“PRODUK HARGA
DAN PROMOSI JASA PENDIDIKAN”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manajemen pemasaran bagi lembaga pendidikan diperlukan seiring
dengan adanya persaingan antar sekolah yang semakin atraktif. Pemasaran
dibutuhkan bagi lembaga pendidikan dalam membangun citranya yang positif.
Apabila lembaga atau sekolah memiliki citra yang baik di mata masyarakat, maka
besar kemungkinan akan lebih mudah dalam mengatasi persaingan. Jadi, pemasaran
merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh madrasah untuk memberikan
kepuasan pada stakeholder dan masyarakat. Penekanan kepada pemberian kepuasan
kepada stakeholder merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap lembaga, agar
mampu bersaing. Pemasaran tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai upaya
kreatif dan inovatif dari para penyelenggara pendidikan untuk menggali keunikan
dan keunggulan dari sekolahnya agar semakin dibutuhkan dan diminati oleh para
pengguna jasa pendidikan. Untuk menarik calon pesera didik diperlukan strategi
pemasaran yang bukan saja menjual jasa pendidikan secara apa adanya melainkan
bagaimana mendekatkan pendekatan sesuai dengan keinginan dan kepuasan konsumen.
Sebuah lembaga yang ingin sukses untuk masa depan dalam menghadapi persaingan,
harus mempraktekkan pemasaran secara terus menerus.
Pendidikan merupakan faktor
pendukung yang memegang peranan
penting
di segala sektor, pendidikan adalah usaha agar manusia dapat
mengembangkan
potensi dirinya melalui proes pembelajaran. Dalam
kerangka
globalisasi, penyiapan pendidikan perlu disenergikan dengan
tuntutan
kompetisi. Untuk itu, perguruan tinggi dituntut untuk mampu
meningkatkan
kualitas lulusannya.
Penentuan
harga adalah proses memilih apa yang bakal diterima sebuah syarat sebagai
pertukaran untuk produknya. Faktor-faktor harga adalah kos pengilangan, tempat
pasaran, persaingan, keadaan pasaran, dan kualiti produk. Penentuan harga juga
merupakan pemboleh ubah utama dalam teori peruntukan harga mikroekonomi.
Penentuan harga adalah aspek dasar pemodelankewangan dan adalah salah satu dari
“empat P” campuran pemasaran. Tiga aspek lain adalah barangan, promosi dan
tempat. Produk ( Product ) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Dalam definisi secara luas, produk meliputi
objek secara fisik, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua
bentuk-bentuk tadi. Penentuan hargaa produk perlu memikirkan produk dan jasa
atas tiga tingkatan. Tingkatan yang paling dasar adalah produk inti ( coreproduct
),Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari
konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa. Dalam merancang produk,
pemasar mula-mula arus mendefinisikan manfaat nti yang akan disediakan produk
ke konsumen. Selajutnya perencanaan produk harus menciptakan produk aktual (
actualproduct ) disekitar produk inti. Produk aktual mungkin mempunyai lima
karateristik: tingkat kualitas, fitur, rancangan, nama merek, dan
kemasan.Akhirnya, penentuan produk harus mewujudkan produk tambahan disekitar
produk inti dan produk aktual dengan menawarkan jasa dan manfaat tambahan bagi
konsumen. Penambahan produk baru pada satu lini produk disebut sebagai
lineextension. Jika lineextension memiliki kualitas yang lebih baik dari produk
lainnya disebut sebagai tindakan tradingup atau brandleveraging.
Bauran
pemasaran atau marketing mix adalah konsep dasar dalam pemasaran,
dimanadidalamnya memuat tentang tahapan-tahapan pemasaran suatu produk atau
jasa. Tahapan tahapan dalam bauran pemasaran ini secara umum dikenal dengan
istilah ‘4P’ yakni, Produk, Price, Place dan Promotion. Salah satu keputusan
yang penting dalam bauran pemasaran adalah ‘Price’ yaitu Penetapan harga,
karena dalam penetapan harga ini perusahaan harus menetapkan tujuan, kalkulasi
biaya, tingkat permintaan, harga pasar serta pencapaian-pencapaian lainnya yang
ingin diperoleh perusahaan atas produk atau jasa yang dimilikinya. Salah satu
cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan
harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang
sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen. Namun, banyak perusahaan yang kurang memperhatikan
penetapan harga dengan baik.
Kesalahan
yang paling umum adalah sebagai berikut :
·
Pertama
adalah penetapan harga yang terlalu berorientasi biaya.
·
Kedua,
harga kurang sering direvisi untuk mengambil keuntungan dari perubahan pasar.
·
Ketiga,
harga ditetapkan secara independen dari bauran pemasaran lainnya dan bukannya
sebagai unsur intrinsik dari strategi penentuan posisi pasar.
·
Keempat,
harga kurang cukup bervariasi untuk berbagai macam produk, segmen pasar, dan
saat pembelian.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan manajemen pemasaran
jasa pendidikan?
2.
Apa yang dimaksud dengan produk jasa
pendidikan?
3.
Apa yang dimaksud dengan penetapan harga jasa
pendidikan?
4.
Bagaimana pendekatan di dalam penetapan harga jasa
pendidikan?
5.
Bagaimana teknik di dalam penetapan harga
jasa pendidikan?
6.
Bagaimana promosi jasa pendidikan?
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui maksud dari manajemen
pemasaran jasa pendidikan.
2.
Untuk mengetahui maksud dari penetapan harga
jasa pendidikan.
3.
Untuk mengetahui maksud dari produk jasa pendidikan.
4.
Untuk memahami pendekatan di dalam penetapan
harga jasa pendidikan.
5.
Untuk memahami teknik di dalam penetapan
harga jasa pendidikan.
6.
Untuk memahami seperti apa promosi jasa
pendidikan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing, produk adalah apapun
yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan.
Dalam tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli dalam
bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa
barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.
Kata produk berasal dari bahasa Inggris product
yang berarti "sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau
sejenisnya". Bentuk kerja dari kata product, yaitu produce,
merupakan serapan dari bahasa latin prōdūce(re), yang berarti (untuk)
memimpin atau membawa sesuatu untuk maju. Pada tahun 1575, kata "produk" merujuk pada apapun yang
diproduksi ("anything produced"). Namun sejak 1695, definisi kata product lebih merujuk pada
sesuatu yang diproduksi ("thing or things produced"). Produk
dalam pengertian ekonomi diperkenalkan pertama kali oleh ekonom-politisi Adam Smith.
Suatu produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar,
yaitu produk konsumen dan produk industri. Dua jenis produk ini menjadi pilihan
bagi perusahaan dalam produksi kelompok produk pertama atau produk
yang kedua.
Produk konsumen adalah produk yang dibeli oleh konsumen akhir
untuk konsumsi pribadi. produk konsumen mencangkup produk sehari-hari, produk belanja, produk khusus dan produk yang tidak dicari.
Kualitas produk berkaitan dengan kemampuan suatu produk dalam
melakukan fungsi pembuatannya. Fungsi ini dinilai berdasarkan tingkat
keandalan, kemudahan penggunaan dan perbaikan serta berbagai macam atribut yang
dianggap bernilai dan berharga bagi suatu produk. Kualitas produk umumnya
dinilai melalui kriteria-kriteria dalam manajemen mutu. Kualitas produk dinilai pada kemampuan barang, jasa atau
keduanya dalam memberikan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen.
Penilaian terhadap kualitas produk dapat sejara objektif maupun subjektif.
Penilaian objektif melihat kepada pandangan produsen terhadap kegiatan
produksi. Kualitas produk secara objektif dinilai melalui tingkat produksi dan penawaran. Sedangkan penilaian subjekti dinilai dari pandangan konsumen.
Kualitas produk ditentukan oleh tingkat keinginan atau harapan dari konsumen
terhadap produk yang dihasilkan produsen. Kualitas produk dalam pandangan
produsen termasuk dalam penilaian dari dalam perusahaan, sedangkan penilaian
dari konsumen termasuk penilaian dari luar perusahaan.
Keragaman produk adalah keragaman yang ada pada keseluruhan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai penawaran kepada konsumen. Kelangsungan
penjualan produk pada suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan pembelian yang
dipengaruhi oleh hubungan antara keragaman produk dan perilaku konsumen. Tujuan dari adanya keragaman produk ialah merencanakan produk
dalam satu kelompok jenis produk. Keragaman produk sangat mempengaruhi bisnis
dan persaingan usaha di bidang perdagangan dengan jenis eceran. Keteresediaan barang dalam jumlah yang berlimpah umumnya
membentuk keragaman produk secara alami. Keragaman produk membuat konsumen
dapat memiliki pilihan produk yang lebih banyak dalam proses belanja.
Produk baru yang dibuat berdasarkan metode penelitian
dan pengembangan mempertimbangkan beberapa konsep yang meliputi kepuasan
konsumen, tingkatan produk, wujud produk, bauran produk dan kemampuan konsumen
dalam mengenali produk. Kepuasan konsumen berkaitan dengan kebutuhan konsumen
akan produk. Kepuasan konsumen berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Ada
konsumen yang memerlukan produk fisik berupa barang dan properti, ada pula konsumen yang
hanya memerlukan produk jasa perorangan, informasi, gagasan atau pengalaman. Pembelian produk baru
didasarkan pada nilai yang berharga dari keberadaan produk tersebut. Di sisi
produsen, pengembangan produk memperhatikan tujuan dan posisi dari pembuatan
produk baru yaitu penambahan laba, produk dasar, produk yang diinginkan oleh
konsumen, produk tambahan, atau produk potensial. Pengembangan produk baru juga
memperhatikan daya tahan dan wujudnya yang meliputi produk untuk konsumsi dan
produk industri. Produk baru yang dikembangkan juga ditentukan berdasarkan
bauran produk yang kemudian berdampak kepada kemampuan konsumen untuk mengenali
produk baru sebagai bagian dari produksi produsen pada produk lama. Pengenalan
produk baru ini memperhatikan pengelolaan merek, penggunaan kemasan dan pemberian label. Pengembangan produk dimulai dari tahapan pembuatan
gagasan, seleksi, pengujian konsep, analisis bisnis, pengembangan purwarupa, pengujian produk, pengujian pasar hingga komersialisasi.
B. Definisi Harga
Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang
atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi
seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga
digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Biasanya penggunaan kata
harga berupa digit nominal besaran angka
terhadap nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi rendahnya nilai suatu
kualitas barang atau jasa. Dalam ilmu ekonomi harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau beli suatu produk
barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan komparasi
produk atau barang sejenis.
Harga merupakan nilai atau uang yang diberikan pelanggan sebagai
imbalan atas penawaran tertentu yang berfungsi untuk memuaskan kebutuhan dan
Keinginan mereka. Secara sederhana harga merupakan ukuran nilai yang ditukarkan
pelanggan membeli suatu penawaran
Harga berfungsi sebagai sebuah mekanisme ekonomi dengan memakai
penawaran yang bisa didistribusikan di antara pelanggan di pasar. Hal itu juga
bertindak sebagai indikator tentang sejauh mana penawaran diminta dan sejauh
mana hal itu disediakan atau tersedia.
Harga suatu produk merupakan nilai keseluruhan dari penawaran
termasuk nilai dari semua bahan mentah dan jasa yang dipakai untuk membuat
suatu penawaran. Harga layanan mempertimbangkan seluruh elemen yang terhubung
dalam pembuatan layanan apa adanya.
Berikut adalah beberapa pengertian harga berdasarkan para ahli.
1.
Menurut Kotler dan Amstrong
Kotler dan Amstrong, menyatakan bahwa harga merupakan sejumlah
uang yang dibebankan kepada suatu produk (barang atau jasa) atau jumlah nilai
yang harus dibayar konsumen demi memperoleh manfaat dari produk tersebut.
2.
Menurut Philip Kotler
Kotler, menyatakan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang
dibebankan kepada suatu produk atau layanan jasa. Artinya bahwa harga merupakan
jumlah nilai yang harus dibayar konsumen demi memiliki atau mendapatkan keuntungan
dari sebuah produk atau jasa.
3.
Menurut Joko Untoro
Joko Untoro, menyatakan bahwa harga merupakan kemampuan yang
dimiliki suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam bentuk uang.
4.
Menurut Samsul Ramli
Samsul Ramli, menyatakan bahwa harga merupakan nilai relatif yang
dimiliki oleh suatu produk. Nilai tersebut tidak hanya indikator secara pasti
yang menunjukan besarnya sumber daya yang diperlukan guna menghasilkan produk.
5.
Menurut Imamul Arifin
Imamul Arifin, menyatakan bahwa harga merupakan kompensasi yang
harus dibayarkan konsumen demi mendapatkan produk barang maupun jasa.
C.
Definisi Promosi
Promotion adalah sebuah istilah yang tentu sudah sering
kita dengar sehari-hari, terutama bagi Anda yang sudah terbiasa berkecimpung di
bidang pemasaran. Promotion sendiri sering disebut juga dalam bahasa Indonesia
menjadi promosi.
Secara umum, dalam dunia kerja, promotion atau promosi
bisa dipahami sebagai suatu pengikatan pangkat ataupun posisi karyawan di dalam
struktur organisasi perusahaan. Maksud dari pengikatan pangkat bisa juga
diartikan sebagai sebuah kenaikan pangkat atau sering kita dengar dengan
istilah promosi jabatan.
Namun, promotion atau promosi memiliki arti yang
berbeda dalam dunia pemasaran. Dalam dunia pemasaran, promosi bisa diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan agar bisa meningkatkan perkembangan
sesuatu. Perkembangan dalam pemasaran berbeda dengan pekerjaan, pemasaran lebih
menekankan perkembangan merek, produk, atau perusahaan itu sendiri.
Jadi, promosi atau promotion dalam dunia pemasaran
adalah suatu aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh seseorang ataupun
perusahaan kepada masyarakat luas. Tujuan promosi ini sendiri sebenarnya adalah
untuk memperkenalkan merek, produk, atau perusahaan kepada masyarakat sekaligus
dapat mempengaruhi mereka untuk menggunakan atau membeli produk atau jasa
tersebut.
Sebelum belakangan banyak dikampanyekan, promosi bisa
dikatakan merupakan suatu kegiatan yang sudah sangat lumrah untuk dilakukan
oleh para marketer dalam menyampaikan sebuah informasi terkait suatu produk
atau jasa. Tujuan promosi tentu juga masih sama, yaitu mempengaruhi atau
menggerakkan calon konsumen supaya mau melakukan pembelian barang ataupun jasa
yang ditawarkan perusahaan.
Segala kegiatan yang memiliki berkaitan secara langsung
maupun tidak langsung biasanya akan menggabungkan beberapa bentuk promosi,
misalnya saja seperti iklan, diskon, ataupun kaos bermerk perusahaan.
Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para ahli
tentang pengertian promotion atau promosi, di antaranya yaitu:
1. Harper Boyd
Harper Boyd mengungkapkan bahwa promosi atau promotion
adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka membujuk atau mempengaruhi
seseorang untuk bersedia menerima produk, konsep ataupun gagasan.
2. Basu Swastha Dharmmesta
Sementara itu, Basu Swastha Dharmmesta mengatakan bahwa
promosi atau promotion merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan secara satu
arah dengan tujuan untuk memengaruhi pihak lain sehingga menghasilkan sebuah
pertukaran di dalam pemasaran.
3. Louis E. Boone & David L. Kurtz
Kemudian, menurut Louis E. Boone dan David L. Kurtz,
promosi bisa diartikan sebagai upaya untuk membujuk, memberikan informasi,
hingga mempengaruhi keputusan pembelian.
4. Fandy Tjiptono
Selanjutnya, Fandy Tjiptono berpendapat bahwa promosi
bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan
untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, atau meningkatkan pasar
sasaran atas perusahaan. Bagi Tjiptono, tujuan promosi adalah menjadikan
masyarakat bisa menerima, membeli dan juga loyal terhadap produk yang
ditawarkan oleh perusahaan.
5. Philip Kotler
Berikutnya, Philip Kotler mengungkapkan bahwa promosi sebagai salah
satu bagian dan juga proses strategi pemasaran untuk membentuk komunikasi
dengan pasar melalui komposisi marketing mix.
6.
Indriyo Gitosudarmo
Terakhir, Indriyo Gitosudarmo menjelaskan tentang pengertian
promosi atau promotion adalah suatu kegiatan yang dilakukan pihak tertentu
untuk mempengaruhi calon konsumen sehingga bisa mengenal produk yang ditawarkan
dan membuat mereka senang dan mau membeli produk tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan
Manajemen
merupakan sistem pengaturan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan. Menurut
American Marketing Association 1960, yang menyatakan pemasaran adalah hasil
prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa
dari produsen sampai ke konsumen.
Menurut
British, Institute of Marketing, pemasaran adalah fungsi manajemen yang
mengorganisasi dan mejuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi penilaian
dan pengubahan daya beli konsumen menjadi permintaan yang efektif akan sesuatu
barang atau jasa, serta penyampaian barang atau jasa tersebut kepada konsumen
atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan dapat mencapai laba atau tujuan lain
yang ditetapkannya.
Pemasaran
adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan dalam usaha untuk
mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan laba. Inti
dari pemasaran adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Jasa merupakan
seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik,
dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan
secara prinsip tidak berwujud bagi pembeli pertamanya. Kotler merumuskan jasa
adalah segala aktivitas atau manfaat yang dapat ditawarkan satu pihak kepada
pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud, dan tidak menghasilkan
kepemilikan apapun.
Dalam kaitannya
dengan pendidikan, jasa dapat didefinisikan sebagai kegiatan lembaga pendidikan
memberi layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan cara
memuaskannya.
Pemasaran dalam
konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manajerial untuk
mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan penawaran,
pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan.
Etika pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan
intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan
bersifat komplek, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, hasil
pendidikan mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga Negara, generasi
penerus ilmuwan di masa yang akan datang.
B.
Penetapan Harga Jasa Pendidikan
Unsur baruan baruan pemasaran penting lainya adalah harga yang merupakan
jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk.
Harga merupakan kekuatan nilai tukar barang dan jasa yang dapat
meningkatkan volume penjualan dan keuntungan perusahaan. Harga adalah sejumlah
uang sebagai alat tukar untuk memeproleh produk atau jasa. Harga juga dapat
dikatakan sebagai penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen.
Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapat. Elemen-elemen lainya menimbulkan biaya. Harga juga merupakan bauran
pemasaran yang paling fleksibel. Harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti
ciri khas ( feature )produk dan perjanjian distribusi.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga merupakan
sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa yang harus
diberikan konsumen kepada produsen. Dan diantara elemen bauran pemasaran
lainya, harga merupakan satu-satunya elemen yang dapat menghasilkan pendapatan. Sementara elemen lainya
menghasilkan biaya.
Harga dalam konteks jasa pendidikan merupakan seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh mahasiswa untuk mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan
oleh suatu PT. Dalam elemen harga PT dipertimbangkan mengenai penetapan harga
( seperti SPP, biaya pembangunan dan
biaya laboratorium ), memberikan beasiswa , prosedur pembayaran, dan syarat
cicilan. Harga akan sejalan dengan mutu dari produk/ jasa PT yang ditawarkan.
Semakin tinggi mutu dari suatu produk/ jasa PT, biasanya harga jasa pendidikan
yang ditawarkan pun akan semakin tinggi. Misalnya, PT yang dimiliki kualitas
internasional ( memenuhi standar mutu internasional ) biasanya akan menetaapkan
harga diatas rata-rata, namun mahasiswa akan tetap bersedia membayar selama
berada dalam batas keterjangkauan mereka untuk mendapatakan pendidikan bermutu
tinggi tersebut.
Penetapan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa
kerena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/ bisnis. Keputusan
penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/ manfaat yang
diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran
kualitas jasa. Startegi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan
penentuan tarif premium pada saat pemerintah tinggi dan tarif diskon pada saat
permintaan menurun.
Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa baru harus
memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling penting utama adalah bahwa
keputusan menentukan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara
keseluruhan. Perubahan berbagai tarif di berbagai pasar juga harus
dipertimbangkan. Lebih jauh lagi , tarif spesifik yang akan ditetapkan akan
bergantung pada tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar jasa tersebut. Nilai
jasa ditetapkan oleh manfaat dari jasa tersebut.
Dari sudut pandang
yang berbeda, Zeithaml dan Bitner menjelaskan prinsip-prinsip penentuan
harga jasa yang dapat diterapkan ke dunia pendidikan, yaitu sebagai berikut.
a)
Pemasaran jasa pendidikan
harus memerhatikan hal-hal penting penentuan harga jasa pendidikan, yaitu
memilih tujuan penentuan harga jasa pendidikan, menentukan tingkat permintaan
jasa pendidikan, memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan, menganalisis harga
jasa pendidikan yang ditentukan sekolah dan produk jasa pendidikan yang
ditawarkan sekolah kompetitor, memilih metode penentuan harga jasa pendidikan,
dan menentukan harga akhir jasa pendidikan.
b)
Pemasaran jasa pendidikan
tidak harus selalu mencari pendapatan maksimal yang menentukan harga jasa
pendidikan yang tinggi, tetapi dapat memaksimalkan penerimaan sekolah saat ini,
pangsa pasar jasa pendidikan, atau alternatif lain.
c)
Pemasar jasa
pendidikan harus memahami seberapa tanggap permintaan harga jasa pendidikan
pada perubahan harga jasa pendidikan. Untuk mengevaluasi tingkat kepekaan harga
jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan dapat menghitung “elastisitas
permintaan jasa pendidikan”
d)
Pemasar jasa
pendidikan harus memerhatikan biaya penentuan harga jasa pendidikan, mencakup
biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, serta biaya
lainnya.
e)
Harga jasa
pendidikan dari sekolah kompetitor memengaruhi tingkat permintaan jasa
pendidikan yang ditawarkan sehingga harga jasa pendidikan dari sekolah kompetitor
harus dipertimbangkan dalam proses penentuan harga jasa pendidikan.
f)
Cara atau variasi
penentuan harga jasa pendidikan yang ada mencakup mark-up ( penggelembungan harga ), sasaran perolehan, nilai yang
dapat diterima, faktor psikologis, dan harga lainnya.
g)
Setelah menentukan
struktur harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus menyesuaikan
harga jasa pendidikan dengan menggunakan harga psikologis, potongan harga,
harga promosi, dan harga baruan produk jasa pendidikan.[1][6]
h)
Prinsip-prinsip penetapan harga tersebut
dapat digunakan secara bersama-sama, baik untuk barang maupun jasa.
C.
Produk Jasa Pendidikan
Produk
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan.
Menurut
Sri Minarti, dalam jasa pendidikan, produk yang ditawarkan kepada siswa ialah
reputasi, prospek, dan variasi pilihan. Sekolah yang baik menawarkan
reputasi/mutu pendidikan yang tinggi, prospek bagi siswa setelah lulus, dan
pilihan konsentrasi berbagai program yang bervariasi sehingga calon siswa dapat
memilih bidang yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
Sedangkan
menurut Bukhari, produk dari sekolah adalah jasa kependidikan yang dapat
dirinci atas :
1) Jasa kurikuler meliputi kurikulum, silabus umum (GBPP), rancangan
bahan pembelajaran, penyajian bahan pembelajaran, dan evaluasi
2) Jasa penelitian, berupa berbagai penelitian dan hasilnya atau
pengembangan kemampuan guru dalam meneliti dan membaca hasil penelitian.
3) Jasa ektrakurikuler, meliputi berbagai kegiatan pelayanan di luar
jasa kurikuler, seperti kegiatan kesenian, olah raga, prakarya dan lain-lain
4) Jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat, meliputi layanan untuk
mengembangkan kemampuan para peserta didik untuk hidup bermasyarakat seperti
mengobservasi kehidupan petani, pengusaha/perusahaan industry, mengunjungi
rumah sakit, mengun jungi rumah-rumah ibadah, panti asuhan dan memberi bantuan
dan lain-lain
5) Jasa administrasi/ketatausahaan, berupa layanan berbagai surat
keterangan, surat pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar.
6) Jasa layanan khusus, berupa layanan bimbingan dan konseling,
layanan perpustakaan, layanan usaha kesehatan sekolah, layanan kantin, dan
layanan transportasi atau bus.
Produk
jasa pendidikan hanya dikonsumsi oleh konsumen, pada saat proses produksi
berlangsung. Sementara, produk barang dan jasa lain, selain pendidikan, yang
terlihat secara fisik biasanya diproduksi di pabrik atau di tempat-tempat
tertentu. Pada bidang jasa pendidikan, faktor penyedia jasa pendidikan (orang)
langsung berperan dalam proses produksi jasa tersebut.
Dari
uraian diatas dapat dijelaskan bahwa bentuk produk jasa pendidikan dapat
dikelompokkan ke dalam 3 macam :
1) Reputasi Reputasi merupakan kemampuan output lembaga pendidikan
yang terdiri dari kemampuan di bidang kognitif, psikomotor dan sikap. Kemampuan
ini diperoleh dari hasil proses pembelajaran dan
pembudayaan yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan secara berkelanjutan
terhadap peserta didik. Kualitas kemampuan output lembaga pendidikan sangat
tergantung dari kualitas program-program yang direncanakan dan dijalankan oleh
lembaga pendidikan yang bersangkutan.
2) Prospek Prospek dalam hal ini adalah tingkat keberlangsungan dari
output lembaga pendidikan setelah keluar dari lembaga pendidikan tersebut.
Apakah output mudah diterima oleh lembaga pendidikan berikutnya atau mudah
diterima di lingkungan sebagai tenaga kerja bahkan sebagai warga Negara yang
baik.
3) Varians Vrians ialah tersedianya variasi atau ragam pilihan
berbagai bidang. Ketika persedian terpenuhi maka ragam pilihan ini sangat
memungkinkan para siswa untuk memilih sesuai potensi yang dimiliki.
D. Pendekatan Penetapan Harga Jasa Pendidikan
Menurut Lovelock, strategi penentuan harga jasa pendidikan dapat
dianalogikan sebagai tumpuan berkaki tiga dan tiga buah kaki yang mendasarinya
adalah biaya (cost), persaingan (competition) serta nilai bagi pelanggan (value
to customer). Biaya pendidikan merupakan harga dasar atau harga minimal jasa
pendidikan yang dikenakan pada produk jasa pendidikan tertentu. Sementara itu,
nilai produk jasa pendidikan tersebut merupakan harga harga atap atau harga
maksimal jasa pendidikan. Harga jasa pendidikan yang dikenakan sekolah
competitor untuk produk jasa pendidikan subtitusi atau produk jasa pendidikan
sejenis, terletak antara harga atap dan harga dasar dari tumpuan berkaki tiga.
Dengan mempertimbangkan kembali uraian sebelumnya, terdapat tiga pendekatan
penentuan harga jasa pendidikan, yaitu yang pertama penentuan harga jasa
pendidikan berdasarkan biaya, penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan
persaingan serta penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan nilai.
1. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan
Biaya
Harga jasa
pendidikan ditentukan berdasarkan biaya pendidikan yang berkaitan dengan
aktivitas untuk menghasilkan, menyampaikan dan memasarkan produk jasa
pendidikan. Pemasar jasa pendidikan harus menentukan harga jasa pendidikan yang
tepat untuk menutup seluruh biaya pendidikan (biaya tetap, biaya variabel dan
biaya semi variabel) agar menghasilkan dan memasarkan jasa pendidikan. Akan
tetapi, kita jangan melihat biaya pendidikan itu dari sudut pandang akuntansi
biaya yang hanya menekankan pada kategori biaya pendidikan, tetapi melihat
biaya pendidikan itu sebagai bagian usaha sekolah secara terpadu untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan jasa pendidikan. Pelanggan jasa pendidikan
tidak tertarik pada biaya pendidikan yang dihasilkan sekolah agar bisa menghasilkan
jasa pendidikan, tetapi mereka tertarik pada hubungan antara harga jasa
pendidikan jasa yang dikeluarkan dan nilai jasa pendidikan yang didapatkannya.
Penentuan biaya berdasarkan aktivitas (Activity-Based Costing /ABC) merupakan
pendekatan penentuan biaya pendidikan yang tepat, karena menentukan biaya
pendidikan berdasarkan aktivitas jasa pendidikan yang dikonsumsi pelanggan jasa
pendidikan.
2. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Persaingan
Jika pelanggan jasa
pendidikan melihat sedikit waktu perbedaan di antara jasa pendidikan yang
ditawarkan di pasar jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus meilih
strategi penentuan harga jasa pendidikan yang lebih murah karena sekolah dengan
biaya per unit jasa pendidikan yang paling rendah di pasar jasa pendidikan akan
bisa menikmati manfaat dari aktivitas pemasaran jasa pendidikan, yaitu
memenangkan persaingan pendidikan. Oleh karena itu, ada dua strategi persaingan
harga jasa pendidikan yang dapat diterapkan sekolah, yaitu sebagai berikut:
a. Kepemimpinan Harga
Jasa Pendidikan ( Price Leadership )
Dalam sektor jasa
pendidikan nasional, kita dapat menemukan sekolah yang bertindak sebagai
pemimpin harga ( price leader ) jasa
pendidikan, sedangkan sekolah kompetitor akan mengikuti jejak pemimpin harga
jasa pendidikan. Penentu harga jasa pendidikan adalah variabel pemasaran jasa
pendidikan yang mudah dan cepat berubah, karena perang harga mampu dihasilkan
selama satu malam ketika sekolah kompetitor tergesa-gesa menyesuaikan harga
penawaran jasa pendidikan.
b. Tawar-menawar dan
Negosiasi Harga Jasa Pendidikan (Price
Bids and Negotiations)
Sekolah yang
melakukan subkontrak dapat menggunakan metode tawar-menawar harga jasa
pendidikan dengan meminta penawaran jasa pendidikan dari pemasok jasa pendidikan,
untuk memberikan informasi penawaran harga jasa pendidikan yang lebih rendah,
menjalankan proses pendidikan yang lebih cepat, atau menawarkan atribut
lainnya.
3. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Nilai
Strategi penentuan
harga jasa pendidikan sering kali tidak berhasil karena tidak adanya
keterkaitan yang jelas antara harga jasa dan nilai jasa. Berry dan Yadav
mengemukakan tiga strategi untuk menangkap dan mengomunikasikan nilai jasa,
antara lain sebagai berikut.
a. Pengurangan ketidakpastian
( uncertainty reduction ).
Jika pelanggan jasa
pendidikan tidak percaya tentang seberapa banyak nilai jasa pendidikan yang
akan diterimanya dari sekolah, mereka mungkin akan mencari pemasok jasa
pendidikan yang terkenal atau tidak membeli jasa pendidikan secara keseluruhan.
Dua metode penentuan harga jasa pendidikan yang dapat digunakan sekolah, yaitu
sebagai berikut.
1)
Penentuan harga jasa
pendidikan yang dikendalikan oleh manfaat jasa pendidikan ( benefit-driven pricing ), untuk membantu
mengurangi ketidakpastian yang dititikberatkan pada aspek-aspek jasa pendidikan
yang langsung bermanfaat bagi pelanggan jasa pendidikan.
2)
Penentuan harga jasa
pendidikan dengan tarif tetap ( flat-rate
pricing ), yang memberikan harga jasa pendidikan konstan sebelum proses
penyampaian jasa pendidikan sehingga pelanggan jasa pendidikan tidak terkejut.
b. Peningkatan hubungan
( relationship enhancement ).
Sebenarnya, strategi
potongan harga untuk memenangkan persaingan pendidikan bukan cara terbaik
menarik pelanggan jasa pendidikan yang akan tetap loyal selamanya. Namun,
menawarkan potongan harga ketika pelanggan jasa pendidikan membeli dua atau
lebih jasa pendidikan secara bersamaan adalah strategi membangun hubungan yang
baik.
c. Kepemimpinan biaya ( cost
leadership ).
Tujuan strategi ini
adalah mencapai biaya pendidikan paling rendah pada sektor jasa pendidikan
nasional. Harga jasa pendidikan yang rendah sangat diharapkan oleh pelanggan
jasa pendidikan dengan anggaran keuangan yang rendah.
E.
Teknik Penentuan Harga Jasa Pendidikan
Pemasaran jasa pendidikan
menyadari tujuan pemasaran jangka panjang adalah menyediakan realisasi
aktivitas pendidikan yang tidak terganggu melalui penciptaan harga jasa
pendidikan yang tepat. Dengan harga jasa pendidikan yang bersaing, sekolah
dapat menjadi pemimpin pasar jasa pendidikan sehingga dapat menarik banyak
siswa. Ketika merumuskan harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan harus
memerhatikan biaya yang muncul dalam proses pendidikan. Pemerintah sering kali
memberikan terlalu banyak kebebasan bagi sekolah dalam proses perumusan harga
jasa pendidikan sehingga bisa tercermin pada harga jasa pendidikan yang terlalu
tinggi, dan untuk sebagian besar masyarakat harga itu merupakan harga jasa
pendidikan yang tidak dapat dijangkau. Jadi, menurut Ihlandfeldt ( 1980 ), ada
sepuluh teknik yang dapat digunakan pemasar jasa pendidikan untuk menentukan
harga jasa pendidikan pada pelanggan jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1)
Penentuan harga
berdasarkan unit ( unit pricing ).
Harga jasa pendidikan yang harus dibayar siswa ditentukan per unit, misalnya
per mata pelajaran yang diambil sampai siswa memperoleh ijazah atau menamatkan
pendidikan. Teknik ini sangat fleksibel bagi siswa karena bergantung pada
kemampuan siswa secara ekonomi dan intelektual.
2)
Penentuan harga dua
bagian ( two-part pricing ). Siswa
membayar harga jasa pendidikan yang sama untuk SPP, kemudian membayar harga
jasa pendidikan sesuai jumlah mata pelajaran yang diambil. Teknik ini juga
sangat fleksibel bagi siswa karena bergantung pada seberapa banyak mata
pelajaran yang akan diambil.
3)
Penentuan harga
berdasarkan waktu ( term pricing ).
Pembayaran harga jasa pendidikan ditentukan selama satu semester atau
caturwulan, yakni siswa boleh mengambil mata pelajaran semaksimal mungkin sesuai
peraturan yang ditentukan sekolah. Akan tetapi, teknik ini dapat berdampak
negatif terhadap siswa karena mereka akan mencoba belajar tergesa-gesa dalam
waktu singkat sehingga dapat menurunkan kualitas pendidikan.
4)
Penentuan harga
berdasarkan skala ( scaled pricing ).
Siswa membayar harga jasa pendidikan lebih tinggi untuk semester pertama dan
kedua, kemudian membayar harga jasa pendidikan lebih rendah untuk semester
tambahan. Teknik ini ditentukan untuk sekolah yang ingin memperkecil percepatan
peningakatan harga jasa pendidikan sehingga dapat menentukan harga jasa
pendidikan lebih tinggi pada setiap semester tambahan yang melampaui beban
belajar normal.
5)
Penentuan harga
diferensial ( differential pricing ).
Harga jasa pendidikan ditentukan berbeda-beda sesuai segmen siswa yang
diterima, yaitu apakah kelas reguler, pagi, sore, atau malam hari.
6)
Harga jasa
pendidikan yang dapat dinegosiasi ( negotiated
tuition ). Penentuan harga jasa pendidikan dapat dirundingkan antara orang
tua siswa dan sekolah dengan memerhatikan aspek kemampuan, kedudukan, dan
pekerjaan orang tua siswa.
7)
Diskon kuantitas ( quantity discounts ). Siswa yang berasal
dari daerah atau karakteristik tertentu bisa diberikan potongan harga khusus.
8)
Diskon berbasis
waktu ( time-based discounts ). Harga
jasa pendidikan ditentukan berdasarkan waktu pendaftaran. Jadi, calon siswa
yang mendaftar lebih awal dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih murah atau
diberikan potongan harga dibandingkan calon siswa yang mendaftar terakhir.
9) Penentuan harga saat ramai ( peak-load
pricing ). Jika banyak calon siswa yang mendaftar di sekolah, sekolah
menentukan harga jasa pendidikan lebih tinggi bagi orang tua siswa yang mampu
secara ekonomi. Dengan demikian, orang tua siswa yang mampu membayar harga jasa
pendidikan lebih tinggi akan diberikan prioritas penerimaan anaknya di sekolah
jika calon siswa telah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh sekolah.
10) Penentuan harga kontribusi waktu ( work
contribution ). Jika sekolah memiliki program kerja magang bagi siswanya,
siswa dapat menerima bantuan paket siswa yang meliputi program kerja magang
dalam bentuk beasiswa sehingga dapat mengurangi harga jasa pendidikan untuk
mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
F. Promosi Jasa Pendidikan
Promosi adalah upaya
untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa dengan tujuan menarik
calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi,
produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan. Promosi
sering disebut juga sebagai pemasaran.
Bauran promosi merupakan perpaduan strategi yang
paling baik dari variabel-variabel periklanan, penjualan pribadi, serta alat
promosi lainnya yang seluruhnya direncanakan untuk mencapai tujuan program
penjualan. Lovelock (2002) mengklasifikasikan bauran promosi jasa pendidikan
menjadi enam kelompok, yaitu sebagai berikut:
1)
Komunikasi pribadi
(personal communications), yaitu komunikasi secara langsung antara pemasar jasa
pendidikan dan pelanggan jasa pendidikan yang melibatkan dialog dua arah,
seperti percakapan tatap muka, panggilan telepon, dan surat elektronik, yang
meliputi penjualan pribadi jasa pendidikan, telemarketing jasa pendidikan, pelayanan pelanggan jasa
pendidikan, pelatihan pelanggan jasa pendidikan, serta komunikasi dari mulut ke mulut pemasaran jasa
pendidikan.
2)
Periklanan
(advertising), yaitu bentuk-bentuk komunikasi bukan pribadi yang dilakukan
pemasar jasa pendidikan dengan tujuan menginformasikan, mengedukasi, atau
membujuk khalayak pasar sasaran jasa pendidikan, antara lain melalui siaran
radio, materi tercetak, internet, papan reklame, dan surat langsung.
3)
Promosi penjualan
(sales promotion), yaitu bentuk insentif jangka pendek yang ditawarkan kepada
pelanggan jasa pendidikan dan perantara jasa pendidikan untuk merangsang
pembelian produk jasa pendidikan seperti pengambilan sampel produk jasa
pendidikan, kupon produk jasa pendidikan, potongan harga produk jasa
pendidikan, tawaran pengembalian tunai produk jasa pendidikan, hadiah, dan
promosi berhadiah.
4)
Publisitas
(publicity) hubungan masyarakat (public relations), yaitu upaya yang dilakukan
pemasar jasa pendidikan untuk memicu minat positif terhadap sekolah dan produk
jasa pendidikan melalui penyebaran berita baru, melaksanakan konferensi pers,
menyelenggarakan peristiwa istimewa, dan mendanai aktivitas yang patut
dijadikan berita oleh pihak ketiga sekolah.
5)
Materi instruksional
(instructional materials), yaitu materi promosi untuk mempromosikan produk jasa
pendidikan yang baru atau atribut produk jasa pendidikan jika pelanggan jasa
pendidikan tidak memahami produk jasa pendidikan, yang meliputi situs sekolah,
buku pedoman sekolah, brosur sekolah, video dan kaset sekolah, perangkat lunak
dan CD sekolah, serta kotak suara sekolah.
6)
Desain organisasi
(corporate design), yaitu aplikasi warna, simbol dan kop surat yang
berbeda-beda sehingga memberikan kemudahan bagi sekolah untuk mengakui
identitasnya, yang meliputi papan merek sekolah, dekorasi bagian dalam sekolah,
kendaraan sekolah, peralatan sekolah, dan seragam sekolah.
Di dalam kampanye
promosi jasa pendidikan, sekolah dapat menggunakan salah satu variabel bauran
promosi jasa pendidikan atau perpaduan variabel bauran promosi jasa pendidikan.
Akan tetapi, ketika menerapkan bauran promosi/komunikasi jasa pendidikan,
pemasar jasa pendidikan harus memahami pasar sasaran jasa pendidikan yang
dituju. Bentuk-bentuk promosi jasa pendidikan yang digunakan setiap sekolah
tentunya akan berbeda-beda. Hal itu bergantung pada beberapa hal berikut:
1. Klasifikasi jasa pendidikan
2. Tujuan komunikasi pemasaran jasa pendidikan
3. Penciptaan citra sekolah yang kuat
4. Peningkatan pesanan jasa pendidikan secara berulang.
Desain Promosi Jasa Pendidikan
Model komunikasi pemasaran jasa pendidikan menekankan faktor faktor
komunikasi pemasaran jasa pendidikan secara efektif. Pengirim mengirimkan pesan
melalui media. Agar berkomunikasi secara efektif, pengirim perlu memahami
kebutuhan dan keinginan dari penerima. Pengirim harus mahir mengodekan pesan
dengan mempertimbangkan cara khalayak sasaran dalam menguraikan kode pesan.
Mereka harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien untuk menjangkau
khalayak sasaran dan membangun saluran umpan balik sehingga dapat mengetahui
tanggapan penerima atas pesan tersebut.
Riset pemasaran jasa pendidikan diperlukan pada setiap tahapan
komunikasi pemasaran jasa pendidikan, yang memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan
mengelompokkan khalayak sasaran potensial
2. Menetapkan kebutuhan
informasi
3. Mengembangkan pesan
yang tepat
4. Mengukur tanggapan
khalayak sasaran
Menurut Kotler dan
Fox (1995), komunikator pemasaran jasa pendidikan harus membuat enam keputusan
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
khalayak sasaran
Khalayak sasaran
potensial meliputi seluruh khalayak pendidikan dan pasar jasa pendidikan.
Orangtua siswa tertarik dengan informasi biaya pendidikan dan kualitas guru,
sedangkan masyarakat luas tertarik dengan aktivitas sosial dan evaluasi
pengalaman pendidikan siswa. Sekolah seharusnya dapat mengidentifikasi khalayak
sasaran utama dan perhatiannya agar dapat menyediakan informasi sesuai
kebutuhan.
2. Menjelaskan
tanggapan yang diinginkan
Komunikasi pemasaran
jasa pendidikan dirancang agar dapat memperoleh tanggapan dari penerima.
Tanggapan itu dapat berupa perubahan terhadap kesadaran warga sekolah dan
program pendidikan atau perubahan perilaku yang berpengaruh pada kualitas
program pendidikan. Apabila sekolah bisa mengetahui tanggapan yang diinginkan,
sekolah membentuk pesan terbaik dan menilai efektivitas pesan.
3. Mengembangkan Pesan
Setelah
mendefinisikan tanggapan yang diinginkan khalayak sasaran sekolah, komunikator
dapat mengembangkan komunikasi pemasaran jasa pendidikan. Komunikasi pemasaran
jasa pendidikan ideal harus menarik perhatian (attention), mempertahankan
ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan
tindakan (action) yang sering kali dikenal dengan Model AIDA (Attention,
Interest, Desire, ond Action). Oleh karena itu, sekolah perlu menggunakan pesan
dan jenis komunikasi Yang berbeda-beda pada tahapan proses komunikasi pemasaran
jasa Pendidikan. Pesan memiliki isi dan bentuk tertentu.
4. Memilih Alat
Perantara atau Media Komunikasi
Komunikator harus memilih alat perantara atau media komunikasi yang
efisien, yaitu sebagai berikut.
a.
Komunikasi pribadi (personal communication), meliputi komunikasi
Iangsung dari perwakilan sekolah (alumni, kantor perwakilan sekolah, karyawan
sekolah bagian pengembangan, karyawan sekolah bagian pendaftaran, dan
telemarketer sekolah) serta pengaruh komunikasi lisan melalui percakapan dengan
tetangga, teman, anggota keluarga, dan rekan kerja sekolah yang merupakan
bentuk komunikasi sangat meyakinkan. Menurut Robertson (1971), organisasi dapat
merangsang komunikasi pribadi tersebut dengan cara sebagai berikut.
1)
Menentukan individu
dan kelompok yang berpengaruh, serta mencurahkan segala upayanya untuk sekolah.
2)
Menciptakan pemimpin
Opini melalui pembekalan informasi dan meminta untuk membantu sekolah
(misalnya, dalam hal pemerolehan dana atau pendaftaran siswa).
3)
Bekerja sama dengan
pihak berpengaruh, seperti pejabat, kelompok sosial, dan sebagainya.
4)
Menonjolkan
seseorang yang berpengaruh melalui hubungan pers dan perildanan.
5)
Mengembangkan
perildanan dengan nilai percakapan yang tinggi.
b.
Komunikasi bukan pribadi (nonpersonal communication), meliputi seluruh
saluran komunikasi yang tidak melibatkan hubungan langsung antarwarga sekolah
melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, papan reldame, peristiwa
istimewa, dan surat langsung.
5. Memilih Atribut
Sumber
Komunikasi pemasaran jasa pendidikan akan berdampak pada khalayak
sasaran sekolah jika khalayak sasaran sekolah telah mengalami prose komunikasi
pemasaran jasa pendidikan. Menurut Kelman dan Hovlanc (1953), ada tiga faktor
yang mendasari kredibilitas sumber, yaitu sebagaj berikut.
a.
Keahlian (expertise), yaitu tingkat ketika komunikator merasa memiliki
wewenang terhadap apa yang telah dinyatakan. Siswa atau alumni biasanya merasa
sebagai ahli karena telah mengalami proses pendidikan. Koordinator bidang studi
bisa memiliki keahlian tinggi saat berbicara tentang mata pelajaran tertentu.
b.
Kepercayaan (trustworthiness), yang berkaitan dengan tingkat
objektivitas dan kejujuran sumber yang dirasakan. Khalayak sasaran sekolah
cénderung lebih percaya kepada temannya dan orang lain dibandingkan dengan
orang asing atau karyawan sekolah bagian pendaftaran.
c.
Ketertarikan (likability), yang berkaitan dengan tingkat ketertarikan
sumber bagi khalayak sasaran sekolah. Komunikasi pemasaran jasa pendidikan berbentuk
komunikasi yang terus terang, jenaka, dan wajar cenderung membuat sumber
menjadi lebih menyenangkan.
6. Mengumpulkan Umpan
Balik
Komunikator harus menguji komunikasi pemasaran jasa pendidikan sebelum
digunakan dan meneliti pengaruhnya terhadap khalayak sasaran sekolah. Proses
pengujian dan riset meliputi penyimpanan catatan permintaan informasi sekolah,
surat pendaftaran, sumbangan yang diterima sekolah, serta ukuran lain tentang
perhatian dan ketertarikan sekolah komunikator dapat melakukan survei bagi
khalayak sasaran sekolah dan bertanya apakah mereka telah mengenal atau
mengingat pesan yang disampaikan, cara merasakan pesan, perilaku mereka sebelum
dan saatini terhadap sekolah, serta tujuannya untuk mendaftar atau
menyumbangkan uang kepada sekolah.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pemasaran dalam
konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manajerial untuk
mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan penawaran,
pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan.
Etika pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan
intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan
bersifat komplek, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, hasil
pendidikan mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga Negara, generasi
penerus ilmuwan di masa yang akan datang.
Penetapan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa
kerena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/ bisnis. Keputusan
penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/ manfaat yang
diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas
jasa. Startegi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan
penentuan tarif premium pada saat pemerintah tinggi dan tarif diskon pada saat
permintaan menurun.
Bentuk
produk jasa pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam 3 macam :
1) Reputasi Reputasi merupakan kemampuan output lembaga pendidikan
yang terdiri dari kemampuan di bidang kognitif, psikomotor dan sikap. Kemampuan
ini diperoleh dari hasil proses pembelajaran dan pembudayaan yang
telah dilakukan oleh lembaga pendidikan secara berkelanjutan terhadap peserta
didik. Kualitas kemampuan output lembaga pendidikan sangat tergantung dari
kualitas program-program yang direncanakan dan dijalankan oleh lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
2) Prospek Prospek dalam hal ini adalah tingkat
keberlangsungan dari output lembaga pendidikan setelah keluar dari lembaga
pendidikan tersebut. Apakah output mudah diterima oleh lembaga pendidikan
berikutnya atau mudah diterima di lingkungan sebagai tenaga kerja bahkan
sebagai warga Negara yang baik.
3) Varians Vrians ialah tersedianya variasi atau ragam
pilihan berbagai bidang. Ketika persedian terpenuhi maka ragam pilihan ini
sangat memungkinkan para siswa untuk memilih sesuai potensi yang dimiliki.
Terdapat tiga pendekatan penentuan harga jasa pendidikan, yaitu yang
pertama penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan biaya, penentuan harga jasa
pendidikan berdasarkan persaingan serta penentuan harga jasa pendidikan
berdasarkan nilai.
Menurut Ihlandfeldt ( 1980 ), ada sepuluh teknik yang dapat digunakan
pemasar jasa pendidikan untuk menentukan harga jasa pendidikan pada pelanggan
jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1)
Penentuan harga
berdasarkan unit ( unit pricing ).
2)
Penentuan harga dua
bagian ( two-part pricing ).
3)
Penentuan harga
berdasarkan waktu ( term pricing ).
4)
Penentuan harga
berdasarkan skala ( scaled pricing ).
5)
Penentuan harga
diferensial ( differential pricing ).
6)
Harga jasa
pendidikan yang dapat dinegosiasi ( negotiated
tuition ).
7)
Diskon kuantitas ( quantity discounts ).
8)
Diskon berbasis waktu
( time-based discounts ).
9)
Penentuan harga saat
ramai ( peak-load pricing ).
10) Penentuan harga kontribusi waktu ( work
contribution ).
Pemasaran
jasa pendidikan biasa dilakukan oleh lembaga-lembaga yang belum memiliki “nama”
di dalam lingkungan masyarakat. Pemasaran tersebut dilakukan untuk memperoleh
pelanggan yang mau menggunakan jasa pendidikannya. Karena suatu lembaga tidak
akan berarti apa-apa jika tidak memiliki orang yang menikmati jasanya. Tetapi
bukan berarti sekolah-sekolah besar yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
tidak melakukan pemasaran jasa pendidikan. Justru agar tidak tertinggal di era
modern yang persaingannya sangat ketat ini, lembaga pendidikan besar pun harus
tetap berinovasi agar tidak ditinggalkan oleh pengguna jasa mereka.
B. SARAN
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “ Produk Harga dan
Promosi Jada Pendidikan“ pasti tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan
rangkaian kalimat dan penyusunan Makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca dalam
khususnya Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen Pemasaran Pendidikan. Oleh
karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan
dosen mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
terselesainya makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. (2009). Manajemen Corporate
dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan
Prima.ALFABETA: Bandung.
Assauri, Sofjan. (2009). Manajemen
Pemasaran (Dasar, Konsep dan Strategi).
Wijaya, David. (2016). Pemasaran Jasa
Pendidikan.BUMI AKSARA:Jakarta.
Foster, Douglas. (1985). Prinsip-prinsip
Pemasaran (Manajer yang Sukses di Negara Berkembang).
Alma, Buchari. (2004). Manjemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.ALFABETA: Bandung.
Saladin, Djaslim dan
Yevis Oesman. (2002). Perilaku Konsumen
dan Pemasaran Strategik.LINDA KARYA: Bandung.
Wijaya, David. (2006). Pemasaran Jasa
Pendidikan.BUMI AKSARA GROUP:Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar