Arsip Blog

Entri yang Diunggulkan

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Cari Blog Ini

Rabu, 12 Oktober 2022

METODE DAKWAH DAN STRATEGI DAKWAH

aldhy purwanto

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan, ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan(Ahmad, 2002: 68). Setiap muslim yang akan melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendakwah, pengajak, penyeru dan pemanggil umat, harus senantiasa berpegang kepada segala ketentuan serta keterangan yang ada dalam al-Qur’an dan Hadist Nabi. Dengan kata lain, al-Qur’an dan al-Hadist mengingatkan umat untuk meninggalkan serta menjauhkan diri dari kemungkaran, kenistaan, kebatilan, kesewenang-wenangan, kebodohan dan keterbelakangan (Ardhana,1995:13).

Dakwah Islam merupakan sebuah aktifitas komunikasi, sehingga keberhasilan dakwah tergantung pada beberapa komponen yang mempengaruhinya, yakni da’i sebagai orang yang menyampaikan pesan (komunikator), mad’u sebagai orang yangmenerima pesan (komunikan), materi dakwah sebagai pesan yang akan disampaikan, media dakwah sebagai sarana yang akan dijadikan saluran dakwah, metode dakwah sebagai cara yang digunakan untuk berdakwah. Adanya keharmonisan antar unsur-unsurtersebut diharapkan tujuan dakwah bisa tercapai secara maksimal.

Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara dan upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam sitiuasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan dakwah secara optimal. Berkaitan dengan strategi dakwah Islam, maka diperlukan pengenalan yang tepat dan akurat terhadap realitas hidup manusia yang secara aktual berlangsung dalam kehidupan dan mungkin realitas antara masyarakat dengan masyarakat lain berbeda. Disini juru dakwah dituntut memahami situasi dan kondisi mayarakat yang terus mengalami perubahan, baik secara kultural maupun sosial keagamaan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah Pengertian Metode Dakwah ?

2.      Bagaimakanakah Strategi Dakwah ?

 

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk Mengetahui Metode Dakwah

2.      Untuk Mengetahui Strategi Dakwah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Metode Dakwah

1.      Pengertian Metode Dakwah

Sebelum berbicara tentang pengertian metode dakwah, alangkah baiknya kita mengerti terlebih dahulu tentang sebuah pengertian dari metode itu sendiri, yang bertujuan agar dapat kemudahan untuk memahami apa arti metode dakwah dengan baik dan terjauhkan dari kesalah pahaman satu antara lain yang tidak diinginkan.

Dikarenakan sebuah metode dalam dakwah sangat banyak diperlukan demi menggapai harapan sebuah dakwah yang benar-benar bagus dan terarahkan dengan baik demi menggapaai sasaran yang tepat dan baik.

Metode itu sendiri, Secara etimologi, istilah metodologi berasal dari bahasa yunani yakni dari kata “metados” yang berarti cara atau jalan dan “ logos” yang berarti ilmu.[1] Dengan demikian sudah jelas bahwa metode kini adalah jalan yang menjadikan sebuah ilmu memiliki arah tujuan yang benar dan teratur. Untuk lebih jelasnya, metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.[2]

Jadi, metode bisa disebut sebagai jalan ataupun sebuah arahan yang dapat menuntuk dalam menjalankan sesuatu dengan benar dan memiliki jalan yang bertujuan dalan kebaikan, untuk teknik tak jauh bedah dengan metode, teknik sendiri juga bisa disebut metode, karena teknik juga memiliki tujuan yang guna untuk memperjelas suatu cara atau rancangan tersendiri dalam melakukan sesuatu, sehinggah bisa terarahkan dengan baik, teknik juga biasanya dimiliki dengan masing-masing orang dengan sesuai tipe orang sendiri.[3]

Sedangkan dakwah sendiri adalah sebuah ajakan, seruhan dalam artian menyeruh atau mengajak orang untuk memilih jalan kebaikan dan berjalan lurus menuju dalam kebenaran yang sudah tentu akan bertujuan mendapat ridho Allah SWT.

Dakwah juga bisa diartikan mengajak orang yang belum menuju kebaikan atau berjalan dijalan kebenaran untuk diajak berjalan bersamasama dijalan yang baik, mengajak yang belum beribadah untuk diajak beribadah, mengajak yang belum masuk dari agama Islam untuk masuk dan mengikuti ajaran Islam sebaik mungkin, mengajak memahami ajaran Islam untuk mengajak masuk dalam sebuah ajaran Islam yang baik.

Dengan mengertinya makna dari metode dakwah, maka bisa disimpulkan bahwa metode dakwa adalah suatu cara dan arah untuk berjalan yang menuntun perjalanan dakwah dengan baik dan benar, sehingga menjadikan sebuah tiket untuk masuk dalam ridho Allah SWT. Dengan demikian, seorang da’i akan bisa lebih mudah untuk berdakwah dengan mengerti metode yang sesuai dengan kemampuan diri dengan jalan yang sudah diajarkan dan diterapkan oleh metode-metode yang ada.

Di dalam metode dakwah banyak sekali yang mendefinisikan tentang pengertian metode dakwah, dengan demikian, ada beberapa pendapat tentang definisi metode dakwah, sebagaimana yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz dalam bukunya, yakni:

a.                Al-Bayanuni mengemukakan definisi metode dakwah (asalib alda’wah) sebagai berikut:

الطرق التي يسلكها الداعى في دعوته آو كيفيات تطبيق مناهج الدعوة

“Yaitu cara-cara yang di tempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara menerapkan setrategi dakwah”

b.             Said bin Ali al-Qahthai membuat definisi metode dakwah sebagai berikut. “Uslub (metode) dakwah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendala”.

c.               Hampir sama dengan definisi ini, menurut ‘Abd al-Karim Zaidan, metode dakwah (uslub al-da’wah) adalah:

العلم الذي يتصل بكيفية مباشرة وإزالة العوائق عنه

"Ilmu yang terkait dengan cara melangsungkan penyampaian pesan dakwah dan mengatasi kendala-kendalanya”.

Dalam Kamus Ilmia Populer, metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara kerja. Dari beberapa definisi ini, setidaknya ada tiga karakter yang melekat dalam metode dakwah.

a.       Metode dakwah merupakan cara-cara yang sistematis yang menjelaskan arah strategi dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari strategi dakwah.

b.      Karena menjadi bagian dari setrategi dakwah yang masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah.

c.       Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektivitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah. Setiap setrategi memiliki keunggulan dan kelemahan. Metodenya berupa menggerakkan keunggulan tersebut dan memperkecil kelemahannya.[4]

B.     Strategi Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dengan asal kata (یدعو-دعا (yang dalam bentuk mashdarnya دعوة mempunyai arti ajakan, seruan, panggilan, atau undangan.[5] Sedangkan menurut Istilah, dakwah ialah segala usaha dan kegiatan yang sengaja berencana dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan baik langsung atau tidak langsung, ditujukan kepada orang perorangan, masyarakat atau kelompok masyarakat agar tergugah jiwanya, terketuk hatinya ketika mendengarkan perintah dan peringatan ajaran Islam yang kemudian menghayati, menelaah dan mempelajari untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

H.M. Arifin memberikan definisi bahwa:

 “Dakwah adalah sesuatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mampengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok, agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaiakan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksa .[6]

Imam Al-Gazali dalam bukunya memberikan definisi bahwa dakwah adalah program pelengkap yang meliputi semua pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk memberi penjelasan tentang tujuan hidup serta mampu membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.[7]

Isyarat-isyarat yang dimaksudkan dalam definisi dakwah mengarah pada keseriusan menjalankan tugas suci, dimana kegiatan yang dilakukan harus sistematis, karena segala pekerjaan dalam aktivitas dakwah selalu dilihat dari siapa pelakunya, sehingga aktivitas dakwah itu benar-benar muncul dari sebuah pemahaman .[8]

            Oleh karenanya, dakwah merupakan kegiatan mengajak manusia kejalan yang telah di gariskan oleh Allah baik secara perorangan maupun secara kolektif, dengan penuh kesadaran yang di rencanakan secara sistematis demi mencapai tujuan hidup manusia yang lebih baik, dunia dan akhirat.

Berkaitan dengan strategi dakwah islam maka diperlukan  pengenalan  yang tepat  dan  akurat  terhadap realitas hidup  manusia  yang  secara  aktual  berlangsung dalam kehidupan dan mungkin realitas hidup antara satu masyarakat dengan  masyarakat  lain berbeda.  Disini,  juru dakwah dituntut memahami situasi dan kondisi masyarakat yang terus mengalami perubahan, baik secara kultural   maupun   sosial   keagamaan. Strategi dakwah semacam ini telah diperkenalkan dan dikembangkan oleh rasulullah dalam menghadapi situasi dan    kondisi masyarakat arab saat itu. Strategi dakwah   rasulullah yang   dimaksud   antara   lain   menggalang   kekuatan   dikalangan  keluarga  dekat  dan  tokoh  kunci  yang  sangat berpengaruh  dimasyarakat  dengan  jangkauan  pemikiran yang  sangat  luas,  melakukan  hijrah  ke  madinah  untuk fath  al-makkah  dengan  damai  tanpa  kekerasan,  dan  lain sebagainya.[9]

Adapun dalil – dalil mengenai metode dakwah dan strategi dakwah adalah sebagai berikut :

1.      Al-Ankabut(29) Ayat : 19-20

Ayat 19 :

اَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللّٰهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ

Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. Al-'Ankabut ayat 19)

Tafsir Lengkap Kemenag RI

Di sini Allah menegaskan bilamana orang-orang kafir tetap tidak juga percaya kepada Allah Yang Maha Esa seperti apa yang disampaikan oleh para rasul-Nya, maka mereka diajak untuk melihat dan memikirkan tentang proses kejadian diri mereka sendiri sejak dari permulaan sampai akhir. Allah menciptakan manusia mulai dari proses di rahim ibu selama enam atau sembilan bulan, atau lebih. Setelah lahir, manusia dilengkapi dengan kemampuan pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran. Untuk menjamin kehidupannya,  Allah memudahkan sumber-sumber rezeki guna menunjang kelestarian hidupnya. Apabila telah datang takdir, Allah mewafatkannya melalui malaikat yang ditugaskan. Bagi Allah membangkitkan manusia adalah mudah seperti mudahnya menciptakan mereka. Allah menegaskan dalam ayat lain:
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (ar-Rum/30: 127)[10]

Tegasnya ayat ini memperingatkan bahwa manusia seharusnya dapat memahami betapa mudahnya bagi Allah menciptakan manusia. Akan tetapi, mengapa mereka tidak mempercayai akan adanya hari Kebangkitan padahal itu justru lebih mudah bagi Allah?

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. berfirman, menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s., bahwa Ibrahim memberi petunjuk kepada kaumnya untuk membuktikan adanya hari berbangkit yang mereka ingkari melalui apa yang mereka saksikan di dalam diri mereka sendiri. Yaitu bahwa Allah menciptakan mereka yang pada sebelumnya mereka bukanlah sebagai sesuatu yang disebut-sebut (yakni tiada). Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat mendengar dan melihat. Maka Tuhan yang memulai penciptaan itu mampu mengembalikannya menjadi hidup kembali, dan sesungguhnya mengembalikan itu mudah dan ringan bagi-Nya.[11]

Kemudian Ibrahim a.s. memberi mereka petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu yang mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam tanda-tanda kekuasaan Allah yang telah menciptakannya. Yaitu langit dan bintang-bintang yang ada padanya, baik yang bersinar maupun yang tetap dan yang beredar. Juga bumi serta lembah-lembah, gunung-gunung yang ada padanya, dan tanah datar yang terbuka dan hutan-hutan, serta pepohonan dan buah-buahan, sungai-sungai dan lautan, semuanya itu menunjukkan statusnya sebagai makhluk, juga menunjukkan adanya yang menciptakannya, yang mengadakan, serta memilih segalanya.[12] Dialah yang bila ingin menciptakan hanya mengatakan terhadap sesuatu, "Jadilah," maka terjadilah ia. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya, menyitir kata-kata Nabi Ibrahim a.s.:

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulangi­nya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-'Ankabut: 19)

Sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar Ruum:27)         

Ayat : 20

قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ بَدَأَ ٱلْخَلْقَ ۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْءَاخِرَةَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Arab-Latin: Qul sīrụ fil-arḍi fanẓurụ kaifa bada`al-khalqa ṡummallāhu yunsyi`un-nasy`atal-ākhirah, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr

Artinya : Katakanlah, “Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-‘Ankabut Ayat 20

Meski sudah sangat banyak bukti kekuasaan Allah dan keniscayaan hari akhir yang dikemukakan, Allah memerintahkan nabi Muhammad, katakanlah wahai rasul, kepada orang-orang yang mendustakan kebangkitan setelah kematian, 'berjalanlah di muka bumi ke mana saja kaki berjalan, maka perhatikanlah dengan segera bagaimana Allah memulai penciptaan makhluk yang beraneka ragam, kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir dengan membangkitkan manusia setelah mati kelak di akhirat. Sungguh, Allah mahakuasa atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. 21. Dia mengazab dengan sangat adil siapa yang dia kehendaki atas segala dosa yang dilakukannya semasa hidup, dan memberi rahmat kepada siapa yang dia kehendaki, yaitu orang-orang yang bertobat dan beramal saleh, dan hanya kepada-Nya setelah kematian kamu akan dikembalikan untuk perhitungan dan pembalasan.[13]

Tafsir Quraish Shihab

 Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang yang mendustaakan itu, "Berjalanlah kalian di muka bumi, dan perhatikanlah bermacam-macam makhluk ciptaan Allah yang ada di dalamnya. Dan lihatlah bekas orang-orang sebelum kalian yang ada di sana, setelah mereka mati dan rumah-rumah mereka kosong dari mereka. Ketahuilah bahwa Allah akan mengembalikan itu semua dengan kekuasaan-Nya di akhirat nanti dengan kebangkitan, yaitu penciptaan kembali. Begitu pula keadaan kalian. Sesungguhnya Allah sangat sempurna kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. "(1) (1) Ayat suci ini memerintahkan para ilmuwan untuk berjalan di muka bumi guna menyingkap proses awal penciptaan segala sesuatu, seperti hewan, tumbuhan dan benda-benda mati. Sesungguhnya bekas-bekas penciptaan pertama terlihat di antara lapisan-lapisan bumi dan permukaannya. Maka dari itu, bumi merupakan catatan yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai dari permulaannya sampai sekarang.[14]

2.      An-Nahl (16) ayat 43.

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Arab-Latin: Wa mā arsalnā ming qablika illā rijālan nụḥī ilaihim fas`alū ahlaż-żikri ing kuntum lā ta'lamụn

Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,

Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi.

Makna kata: (فَسۡ‍َٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ) fas`aluu ahladz dzikr : “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan.” Yaitu wahai orang-orang yang ragu akan apa yang dibawa oleh Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, tanyalah para ahli Taurat dan Injil untuk menghilangkan keraguan kalian serta untuk menemukan kebenaran, bahwa yang dibawa oleh Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah kebenaran, dan seluruh rasul sebelumnya adalah manusia sepertinya.[15]

Makna ayat: adapun ayat yang ketiga (43) dan empat (44) mengandung isi yang sama, yaitu penegasan kebenaran secara ilmiah dan peniadaan kerancuan kaum musyrikin yang berkata, “Bagaimana Allah mengutus Muhammad sebagai rasul, sedangkan dia adalah manusia seperti kita, kenapa Dia tidak mengutus malaikat?” ayat tersebut adalah yang Allah firmankan : “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad)” mengutus para rasul “melainkan laki-laki” bukan malaikat “yang Kami beri wahyu kepada mereka” dengan perintah Kami “maka bertanyalah” wahai kaum musyrikin yang mengingkari adanya rasul dari kalangan manusia, bertanyalah kepada Ahli Az-Zikr yaitu kitab yang pertama, mereka adalah Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani: “Apakah dahulu Allah ta’ala pernah mengutus para rasul dari selain kalangan manusia?” ”jika kamu tidak mengetahui.” Karena mereka akan memberitahu kalian, tidaklah Musa dan Isa kecuali seorang manusia.

Pelajaran dari ayat: • Kewajiban bertanya kepada Ahlul Ilmi jika seseroang tidak mengetahui perkara agamanya, seperti dalam hal aqidah, ibadah, dan hukum.

Tafsir Ibnu Katsir

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.    Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa setelah Allah mengutus Nabi Muhammad menjadi seorang rasul, orang-orang Arab mengingkarinya, atau sebagian dari mereka ingkar akan hal ini.[16]

Mereka mengatakan bahwa Mahabesar Allah dari menjadikan utusan-Nya seorang manusia. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia. (Yunus: 2), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (An-Nahl: 43) Maksudnya, bertanyalah kamu kepada ahli kitab yang terdahulu, apakah rasul yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat?

 Jika rasul-rasul yang diutus kepada mereka adalah malaikat, maka kalian boleh mengingkarinya. Jika ternyata para rasul itu adalah manusia, maka janganlah kalian mengingkari bila Nabi Muhammad adalah seorang rasul. Allah telah berfirman: Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang lelaki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109) Mereka bukanlah berasal dari penduduk langit seperti yang kalian duga. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan ahluz zikr dalam ayat ini ialah ahli kitab. Pendapat yang sama dikatakan pula oleh Mujahid dan Al-A'masy. Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid, yang dimaksud dengan az-zikr ialah Al-Qur'an.

3.        Al-Qomar (54) ayat : 17


وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Arab-Latin: Wa laqad yassarnal-qur`āna liż-żikri fa hal mim muddakir

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?


Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

17. “Dan sungguh telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” artinya, Kami mudahkan kata-kata al-Quran untuk dihafal dan dijelaskan untuk dipahami dan diketahui, karena al-Quran adalah kata-kata terbaik, maknanya paling benar dan penjelasannya paling gamblang. Siapa saja yang mempelajarinya, maka akan diberi kemudahan oleh Allah untuk mencapai maksudnya secara amat mudah. Al-Quran adalah peringatan menyeluruh untuk semua hal yang perlu diingat oleh seluruh alam, berupa halal, haram, berbagai hukum, perintah, larangan, hukum balasan, nasihat, pelajaran, akidah yang bermanfaat dan berita-berita benar, serta paling luhur secara mutlak. Al-Quran adalah ilmu yang bermanfaat jika dicari oleh seseorang, akan diberi pertolongan. Sebagian ulama Salaf mengatakan tentang ayat ini, “Tidaklah orang menuntut ilmu, melainkan pasti ditolong.” Karena itu Allah menyeru hamba-hambaNya untuk mengarah padaNya dan mengingat FirmanNya.[17]

Tafsir Ringkasan Al-Azhar

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an itu untuk peringatan."

Dalam ayat ini dijelaskan bahwasanya Al-Qur'an, kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada manusia ini mudahlah buat diingat, dan mudah buat dibaca, asal saja orang mau. Sedang bagi bangsa yang bukan Arab, yang lidahnya bukan lidah Arab, lagi mudah membaca Al-Qur'an itu, sehingga setelah Rasulullah wafat di zaman tabi'in, yaitu di zaman sesudah Nabi dan sesudah sahabat-sahabat beliau, berlombalah ulama-ulama bukan Arab mengaji Al-Qur'an, memperdalam penyelidikan tentang Al-Qur'an, mengutip ilmu dan hikmah daripada ayat-ayat Al-Qur'an, sehingga berkembang biaklah ilmu ini ke seluruh dunia. Timbullah ilmu tafsir, ilmu tasawuf, ilmu balaghah dan falsafah, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu manthiq dan ma'ani dan berbagai ilmu yang lain, yang semuanya itu bersumber daripada Al-Qur'an.[18] “Maka adakah orang-orang yang ingat?"

Begitu mudah isinya, tidak sukar membawa dan mengingatinya, adakah orang yang ingat? Atau adakah barangkali karena mudahnya pembacaan dan peringatan itu lalu mereka lalaikan dan cuaikan saja? Kalau demi-kian mereka sendirilah yang akan celaka.

Meriwayatkan ad-Dhahhak, yang diterimanya dari Ibnu Abbas, bahwa beliau ini menafsirkan tentang kemudahan AL-Qur'an itu, “Kalau bukanlah Allah yang memudahkan bacaan itu bagi lidah anak Adam, tidaklah seorang jua pun yang sanggup akan bercakap dengan percakapan Allah yang Dia sampaikan kepada hamba-Nya."

 

4.       An-Nisa (4) Ayat  : 1

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Arab-Latin: Yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakumullażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa min-hā zaujahā wa baṡṡa min-humā rijālang kaṡīraw wa nisā`ā, wattaqullāhallażī tasā`alụna bihī wal-ar-ḥām, innallāha kāna 'alaikum raqībā

 

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

 

 

 

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri suriah.

Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dengan mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, Dzat yang menciptakan kalian dari satu jiwa. Dia pertama kali menciptakan jiwa itu dari tanah, yaitu Adam AS, lalu jadilah kalian menjadi satu jenis manusia. Dia menciptakan Hawa’ sebagai istri dari jenisnya supaya keduanya bisa saling sesuai dan dipersatukan dengan cinta dan kasih sayang. Kemudian Dia menyebarkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak di bumi. Mereka takut kepada Allah yang dimintai oleh sebagian mereka dengan berkata: “Aku memintamu ya Allah untuk melakukan hal ini” Bertakwalah kalian kepada Allah dengan bersilaturahmi dan jangan sampai memotong silaturahmi. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk menyambungnya. Al-Arham adalah seluruh kerabat baik laki-laki maupun perempuan dari ayah dan ibu. Sesungguhnya Allah itu mengawasi amal perbuatan kalian.[19]

Tafsir Jalalain

Hai manusia) penduduk Mekah (bertakwalah kamu kepada Tuhanmu) artinya takutlah akan siksa-Nya dengan jalan menaati-Nya (yang telah menciptakan kamu dari satu diri) yakni Adam (dan menciptakan daripadanya istrinya) yaitu Hawa; dibaca panjang; dari salah satu tulang rusuknya yang kiri (lalu mengembangbiakkan) menyebarluaskan (dari kedua mereka itu) dari Adam dan Hawa (laki-laki yang banyak dan wanita) yang tidak sedikit jumlahnya. (Dan bertakwalah kepada Allah yang kamu saling meminta) terdapat idgam ta pada sin sedangkan menurut satu qiraat dengan takhfif yaitu membuangnya sehingga menjadi tas-aluuna (dengan nama-Nya) yang sebagian kamu mengatakan kepada sebagian lainnya, "Saya meminta kepadamu dengan nama Allah," (dan) jagalah pula (hubungan silaturahmi) jangan sampai terputus. Menurut satu qiraat dibaca dengan kasrah diathafkan kepada dhamir yang terdapat pada bihi. Mereka juga biasa saling bersumpah dengan hubungan rahim. (Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kamu) menjaga perbuatanmu dan memberi balasan terhadapnya. Maka sifat mengawasi selalu melekat dan terdapat pada Allah swt. Ayat berikut diturunkan mengenai seorang anak yatim yang meminta hartanya kepada walinya tetapi ia tidak mau memberikannya.[20]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dakwah berarti amar ma’ruf nahi munkar. Dengan kata lain, berdakwah adalah menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar . Dakwah juga berarti menyampaikan ajaran-ajaran allah kepada seluruh ummat manusia. Hal ini sesuai hadis rasulullah saw., “sampaikanlah apa yang datang dariku walaupun hanya satu ayat.” Dari hadis di atas, hakikatnya dakwah adalah hanya semata ajakan, seruan, atau upaya penyampaian ajaran-ajaran allah dan hadis-hadis rasul dari seseorang kepada orang lain.

Strategi dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses dalam mengatur, mengarahkan, dan menentukan cara daya dan upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran dakwah dapat tercapai secara maksimal.

B.     Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), h. 99

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarat: Kencana, 2009), h. 357

https://tafsirweb.com/7246-surat-al-ankabut-ayat-20.html

https://tafsirweb.com/4391-surat-an-nahl-ayat-43.html

https://tafsirweb.com/10255-surat-al-qamar-ayat-17.html

https://tafsirweb.com/10255-surat-al-qamar-ayat-17.html

https://tafsirweb.com/1533-surat-an-nisa-ayat-1.html



[1]  Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), h. 99

[2] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarat: Kencana, 2009), h. 357

[3] Ibid, h. 358

[4] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarat: Kencana, 2009), h. 357-358

[5] Zulkifli Mustan, Ilmu Dakwah, (Makassar: Pustaka Al-Zikra, 2005). h.

[6] M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar Studi,(Cet. 6; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 6.

[7] Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 7.

[8] Asep Muhiddin, Metode Pengembangan Dakwah,(Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2002),

[9] Hidayat, 2019

[10] Tafsir Lengkap Kemenag RI

[11] Tafsir Ibnu Katsir

[12] Tafsir Ibnu Katsir

[13] Tafsir Lengkap Kemenag RI

[14] Quraish Shihab

[15] Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi.

 

[16] Tafsir Ibnu Katsir

[17] Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14

[18] Tafsir Ringkasan Al-azhar

[19] Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri suriah.

[20] Tafsir Jalalain


Tidak ada komentar: