BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dakwah
mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan, ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana
dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok
supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian kesadaran, sikap penghayatan serta
pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa
adanya unsur-unsur paksaan(Ahmad, 2002: 68). Setiap muslim yang
akan melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendakwah, pengajak, penyeru
dan pemanggil umat, harus senantiasa berpegang kepada segala ketentuan serta
keterangan yang ada dalam al-Qur’an dan Hadist Nabi.
Dengan kata lain, al-Qur’an dan al-Hadist mengingatkan umat
untuk meninggalkan serta menjauhkan diri dari kemungkaran, kenistaan,
kebatilan, kesewenang-wenangan, kebodohan dan keterbelakangan
(Ardhana,1995:13).
Dakwah Islam
merupakan sebuah aktifitas komunikasi, sehingga keberhasilan dakwah tergantung
pada beberapa komponen yang mempengaruhinya, yakni da’i sebagai orang yang
menyampaikan pesan (komunikator), mad’u sebagai orang yangmenerima pesan
(komunikan), materi dakwah sebagai pesan yang akan disampaikan, media dakwah
sebagai sarana yang akan dijadikan saluran dakwah, metode dakwah sebagai cara
yang digunakan untuk berdakwah. Adanya keharmonisan antar unsur-unsurtersebut
diharapkan tujuan dakwah bisa tercapai secara maksimal.
Strategi
dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara dan upaya untuk
menghadapi sasaran dakwah dalam sitiuasi dan kondisi tertentu guna mencapai
tujuan dakwah secara optimal. Berkaitan dengan strategi dakwah Islam, maka
diperlukan pengenalan yang tepat dan akurat terhadap realitas hidup manusia
yang secara aktual berlangsung dalam kehidupan dan mungkin realitas antara
masyarakat dengan masyarakat lain berbeda. Disini juru dakwah dituntut memahami
situasi dan kondisi mayarakat yang terus mengalami perubahan, baik secara
kultural maupun sosial keagamaan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah Pengertian Metode Dakwah ?
2. Bagaimakanakah Strategi Dakwah ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk Mengetahui Metode Dakwah
2. Untuk Mengetahui Strategi Dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode
Dakwah
1. Pengertian Metode Dakwah
Sebelum berbicara tentang pengertian
metode dakwah, alangkah baiknya kita mengerti terlebih dahulu tentang sebuah
pengertian dari metode itu sendiri, yang bertujuan agar dapat kemudahan untuk
memahami apa arti metode dakwah dengan baik dan terjauhkan dari kesalah pahaman
satu antara lain yang tidak diinginkan.
Dikarenakan sebuah metode dalam
dakwah sangat banyak diperlukan demi menggapai harapan sebuah dakwah yang
benar-benar bagus dan terarahkan dengan baik demi menggapaai sasaran yang tepat
dan baik.
Metode itu sendiri, Secara
etimologi, istilah metodologi berasal dari bahasa yunani yakni dari kata
“metados” yang berarti cara atau jalan dan “ logos” yang berarti ilmu.[1] Dengan
demikian sudah jelas bahwa metode kini adalah jalan yang menjadikan sebuah ilmu
memiliki arah tujuan yang benar dan teratur. Untuk lebih jelasnya, metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.[2]
Jadi, metode bisa disebut sebagai
jalan ataupun sebuah arahan yang dapat menuntuk dalam menjalankan sesuatu
dengan benar dan memiliki jalan yang bertujuan dalan kebaikan, untuk teknik tak
jauh bedah dengan metode, teknik sendiri juga bisa disebut metode, karena
teknik juga memiliki tujuan yang guna untuk memperjelas suatu cara atau
rancangan tersendiri dalam melakukan sesuatu, sehinggah bisa terarahkan dengan
baik, teknik juga biasanya dimiliki dengan masing-masing orang dengan sesuai
tipe orang sendiri.[3]
Sedangkan dakwah sendiri adalah
sebuah ajakan, seruhan dalam artian menyeruh atau mengajak orang untuk memilih
jalan kebaikan dan berjalan lurus menuju dalam kebenaran yang sudah tentu akan
bertujuan mendapat ridho Allah SWT.
Dakwah juga bisa diartikan mengajak
orang yang belum menuju kebaikan atau berjalan dijalan kebenaran untuk diajak
berjalan bersamasama dijalan yang baik, mengajak yang belum beribadah untuk
diajak beribadah, mengajak yang belum masuk dari agama Islam untuk masuk dan
mengikuti ajaran Islam sebaik mungkin, mengajak memahami ajaran Islam untuk
mengajak masuk dalam sebuah ajaran Islam yang baik.
Dengan mengertinya makna dari metode
dakwah, maka bisa disimpulkan bahwa metode dakwa adalah suatu cara dan arah
untuk berjalan yang menuntun perjalanan dakwah dengan baik dan benar, sehingga
menjadikan sebuah tiket untuk masuk dalam ridho Allah SWT. Dengan demikian,
seorang da’i akan bisa lebih mudah untuk berdakwah dengan mengerti metode yang
sesuai dengan kemampuan diri dengan jalan yang sudah diajarkan dan diterapkan
oleh metode-metode yang ada.
Di dalam metode dakwah banyak sekali
yang mendefinisikan tentang pengertian metode dakwah, dengan demikian, ada
beberapa pendapat tentang definisi metode dakwah, sebagaimana yang dikutip oleh
Moh. Ali Aziz dalam bukunya, yakni:
a.
Al-Bayanuni mengemukakan definisi metode dakwah (asalib alda’wah)
sebagai berikut:
الطرق التي
يسلكها الداعى في دعوته آو كيفيات تطبيق مناهج الدعوة
“Yaitu cara-cara yang di tempuh oleh
pendakwah dalam berdakwah atau cara menerapkan setrategi dakwah”
b.
Said bin Ali al-Qahthai membuat definisi metode dakwah sebagai
berikut. “Uslub (metode) dakwah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendala”.
c.
Hampir sama dengan definisi
ini, menurut ‘Abd al-Karim Zaidan, metode dakwah (uslub al-da’wah) adalah:
العلم الذي يتصل بكيفية مباشرة وإزالة العوائق عنه
"Ilmu yang terkait dengan cara
melangsungkan penyampaian pesan dakwah dan mengatasi kendala-kendalanya”.
Dalam Kamus Ilmia Populer, metode
adalah cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara
kerja. Dari beberapa definisi ini, setidaknya ada tiga karakter yang melekat
dalam metode dakwah.
a.
Metode dakwah merupakan cara-cara yang sistematis yang menjelaskan
arah strategi dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari strategi dakwah.
b.
Karena menjadi bagian dari setrategi dakwah yang masih berupa
konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat
dilaksanakan dengan mudah.
c.
Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektivitas dakwah,
melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah. Setiap setrategi
memiliki keunggulan dan kelemahan. Metodenya berupa menggerakkan keunggulan
tersebut dan memperkecil kelemahannya.[4]
B.
Strategi
Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dengan asal kata (یدعو-دعا (yang dalam bentuk
mashdarnya دعوة mempunyai arti ajakan, seruan,
panggilan, atau undangan.[5] Sedangkan
menurut Istilah, dakwah ialah segala usaha dan kegiatan yang sengaja berencana
dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan baik
langsung atau tidak langsung, ditujukan kepada orang perorangan, masyarakat
atau kelompok masyarakat agar tergugah jiwanya, terketuk hatinya ketika
mendengarkan perintah dan peringatan ajaran Islam yang kemudian menghayati,
menelaah dan mempelajari untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
H.M. Arifin memberikan definisi bahwa:
“Dakwah adalah sesuatu
kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya
yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mampengaruhi orang lain
baik secara individu maupun secara kelompok, agar supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran
agama sebagai massage yang disampaiakan kepadanya dengan tanpa adanya
unsur-unsur paksa .[6]
Imam Al-Gazali dalam bukunya memberikan definisi bahwa dakwah
adalah program pelengkap yang meliputi semua pengetahuan yang dibutuhkan
manusia untuk memberi penjelasan tentang tujuan hidup serta mampu membedakan
mana yang haq dan mana yang bathil.[7]
Isyarat-isyarat yang dimaksudkan dalam definisi dakwah mengarah
pada keseriusan menjalankan tugas suci, dimana kegiatan yang dilakukan harus
sistematis, karena segala pekerjaan dalam aktivitas dakwah selalu dilihat dari
siapa pelakunya, sehingga aktivitas dakwah itu benar-benar muncul dari sebuah
pemahaman .[8]
Oleh karenanya, dakwah merupakan kegiatan mengajak manusia
kejalan yang telah di gariskan oleh Allah baik secara perorangan maupun secara
kolektif, dengan penuh kesadaran yang di rencanakan secara sistematis demi
mencapai tujuan hidup manusia yang lebih baik, dunia dan akhirat.
Berkaitan
dengan strategi dakwah islam maka diperlukan
pengenalan yang tepat dan
akurat terhadap realitas
hidup manusia yang
secara aktual berlangsung dalam kehidupan dan mungkin
realitas hidup antara satu masyarakat dengan
masyarakat lain berbeda. Disini,
juru dakwah dituntut memahami situasi dan kondisi masyarakat yang terus
mengalami perubahan, baik secara kultural
maupun sosial keagamaan. Strategi dakwah semacam ini telah
diperkenalkan dan dikembangkan oleh rasulullah dalam menghadapi situasi
dan kondisi masyarakat arab saat itu.
Strategi dakwah rasulullah yang dimaksud
antara lain menggalang
kekuatan dikalangan keluarga
dekat dan tokoh
kunci yang sangat berpengaruh dimasyarakat
dengan jangkauan pemikiran yang sangat
luas, melakukan hijrah
ke madinah untuk fath
al-makkah dengan damai
tanpa kekerasan, dan
lain sebagainya.[9]
Adapun dalil – dalil mengenai metode dakwah dan strategi dakwah adalah
sebagai berikut :
1. Al-Ankabut(29)
Ayat : 19-20
Ayat 19 :
اَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللّٰهُ الْخَلْقَ ثُمَّ
يُعِيْدُهٗ ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ
Artinya : “Dan
apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. (QS. Al-'Ankabut ayat 19)
Tafsir Lengkap Kemenag RI
Di sini Allah
menegaskan bilamana orang-orang kafir tetap tidak juga percaya kepada Allah
Yang Maha Esa seperti apa yang disampaikan oleh para rasul-Nya, maka mereka
diajak untuk melihat dan memikirkan tentang proses kejadian diri mereka sendiri
sejak dari permulaan sampai akhir. Allah menciptakan manusia mulai dari proses
di rahim ibu selama enam atau sembilan bulan, atau lebih. Setelah lahir,
manusia dilengkapi dengan kemampuan pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran.
Untuk menjamin kehidupannya, Allah
memudahkan sumber-sumber rezeki guna menunjang kelestarian hidupnya. Apabila
telah datang takdir, Allah mewafatkannya melalui malaikat yang ditugaskan. Bagi
Allah membangkitkan manusia adalah mudah seperti mudahnya menciptakan mereka. Allah
menegaskan dalam ayat lain:
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu
lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi.
Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (ar-Rum/30: 127)[10]
Tegasnya ayat
ini memperingatkan bahwa manusia seharusnya dapat memahami betapa mudahnya bagi
Allah menciptakan manusia. Akan tetapi, mengapa mereka tidak mempercayai akan
adanya hari Kebangkitan padahal itu justru lebih mudah bagi Allah?
Tafsir Ibnu Katsir
Allah
Swt. berfirman, menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s., bahwa Ibrahim memberi
petunjuk kepada kaumnya untuk membuktikan adanya hari berbangkit yang mereka
ingkari melalui apa yang mereka saksikan di dalam diri mereka sendiri. Yaitu
bahwa Allah menciptakan mereka yang pada sebelumnya mereka bukanlah sebagai
sesuatu yang disebut-sebut (yakni tiada). Kemudian mereka ada dan menjadi
manusia yang dapat mendengar dan melihat. Maka Tuhan yang memulai penciptaan
itu mampu mengembalikannya menjadi hidup kembali, dan sesungguhnya
mengembalikan itu mudah dan ringan bagi-Nya.[11]
Kemudian
Ibrahim a.s. memberi mereka petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu
yang mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam tanda-tanda kekuasaan
Allah yang telah menciptakannya. Yaitu langit dan bintang-bintang yang ada
padanya, baik yang bersinar maupun yang tetap dan yang beredar. Juga bumi serta
lembah-lembah, gunung-gunung yang ada padanya, dan tanah datar yang terbuka dan
hutan-hutan, serta pepohonan dan buah-buahan, sungai-sungai dan lautan,
semuanya itu menunjukkan statusnya sebagai makhluk, juga menunjukkan adanya
yang menciptakannya, yang mengadakan, serta memilih segalanya.[12]
Dialah yang bila ingin menciptakan hanya mengatakan terhadap sesuatu,
"Jadilah," maka terjadilah ia. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya, menyitir kata-kata Nabi Ibrahim a.s.:
Dan
apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. (Al-'Ankabut: 19)
Sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikannya
(menghidupkannya) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah
bagi-Nya. (Ar Ruum:27)
Ayat : 20
قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟
كَيْفَ بَدَأَ ٱلْخَلْقَ ۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْءَاخِرَةَ ۚ
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Arab-Latin: Qul sīrụ fil-arḍi fanẓurụ kaifa bada`al-khalqa ṡummallāhu
yunsyi`un-nasy`atal-ākhirah, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr
Artinya : Katakanlah, “Berjalanlah
di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk),
kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu.
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
/ Surat Al-‘Ankabut Ayat 20
Meski sudah
sangat banyak bukti kekuasaan Allah dan keniscayaan hari akhir yang
dikemukakan, Allah memerintahkan nabi Muhammad, katakanlah wahai rasul, kepada
orang-orang yang mendustakan kebangkitan setelah kematian, 'berjalanlah di muka
bumi ke mana saja kaki berjalan, maka perhatikanlah dengan segera bagaimana
Allah memulai penciptaan makhluk yang beraneka ragam, kemudian Allah menjadikan
kejadian yang akhir dengan membangkitkan manusia setelah mati kelak di akhirat.
Sungguh, Allah mahakuasa atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. 21. Dia
mengazab dengan sangat adil siapa yang dia kehendaki atas segala dosa yang
dilakukannya semasa hidup, dan memberi rahmat kepada siapa yang dia kehendaki,
yaitu orang-orang yang bertobat dan beramal saleh, dan hanya kepada-Nya setelah
kematian kamu akan dikembalikan untuk perhitungan dan pembalasan.[13]
Tafsir
Quraish Shihab
Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang yang
mendustaakan itu, "Berjalanlah kalian di muka bumi, dan perhatikanlah
bermacam-macam makhluk ciptaan Allah yang ada di dalamnya. Dan lihatlah bekas orang-orang sebelum kalian yang ada di sana,
setelah mereka mati dan rumah-rumah mereka kosong dari mereka. Ketahuilah bahwa
Allah akan mengembalikan itu semua dengan kekuasaan-Nya di akhirat nanti dengan
kebangkitan, yaitu penciptaan kembali. Begitu pula keadaan kalian. Sesungguhnya
Allah sangat sempurna kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. "(1) (1) Ayat
suci ini memerintahkan para ilmuwan untuk berjalan di muka bumi guna menyingkap
proses awal penciptaan segala sesuatu, seperti hewan, tumbuhan dan benda-benda
mati. Sesungguhnya bekas-bekas penciptaan pertama terlihat di antara
lapisan-lapisan bumi dan permukaannya. Maka dari itu, bumi merupakan catatan
yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai dari permulaannya sampai sekarang.[14]
2. An-Nahl (16) ayat 43.
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ
إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن
كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Arab-Latin:
Wa mā arsalnā ming qablika illā rijālan nụḥī ilaihim fas`alū ahlaż-żikri ing
kuntum lā ta'lamụn
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui,
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar
Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi.
Makna
kata: (فَسَۡٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ) fas`aluu ahladz
dzikr : “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan.” Yaitu wahai
orang-orang yang ragu akan apa yang dibawa oleh Muhammad shalallahu ‘alaihi wa
sallam, tanyalah para ahli Taurat dan Injil untuk menghilangkan keraguan kalian
serta untuk menemukan kebenaran, bahwa yang dibawa oleh Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah kebenaran, dan seluruh rasul sebelumnya adalah manusia
sepertinya.[15]
Makna
ayat: adapun ayat yang ketiga (43) dan empat (44) mengandung isi yang sama,
yaitu penegasan kebenaran secara ilmiah dan peniadaan kerancuan kaum musyrikin
yang berkata, “Bagaimana Allah mengutus Muhammad sebagai rasul, sedangkan dia
adalah manusia seperti kita, kenapa Dia tidak mengutus malaikat?” ayat tersebut
adalah yang Allah firmankan : “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau
(Muhammad)” mengutus para rasul “melainkan laki-laki” bukan malaikat “yang Kami
beri wahyu kepada mereka” dengan perintah Kami “maka bertanyalah” wahai kaum
musyrikin yang mengingkari adanya rasul dari kalangan manusia, bertanyalah
kepada Ahli Az-Zikr yaitu kitab yang pertama, mereka adalah Ahlul Kitab dari
kalangan Yahudi dan Nasrani: “Apakah dahulu Allah ta’ala pernah mengutus para
rasul dari selain kalangan manusia?” ”jika kamu tidak mengetahui.” Karena mereka
akan memberitahu kalian, tidaklah Musa dan Isa kecuali seorang manusia.
Pelajaran
dari ayat: • Kewajiban bertanya kepada Ahlul Ilmi jika seseroang tidak
mengetahui perkara agamanya, seperti dalam hal aqidah, ibadah, dan hukum.
Tafsir Ibnu Katsir
Dan Kami
tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu
kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar
kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
dan supaya mereka memikirkan. Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa
setelah Allah mengutus Nabi Muhammad menjadi seorang rasul, orang-orang Arab
mengingkarinya, atau sebagian dari mereka ingkar akan hal ini.[16]
Mereka
mengatakan bahwa Mahabesar Allah dari menjadikan utusan-Nya seorang manusia.
Maka Allah ﷻ
menurunkan firman-Nya: Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami
mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan
kepada manusia. (Yunus: 2), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Dan Kami tidak
mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada
mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui. (An-Nahl: 43) Maksudnya, bertanyalah kamu kepada ahli kitab
yang terdahulu, apakah rasul yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah
malaikat?
Jika rasul-rasul yang diutus kepada mereka
adalah malaikat, maka kalian boleh mengingkarinya. Jika ternyata para rasul itu
adalah manusia, maka janganlah kalian mengingkari bila Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang
rasul. Allah ﷻ
telah berfirman: Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang lelaki yang
Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109) Mereka
bukanlah berasal dari penduduk langit seperti yang kalian duga. Hal yang sama
telah diriwayatkan dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan
ahluz zikr dalam ayat ini ialah ahli kitab. Pendapat yang sama dikatakan pula
oleh Mujahid dan Al-A'masy. Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid, yang dimaksud
dengan az-zikr ialah Al-Qur'an.
3.
Al-Qomar (54) ayat : 17
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن
مُّدَّكِرٍ
Arab-Latin: Wa laqad
yassarnal-qur`āna liż-żikri fa hal mim muddakir
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran?
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin
Nashir as-Sa'di, pakar tafsir
abad 14 H
17. “Dan sungguh telah Kami
mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
artinya, Kami mudahkan kata-kata al-Quran untuk dihafal dan dijelaskan untuk
dipahami dan diketahui, karena al-Quran adalah kata-kata terbaik, maknanya
paling benar dan penjelasannya paling gamblang. Siapa saja yang mempelajarinya,
maka akan diberi kemudahan oleh Allah untuk mencapai maksudnya secara amat
mudah. Al-Quran adalah peringatan menyeluruh untuk semua hal yang perlu diingat
oleh seluruh alam, berupa halal, haram, berbagai hukum, perintah, larangan,
hukum balasan, nasihat, pelajaran, akidah yang bermanfaat dan berita-berita
benar, serta paling luhur secara mutlak. Al-Quran adalah ilmu yang bermanfaat
jika dicari oleh seseorang, akan diberi pertolongan. Sebagian ulama Salaf
mengatakan tentang ayat ini, “Tidaklah orang menuntut ilmu, melainkan pasti
ditolong.” Karena itu Allah menyeru hamba-hambaNya untuk mengarah padaNya dan
mengingat FirmanNya.[17]
Tafsir Ringkasan Al-Azhar
“Dan
sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu untuk peringatan."
Dalam ayat ini dijelaskan bahwasanya Al-Qur'an,
kitab suci yang diturunkan oleh Allah ﷻ kepada
manusia ini mudahlah buat diingat, dan mudah buat dibaca, asal saja orang mau.
Sedang bagi bangsa yang bukan Arab, yang lidahnya bukan lidah Arab, lagi mudah
membaca Al-Qur'an itu, sehingga setelah Rasulullah ﷺ wafat di
zaman tabi'in, yaitu di zaman sesudah Nabi dan sesudah sahabat-sahabat beliau,
berlombalah ulama-ulama bukan Arab mengaji Al-Qur'an, memperdalam penyelidikan
tentang Al-Qur'an, mengutip ilmu dan hikmah daripada ayat-ayat Al-Qur'an,
sehingga berkembang biaklah ilmu ini ke seluruh dunia. Timbullah ilmu tafsir,
ilmu tasawuf, ilmu balaghah dan falsafah, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu manthiq
dan ma'ani dan berbagai ilmu yang lain, yang semuanya itu bersumber daripada
Al-Qur'an.[18]
“Maka adakah orang-orang yang ingat?"
Begitu mudah isinya, tidak sukar membawa dan
mengingatinya, adakah orang yang ingat? Atau adakah barangkali karena mudahnya
pembacaan dan peringatan itu lalu mereka lalaikan dan cuaikan saja? Kalau
demi-kian mereka sendirilah yang akan celaka.
Meriwayatkan ad-Dhahhak, yang diterimanya dari Ibnu
Abbas, bahwa beliau ini menafsirkan tentang kemudahan AL-Qur'an itu, “Kalau
bukanlah Allah yang memudahkan bacaan itu bagi lidah anak Adam, tidaklah
seorang jua pun yang sanggup akan bercakap dengan percakapan Allah yang Dia
sampaikan kepada hamba-Nya."
4. An-Nisa (4) Ayat : 1
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟
رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى
تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Arab-Latin: Yā ayyuhan-nāsuttaqụ
rabbakumullażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa min-hā zaujahā wa baṡṡa
min-humā rijālang kaṡīraw wa nisā`ā, wattaqullāhallażī tasā`alụna bihī wal-ar-ḥām,
innallāha kāna 'alaikum raqībā
Artinya: Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah
az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri suriah.
Wahai manusia bertakwalah kepada
Allah dengan mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, Dzat yang
menciptakan kalian dari satu jiwa. Dia pertama kali menciptakan jiwa itu dari
tanah, yaitu Adam AS, lalu jadilah kalian menjadi satu jenis manusia. Dia
menciptakan Hawa’ sebagai istri dari jenisnya supaya keduanya bisa saling
sesuai dan dipersatukan dengan cinta dan kasih sayang. Kemudian Dia menyebarkan
dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak di bumi. Mereka takut kepada
Allah yang dimintai oleh sebagian mereka dengan berkata: “Aku memintamu ya
Allah untuk melakukan hal ini” Bertakwalah kalian kepada Allah dengan
bersilaturahmi dan jangan sampai memotong silaturahmi. Sesungguhnya Allah
memerintahkan untuk menyambungnya. Al-Arham adalah seluruh kerabat baik
laki-laki maupun perempuan dari ayah dan ibu. Sesungguhnya Allah itu mengawasi
amal perbuatan kalian.[19]
Tafsir Jalalain
Hai manusia) penduduk Mekah (bertakwalah kamu kepada Tuhanmu)
artinya takutlah akan siksa-Nya dengan jalan menaati-Nya (yang telah
menciptakan kamu dari satu diri) yakni Adam (dan menciptakan daripadanya
istrinya) yaitu Hawa; dibaca panjang; dari salah satu tulang rusuknya yang kiri
(lalu mengembangbiakkan) menyebarluaskan (dari kedua mereka itu) dari Adam dan
Hawa (laki-laki yang banyak dan wanita) yang tidak sedikit jumlahnya. (Dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu saling meminta) terdapat idgam ta pada sin
sedangkan menurut satu qiraat dengan takhfif yaitu membuangnya sehingga menjadi
tas-aluuna (dengan nama-Nya) yang sebagian kamu mengatakan kepada sebagian
lainnya, "Saya meminta kepadamu dengan nama Allah," (dan) jagalah
pula (hubungan silaturahmi) jangan sampai terputus. Menurut satu qiraat dibaca
dengan kasrah diathafkan kepada dhamir yang terdapat pada bihi. Mereka juga biasa saling bersumpah dengan hubungan
rahim. (Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kamu) menjaga perbuatanmu dan
memberi balasan terhadapnya. Maka sifat mengawasi selalu melekat dan terdapat
pada Allah swt. Ayat berikut diturunkan mengenai seorang anak yatim yang
meminta hartanya kepada walinya tetapi ia tidak mau memberikannya.[20]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dakwah
berarti amar ma’ruf nahi munkar. Dengan kata lain, berdakwah adalah menyeru
kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar . Dakwah juga berarti
menyampaikan ajaran-ajaran allah kepada seluruh ummat manusia. Hal ini sesuai
hadis rasulullah saw., “sampaikanlah apa yang datang dariku walaupun hanya satu
ayat.” Dari hadis di atas, hakikatnya dakwah adalah hanya semata ajakan,
seruan, atau upaya penyampaian ajaran-ajaran allah dan hadis-hadis rasul dari
seseorang kepada orang lain.
Strategi dakwah dapat diartikan sebagai suatu
proses dalam mengatur, mengarahkan, dan menentukan cara daya dan upaya untuk
menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu agar apa
yang menjadi tujuan dan sasaran dakwah dapat tercapai secara
maksimal.
B.
Saran
Tentunya
terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983), h. 99
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarat: Kencana, 2009), h. 357
https://tafsirweb.com/7246-surat-al-ankabut-ayat-20.html
https://tafsirweb.com/4391-surat-an-nahl-ayat-43.html
https://tafsirweb.com/10255-surat-al-qamar-ayat-17.html
https://tafsirweb.com/10255-surat-al-qamar-ayat-17.html
https://tafsirweb.com/1533-surat-an-nisa-ayat-1.html
[1] Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah
Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), h. 99
[2]
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarat: Kencana, 2009), h. 357
[3] Ibid,
h. 358
[4]
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarat: Kencana, 2009), h. 357-358
[5]
Zulkifli Mustan, Ilmu Dakwah, (Makassar: Pustaka Al-Zikra, 2005). h.
[6] M.
Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar Studi,(Cet. 6; Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2004), h. 6.
[7]
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Cet. I; Bandung: Pustaka
Setia, 2002), h. 7.
[8]
Asep Muhiddin, Metode Pengembangan Dakwah,(Cet. I; Bandung: Pustaka Setia,
2002),
[9]
Hidayat, 2019
[10]
Tafsir Lengkap Kemenag RI
[11]
Tafsir Ibnu Katsir
[12]
Tafsir Ibnu Katsir
[13]
Tafsir Lengkap Kemenag RI
[14]
Quraish Shihab
[15] Aisarut Tafasir /
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi.
[16]
Tafsir Ibnu Katsir
[17] Tafsir as-Sa'di /
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14
[18]
Tafsir Ringkasan Al-azhar
[19] Tafsir Al-Wajiz /
Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri suriah.
[20]
Tafsir Jalalain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar