siswa.

7)      Diskon kuantitas ( quantity discounts ). Siswa yang berasal dari daerah atau karakteristik tertentu bisa diberikan potongan harga khusus.

8)      Diskon berbasis waktu ( time-based discounts ). Harga jasa pendidikan ditentukan berdasarkan waktu pendaftaran. Jadi, calon siswa yang mendaftar lebih awal dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih murah atau diberikan potongan harga dibandingkan calon siswa yang mendaftar terakhir.

9)      Penentuan harga saat ramai ( peak-load pricing ). Jika banyak calon siswa yang mendaftar di sekolah, sekolah menentukan harga jasa pendidikan lebih tinggi bagi orang tua siswa yang mampu secara ekonomi. Dengan demikian, orang tua siswa yang mampu membayar harga jasa pendidikan lebih tinggi akan diberikan prioritas penerimaan anaknya di sekolah jika calon siswa telah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh sekolah.

10)  Penentuan harga kontribusi waktu ( work contribution ). Jika sekolah memiliki program kerja magang bagi siswanya, siswa dapat menerima bantuan paket siswa yang meliputi program kerja magang dalam bentuk beasiswa sehingga dapat mengurangi harga jasa pendidikan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

 

 

 

F.     Promosi Jasa Pendidikan

Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi, produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan. Promosi sering disebut juga sebagai pemasaran.

Bauran promosi merupakan perpaduan strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, penjualan pribadi, serta alat promosi lainnya yang seluruhnya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan. Lovelock (2002) mengklasifikasikan bauran promosi jasa pendidikan menjadi enam kelompok, yaitu sebagai berikut:

1)      Komunikasi pribadi (personal communications), yaitu komunikasi secara langsung antara pemasar jasa pendidikan dan pelanggan jasa pendidikan yang melibatkan dialog dua arah, seperti percakapan tatap muka, panggilan telepon, dan surat elektronik, yang meliputi penjualan pribadi jasa pendidikan, telemarketing jasa  pendidikan, pelayanan pelanggan jasa pendidikan, pelatihan pelanggan jasa pendidikan, serta  komunikasi dari mulut ke mulut pemasaran jasa pendidikan.

2)      Periklanan (advertising), yaitu bentuk-bentuk komunikasi bukan pribadi yang dilakukan pemasar jasa pendidikan dengan tujuan menginformasikan, mengedukasi, atau membujuk khalayak pasar sasaran jasa pendidikan, antara lain melalui siaran radio, materi tercetak, internet, papan reklame, dan surat langsung.

3)      Promosi penjualan (sales promotion), yaitu bentuk insentif jangka pendek yang ditawarkan kepada pelanggan jasa pendidikan dan perantara jasa pendidikan untuk merangsang pembelian produk jasa pendidikan seperti pengambilan sampel produk jasa pendidikan, kupon produk jasa pendidikan, potongan harga produk jasa pendidikan, tawaran pengembalian tunai produk jasa pendidikan, hadiah, dan promosi berhadiah.

4)      Publisitas (publicity) hubungan masyarakat (public relations), yaitu upaya yang dilakukan pemasar jasa pendidikan untuk memicu minat positif terhadap sekolah dan produk jasa pendidikan melalui penyebaran berita baru, melaksanakan konferensi pers, menyelenggarakan peristiwa istimewa, dan mendanai aktivitas yang patut dijadikan berita oleh pihak ketiga sekolah.

 

5)      Materi instruksional (instructional materials), yaitu materi promosi untuk mempromosikan produk jasa pendidikan yang baru atau atribut produk jasa pendidikan jika pelanggan jasa pendidikan tidak memahami produk jasa pendidikan, yang meliputi situs sekolah, buku pedoman sekolah, brosur sekolah, video dan kaset sekolah, perangkat lunak dan CD sekolah, serta kotak suara sekolah.

6)      Desain organisasi (corporate design), yaitu aplikasi warna, simbol dan kop surat yang berbeda-beda sehingga memberikan kemudahan bagi sekolah untuk mengakui identitasnya, yang meliputi papan merek sekolah, dekorasi bagian dalam sekolah, kendaraan sekolah, peralatan sekolah, dan seragam sekolah.

Di dalam kampanye promosi jasa pendidikan, sekolah dapat menggunakan salah satu variabel bauran promosi jasa pendidikan atau perpaduan variabel bauran promosi jasa pendidikan. Akan tetapi, ketika menerapkan bauran promosi/komunikasi jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus memahami pasar sasaran jasa pendidikan yang dituju. Bentuk-bentuk promosi jasa pendidikan yang digunakan setiap sekolah tentunya akan berbeda-beda. Hal itu bergantung pada beberapa hal berikut:

1.    Klasifikasi jasa pendidikan

2.    Tujuan komunikasi pemasaran jasa pendidikan

3.    Penciptaan citra sekolah yang kuat

4.    Peningkatan pesanan jasa pendidikan secara berulang.

 

 

Desain Promosi Jasa Pendidikan

Model komunikasi pemasaran jasa pendidikan menekankan faktor faktor komunikasi pemasaran jasa pendidikan secara efektif. Pengirim mengirimkan pesan melalui media. Agar berkomunikasi secara efektif, pengirim perlu memahami kebutuhan dan keinginan dari penerima. Pengirim harus mahir mengodekan pesan dengan mempertimbangkan cara khalayak sasaran dalam menguraikan kode pesan. Mereka harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien untuk menjangkau khalayak sasaran dan membangun saluran umpan balik sehingga dapat mengetahui tanggapan penerima atas pesan tersebut.

 

 

 

 

Riset pemasaran jasa pendidikan diperlukan pada setiap tahapan komunikasi pemasaran jasa pendidikan, yang memiliki fungsi sebagai berikut:

1.    Mengidentifikasi dan mengelompokkan khalayak sasaran potensial

2.    Menetapkan kebutuhan informasi

3.    Mengembangkan pesan yang tepat

4.    Mengukur tanggapan khalayak sasaran

Menurut Kotler dan Fox (1995), komunikator pemasaran jasa pendidikan harus membuat enam keputusan sebagai berikut:

1.    Mengidentifikasi khalayak sasaran

Khalayak sasaran potensial meliputi seluruh khalayak pendidikan dan pasar jasa pendidikan. Orangtua siswa tertarik dengan informasi biaya pendidikan dan kualitas guru, sedangkan masyarakat luas tertarik dengan aktivitas sosial dan evaluasi pengalaman pendidikan siswa. Sekolah seharusnya dapat mengidentifikasi khalayak sasaran utama dan perhatiannya agar dapat menyediakan informasi sesuai kebutuhan.

2.    Menjelaskan tanggapan yang diinginkan

Komunikasi pemasaran jasa pendidikan dirancang agar dapat memperoleh tanggapan dari penerima. Tanggapan itu dapat berupa perubahan terhadap kesadaran warga sekolah dan program pendidikan atau perubahan perilaku yang berpengaruh pada kualitas program pendidikan. Apabila sekolah bisa mengetahui tanggapan yang diinginkan, sekolah membentuk pesan terbaik dan menilai efektivitas pesan.

3.    Mengembangkan Pesan

Setelah mendefinisikan tanggapan yang diinginkan khalayak sasaran sekolah, komunikator dapat mengembangkan komunikasi pemasaran jasa pendidikan. Komunikasi pemasaran jasa pendidikan ideal harus menarik perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan (action) yang sering kali dikenal dengan Model AIDA (Attention, Interest, Desire, ond Action). Oleh karena itu, sekolah perlu menggunakan pesan dan jenis komunikasi Yang berbeda-beda pada tahapan proses komunikasi pemasaran jasa Pendidikan. Pesan memiliki isi dan bentuk tertentu.

 

 

 

 

 

4.    Memilih Alat Perantara atau Media Komunikasi

Komunikator harus memilih alat perantara atau media komunikasi yang efisien, yaitu sebagai berikut.

a.      Komunikasi pribadi (personal communication), meliputi komunikasi Iangsung dari perwakilan sekolah (alumni, kantor perwakilan sekolah, karyawan sekolah bagian pengembangan, karyawan sekolah bagian pendaftaran, dan telemarketer sekolah) serta pengaruh komunikasi lisan melalui percakapan dengan tetangga, teman, anggota keluarga, dan rekan kerja sekolah yang merupakan bentuk komunikasi sangat meyakinkan. Menurut Robertson (1971), organisasi dapat merangsang komunikasi pribadi tersebut dengan cara sebagai berikut.

1)      Menentukan individu dan kelompok yang berpengaruh, serta mencurahkan segala upayanya untuk sekolah.

2)      Menciptakan pemimpin Opini melalui pembekalan informasi dan meminta untuk membantu sekolah (misalnya, dalam hal pemerolehan dana atau pendaftaran siswa).

3)      Bekerja sama dengan pihak berpengaruh, seperti pejabat, kelompok sosial, dan sebagainya.

4)      Menonjolkan seseorang yang berpengaruh melalui hubungan pers dan perildanan.

5)      Mengembangkan perildanan dengan nilai percakapan yang tinggi. 

 

b.      Komunikasi bukan pribadi (nonpersonal communication), meliputi seluruh saluran komunikasi yang tidak melibatkan hubungan langsung antarwarga sekolah melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, papan reldame, peristiwa istimewa, dan surat langsung.

 

5.    Memilih Atribut Sumber

Komunikasi pemasaran jasa pendidikan akan berdampak pada khalayak sasaran sekolah jika khalayak sasaran sekolah telah mengalami prose komunikasi pemasaran jasa pendidikan. Menurut Kelman dan Hovlanc (1953), ada tiga faktor yang mendasari kredibilitas sumber, yaitu sebagaj berikut.

a.    Keahlian (expertise), yaitu tingkat ketika komunikator merasa memiliki wewenang terhadap apa yang telah dinyatakan. Siswa atau alumni biasanya merasa sebagai ahli karena telah mengalami proses pendidikan. Koordinator bidang studi bisa memiliki keahlian tinggi saat berbicara tentang mata pelajaran tertentu.

b.    Kepercayaan (trustworthiness), yang berkaitan dengan tingkat objektivitas dan kejujuran sumber yang dirasakan. Khalayak sasaran sekolah cénderung lebih percaya kepada temannya dan orang lain dibandingkan dengan orang asing atau karyawan sekolah bagian pendaftaran.

c.    Ketertarikan (likability), yang berkaitan dengan tingkat ketertarikan sumber bagi khalayak sasaran sekolah. Komunikasi pemasaran jasa pendidikan berbentuk komunikasi yang terus terang, jenaka, dan wajar cenderung membuat sumber menjadi lebih menyenangkan.

 

6.    Mengumpulkan Umpan Balik

Komunikator harus menguji komunikasi pemasaran jasa pendidikan sebelum digunakan dan meneliti pengaruhnya terhadap khalayak sasaran sekolah. Proses pengujian dan riset meliputi penyimpanan catatan permintaan informasi sekolah, surat pendaftaran, sumbangan yang diterima sekolah, serta ukuran lain tentang perhatian dan ketertarikan sekolah komunikator dapat melakukan survei bagi khalayak sasaran sekolah dan bertanya apakah mereka telah mengenal atau mengingat pesan yang disampaikan, cara merasakan pesan, perilaku mereka sebelum dan saatini terhadap sekolah, serta tujuannya untuk mendaftar atau menyumbangkan uang kepada sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

A.    KESIMPULAN

Pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan. Etika pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan bersifat komplek, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, hasil pendidikan mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga Negara, generasi penerus ilmuwan di masa yang akan datang.

Penetapan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa kerena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/ bisnis. Keputusan penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/ manfaat yang diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa. Startegi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan penentuan tarif premium pada saat pemerintah tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan menurun.

Bentuk produk jasa pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam 3 macam :

1)      Reputasi Reputasi merupakan kemampuan output lembaga pendidikan yang terdiri dari kemampuan di bidang kognitif, psikomotor dan sikap. Kemampuan ini diperoleh dari hasil proses pembelajaran dan pembudayaan yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan secara berkelanjutan terhadap peserta didik. Kualitas kemampuan output lembaga pendidikan sangat tergantung dari kualitas program-program yang direncanakan dan dijalankan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

2)      Prospek Prospek dalam hal ini adalah tingkat keberlangsungan dari output lembaga pendidikan setelah keluar dari lembaga pendidikan tersebut. Apakah output mudah diterima oleh lembaga pendidikan berikutnya atau mudah diterima di lingkungan sebagai tenaga kerja bahkan sebagai warga Negara yang baik.

3)      Varians Vrians ialah tersedianya variasi atau ragam pilihan berbagai bidang. Ketika persedian terpenuhi maka ragam pilihan ini sangat memungkinkan para siswa untuk memilih sesuai potensi yang dimiliki.

Terdapat tiga pendekatan penentuan harga jasa pendidikan, yaitu yang pertama penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan biaya, penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan persaingan serta penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan nilai.

Menurut Ihlandfeldt ( 1980 ), ada sepuluh teknik yang dapat digunakan pemasar jasa pendidikan untuk menentukan harga jasa pendidikan pada pelanggan jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut.

1)   Penentuan harga berdasarkan unit ( unit pricing ).

2)   Penentuan harga dua bagian ( two-part pricing ).

3)   Penentuan harga berdasarkan waktu ( term pricing ).

4)   Penentuan harga berdasarkan skala ( scaled pricing ).

5)   Penentuan harga diferensial ( differential pricing ).

6)   Harga jasa pendidikan yang dapat dinegosiasi ( negotiated tuition ).

7)   Diskon kuantitas ( quantity discounts ).

8)   Diskon berbasis waktu ( time-based discounts ).

9)   Penentuan harga saat ramai ( peak-load pricing ).

10)  Penentuan harga kontribusi waktu ( work contribution ).

Pemasaran jasa pendidikan biasa dilakukan oleh lembaga-lembaga yang belum memiliki “nama” di dalam lingkungan masyarakat. Pemasaran tersebut dilakukan untuk memperoleh pelanggan yang mau menggunakan jasa pendidikannya. Karena suatu lembaga tidak akan berarti apa-apa jika tidak memiliki orang yang menikmati jasanya. Tetapi bukan berarti sekolah-sekolah besar yang sudah dikenal luas oleh masyarakat tidak melakukan pemasaran jasa pendidikan. Justru agar tidak tertinggal di era modern yang persaingannya sangat ketat ini, lembaga pendidikan besar pun harus tetap berinovasi agar tidak ditinggalkan oleh pengguna jasa mereka.

B.     SARAN

Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “ Produk Harga dan Promosi Jada Pendidikan“ pasti tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan Makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen Pemasaran Pendidikan. Oleh karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2009). Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima.ALFABETA: Bandung.

 

Assauri, Sofjan. (2009). Manajemen Pemasaran (Dasar, Konsep dan Strategi).

 

Wijaya, David. (2016). Pemasaran Jasa Pendidikan.BUMI AKSARA:Jakarta.

 

Foster, Douglas. (1985). Prinsip-prinsip Pemasaran (Manajer yang Sukses di Negara Berkembang).

 

Alma, Buchari. (2004). Manjemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.ALFABETA: Bandung.

 

Saladin, Djaslim dan Yevis Oesman. (2002). Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategik.LINDA KARYA: Bandung.

 

Wijaya, David. (2006). Pemasaran Jasa Pendidikan.BUMI AKSARA GROUP:Jakarta.