Arsip Blog

Entri yang Diunggulkan

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Cari Blog Ini

Selasa, 11 Oktober 2022

TAFSIR BIL MA’TSUR

aldhy purwanto

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tafsir Bil-Ma’Tsur ini tepat pada waktunya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

 

 

 

Minggu, 5  Juni 2022

 

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

                A. Pengertian dari Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur)

                B. Pembagian Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur)

                C. Beberapa Kitab Tafsir Bi al-Ma’tsur

                D. Beberapa Kelemahan Tafsir Bi al-Ma’tsur

                E. Pandangan Ulama Tentang Status Tafsir Bi al-Ma’tsur

    F. Beberapa Keistimewaan Tafsir Bi al-Ma’tsur

BAB III PENUTUP

                A.Kesimpulan

                B. Saran

Daftar Pustaka


BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Ketika Al-Qur'an diturunkan, kemudian Rasulullah SAW, memberikan penjelasan kepada para sahabat tentang arti dan kandungannya, khususnya menyangkut ayat ayat yang tidak dipahami atau ayat yang samar-samar artinya. Hal ini berlangsung sampai wafatnya Rasullah Saw.

Setelah wafat Rasulullah, para sahabat, mereka terpaksa melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan seperti Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab, dan Ibnu Mas'ud. Sementara sahabat ada pula menanyakan beberapa masalah. Kususnya sejarah Nabi atau kisah-kisah yang tercantum kedalam al-Qur'an, kepada tokoh-tokoh ahlul kitab yang telah memeluk agama Islam, seperti Abdullah bin Salam, Ka'ab al-Ahbar, dan lain-lain. Inilah yang merupakan benih lahirnya Isra'lliyyat.

Disamping itu para tokoh tafsir, dari golongan sahabat yang disebutkan, mempunyai murid-murid dari para tabi'in, khususnya di kota-kota tempat mereka tinggal. Sehingga lahirlah tokoh-tokoh tafsir baru dari kalangan tabi'in di kota-kota tersbut. Gabungan dari tiga sumber diatas, yaitu penafsiran Rasullah Saw, penafsiran sahabat-sahabat serta penafsiran tabi'in, dikelompokkan menjadi satu kelompok yang dinamai Tafsir bil-Ma'tsur.

Mengingat pada zaman modern ini perkembangan IPTEK semakin pesat dan globalisasi tidak dapat dihindarkan, maka sangat perlu adanya berbagai macam metode penafsiran yang bisa dijadikan alternatif untuk memahami al-Qur'an secara kontekstual. Oleh karena itulah, sangat perlu kiranya dipahami salah satu corak penafsiran yang bersandar pada riwayat dengan nama Tafsir bil-Ma'tsur ini.

  1. Rumusan Masalah

1)      Jelaskan pengertian dari Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur)?

2)      Jelaskan pembagian Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur)?

3)      Sebutkan beberapa Kitab Tafsir Bil-Ma’Tsur?

4)      Sebutkan beberapa Kelemahan Tafsir bil-Ma’tsur?

5)      Bagaimanakah Pandangan Ulama Tentang Status Tafsir Bil-Ma’Tsur?

6)      Sebutkan beberapa Keistimewaan Tafsir Bil-Ma’Tsur?

 

  1. Tujuan

1)      Dapat mengetahui pengertian dari Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur).

2)      Dapat mengetahui pembagian Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur).

3)      Dapat mengetahui beberapa Kitab Tafsir Bil-Ma’Tsur.

4)      Dapat mengetahui beberapa Kelemahan Tafsir bil-Ma’tsur.

5)      Dapat mengetahui Pandangan Ulama Tentang Status Tafsir Bil-Ma’Tsur.

6)      Dapat mengetahui beberapa Keistimewaan Tafsir Bil-Ma’Tsur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur)

Tafsir bi al-riwayah (bi al-matsur) adalah penafsiran Al-Qur’an melalui al-Qur’an itu sendiri, melalui hadits dan melalui perkataan shahabat.

Adapun tafsir yang datang dari tabi'in, para ulama berbeda pendapat, ada yang menggolongkan ke dalam tafsir bi al-ma’tsur dan ada pula yang yang menolak. Di antara ulama yang menerima adalah al-Dhahhak ibn al-Muzahim dan Ikrimah. Sedangkan diantara ulama yang menolak adalah Ibnu Syaibah dan Ibnu Aqil.

 

B.     Pembagian Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur)

Tafsir bi al-riwayah (bi al-matsur) dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

a.       Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an.

Maksudnya, sebagaian ayat al-Qur’an menafsirkan ayat al-Qur’an yang lainnya.

Contohnya:          

 

“Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan (diterangkan) kepadamu.” (QS. Al-Haj: 30)

 

Ayat ini ditafsirkan dengan ayat:

 

     “Di haramkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.” (QS.Al-Maidah: 3)

b.       Tafsir Al-Qur'an dengan Hadits

 Maksudnya, ayat-ayat al-Qur'an ditafsirkan oleh hadits.

 Contohnya:

 

“Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” (QS.Al- Fatihah: 7)

   Ayat ini ditafsirkan dengan hadits:

Rasulullah bersabda “Yang dimaksud dengan ‘al maghdlub (orang-orang yang dimurkai Allah)’' adalah orang orang Yahudi, sedangkan yang dimaksud ‘al-dlaalliin (orang orang yang tersesat)’' adalah orang-orang Nasrani.”

c.       Tafsir Al-Qur'an dengan perkataan shahabat

Maksudnya, ayat-ayat Al-Qur'an ditafsirkan dengan penjelasan shahabat. Karena para shahabat telah hidup bersama Rasulullah dan dipandang sebagai orang yang banyak mengetahui kandungan al-Qur'an. Contohnya: Surat al-Nashr ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dengan ke dekatan ajal Rasulullah.

C.     Beberapa Kitab Tafsir Bil-Ma’Tsur

·         Jami’al – Bayyan fi Tafsir Qur’an

Pengarangnya adalah Abu Ja’far Abu Muhammad bim Jarir at Thabari, lahir di Amjul Thabaristan 224 H, wafat di Baqdad 310 H. Kitabnya termasuk kitab tafsir dengan Ma’tsur yang paling agung, paling banyak mencakup pendapat para sahabat dan tabiiin serta dianggap sebagai pedoman pertama bagi mufasirin. Beberapa keistimewaan dalam tafsir ini adalah:

a. Berpengang pada asar berupa hadist,sasahabat dan tabi’in

b. Senantiasa menyebutkan sanad dan pendapat yang diriwayatkan

c. Memaparkan ayat-ayat yang nasikh dan mansukh serta menjelaskan hadist yang shahih dan      dha’if

d. Menyebutkan segi I’raf (uraian kalimat) dan pengistimbata hukum dari ayatayat Al-Qur’an.

Kitab ini juga diupayakan untuk dikoreksi oleh para mupasir lain untuk kesempurnaannya. (Ar-Rumi, 1999: 204).

 

·         Tafsir al- Al-Qur’an Azhim

Tafsir ini dikarang oleh Abu Al-Fidha Imaduddin bin Amer bin Katsir adDimasyqi, lahir di Busro Syam, tahun 700 H. Tafsir ini termasuk tafsir yang terkenal sebagai tafsir bil-Ma’tsur dan memdapat tempat kedua sebagai tafsir Thabari.

 

 

 

·         Ad-Darul Mantsur Tafsiril Ma-tsur

Pengarang tafsir ini adalah imam AlHafidz Jamaluddin Abdul Fald Abdurrahman ibnu Abu Baqar Muhammad AlSayuthi Asy-Shafi’i. Beliau lahir pada tahun 489 H, dan wafat tahun 911 H.

 

·         Ma’alimut Tanziil.

Pengarangyan adalah imam AlHusein ibnu Masud bin Muhammad Baqhawi, seorang ahli fiqih mefasir dan ahli Hadist yang dikenal dengan gelar penghidup sunnah dan agama. Beliau wafat pada tahun 510 H. kitab tafsir ini digolongkan pada kitab tafsir menengah. Didalanya banyak dikutif pendapat para kitab sahabat dan tabi’in orang-orang yang sesudah mereka.

 

D.    Beberapa Kelemahan Tafsir bil-Ma’tsur

Penafsiran Al-Qur’an dengan sebagiannya dan penafsiran Al-Qur’an dengan Hadist sahih yang disampaikan kepada Rasulullah Saw, maka tidak diragukan lagi bisa di terima dan tidak ada perbedaan, ia merupakan tinggkat tafsir tertinggi. Adapun penafsiran Al-Qur’an dengan Ma’stur dari para sahabat dan tabi’in terdapat kelemahan-kelemahannya:

·         Terjadinya campur baur antara yang sahih dan tidak sahih dan banyak pendapat yang dihubungkan kepada sahabat dan tabi’in, tanpa ada isnad dan penelitian yang mengakibatkan campurannya kebenaran dan kebatilan.

·         Riwayat-riwayat tersebut penuh dengan cerita-cerita Israiliyat yang memuat banyak kurafat yang bertentangan dengan aqidah Islam. Hal itu sengaja disusupkan kepada kaum muslimin dari ahlul kitab.

·         Sebagian majhab memutarbalikkan beberapa pendapat. Mereka berbuat kebatilan, lalu menyandarkannya kepada sebahagaian para sahabat seperti para ulama Syi’ah.

·         Sesungguhnya musuh-musuh Islam dari golongan kafir zindiq bersembinyi dibelakang para sahabat, maka perlu adanya penelitian yang sungguh-sungguh terhadap pendapat-pendapat yang disandarkan kepada para sahabat dan tabi’in.

 

E.     Pandangan Ulama Tentang Status Tafsir Bil-Ma’Tsur

Para ulama sepakat bahwa tafsir bilMa’stur, terutama tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan tafsir Al-Qur’an dengan as sunnah al shahibah, bisa diterima sebagai hujjah sebab tidak mengandung titik kelemahan ataupun keraguan, namun bila tafsir Al-Qur’an itu menggunakan asasunnah dengan sanad, riwayat atau matan yang salah, maka tafsirannya tidak bisa diterima.

Sedangkan tafsir Al-Qur’an dengan riwayat sahabat dan tabi’in, maka para ulama tidak sepakat menerima karena didalamnya terdapat cacat dan kelemahan yang harus diperhatikan. Menurut AlDzahabi, setidaknya ada tiga sebab maksudnya cacat dan kelemahan ke dalam tafsiran para sahabat dan tabi’in.

1. Banyaknya tafsiran palsu yang dinisbatkan kepada mereka.

2. Masuknya isra’iliyat.

3. Dihapuskan sistim isnad sehingga tidak lagi diketahui dari siapa tafsiran itu diriwayatkan.

Tafsir palsu terjadi anatara lain adanya fanatisme golongan. Untuk memperkuat status golongannya mereka membuat tafsir Al-Qur’an yang dinisbahkan kepada Nabi melalui para sahabat dekat mereka. Golongan syi’ah menisbatkan tafsir AlQur’an kepada Rasulullah melalui para imam ahlil bait, khawarij menisbahkannya kepada para sahabat mereka, dan begitu pula golongan as-sunnah.

Tafsir yang paling banyak dipalsukan adalah tafsir Ali bin Abi-Thalib dan ibnu abbas adalah bapak khalifah dari Bani Abbas. Dengan membuat tafsir yang dinisbatkan kepada mereka maka tafsir itu akan diterma sebagai hujjah.

Sebagai contoh adalah adanya, dua tafsir yang saling bertentangan tetapi keduanya dinisbatkan kepada Ibnu Abbas yaitu anak (korban yang akan disembelih Ibrahim). Pada suatu riwayat anak itu adalah Ismail, tetapi anak itu adalah Ishaq (Ibn Khaldun, 1991: 439)

Maksut isra’iliyat kedalam tafsiran sahabat dan tabi’in menyebabkan terjadinya titik lemah tafsir bil Ma’tsur. Kecendrungannya memasukkan riwayat-riwayat isra’iliyat kedalam tafsir Al-Qur’an itu menurut Ibn Khaldun antara lain disebabkan karena kebanyakan bangsa Arab waktu itu bukanlah para ahli kitab dan ahli ilmu. Mereka masih banyak diliputi kebodohan dan masih banyak buta huruf, itulah ketika mereka ingin mengetahui secara rinci tentang sebab asal mula kejadian, tentang rahasia alam dan lain-lainnya, kepada ahli kitab dari kaum Yahudi atau Nasrani. Padahal pengetahuan para ahli kitab itu sendiri kebanyakan hanya sebatas pengetahaun secara pasti diketahui berdasarkan kitab suci mereka. Para mufasir kemudian menjadikan cerita-cerita mereka sebagai tafsir Al-Qur’an.

Orang Yahudi mempunyai pengetahuan keagamaan yang bersumber dari Taurat dan orang Nasranipun mempunyai pengetahuan keagmaan yang bersumber dari Injil. Cukup banyak orang Nasrani dan Yahudi yang bernaung dibawah panjipanji Islam sejak Islam lahir, sedang mereka tetap memelihara baik pengetahuan keagamaannya itu.

Sementara itu Al-Qur’an bayak mencakup hal-hal yang terdapat dalam Taurat dan Injil, khususnya yang berhubungan dengan kisah para Nabi dan berita ummat terdahulu. Namun dalam AlQuran kisah-kisah itu hanya dikemukakan secara singkat menitik beratkan pada aspek-aspek nasehat dan pelajaran, tidak mengungkapkan secara rinci dan mendetail seperti pristiwa, nama-nama negeri dan nama-nama pribadi.

Ketika ahli kitab masuk Islam, mereka membawa pula pengetahuan keagamaan mereka berupa cerita dan kisahkisah keagamaan. Dan disaat membaca kisah-kisah dalam Al-Qur’an terkadang mereka paparkan rincian kisah itu yang terdapat dalam kitab-kitab mereka. Adalah para sahabat menaruh atensi terhadap kisah-kisah mereka bawakan, sesuai pesan Rasulullah.

Berita-berita yang diceritakan ahlil kitab yang masuk Islam itu adalah Isra’-iliyyat, mengingat bahwa yang paling dominan adalah pihak Yahudi (Bani Israil), bukan pihak Nasrani. Sebab penukilan dari orang Yahudi lebih banyak jumlahnya Karena percampuran mereka dengan kaum muslilmin telah dimulai sejak kelahiran Islam, dimana hijjrahnya Rasulullah ke Madinah (tempat dimana orang yahudi banyak menetap).

 Maka disinilah letak korelasi Tafsir bil Ma’tsur, dimana penjelasan-penjelasan terhadap Al-Qur’an terkadang dimasuki oleh cerita-cerita yang dibawa oleh ahlil kitab yang msuk islam, baik oleh pihak-pihak Yahudi maupun Nasrani, terutama didalam Al-Qur’an banyak terdapat kisah-kisah para Nabi dan berita ummat terdahulu yang panjang lebar diceritakan di dalam Taurat dan Injil.

 

F.     Beberapa Keistimewaan Tafsir Bil-Ma’Tsur

At-Tafsir Bil-Ma’stur, yang terbaik adalah tafsir Ibnu Jarir at-Thabrani di dalam Jami’ul-Bayaan Fi Tafsiir al-Qur’an dan lain-lain.

·         Dalam mengetengahkan penafsiran para sahabat Nabi dan Kaum Tabi’in selalu disertai dengan isnad (sumbersumber riwayatnya) dan diperbandingkan untuk memperoleh penafsiran yang paling kuat dan tepat.

·         Terdapat kesimpulan-kesimpulan tentang hukum, dan diterangkan juga bentuk-bentuk i’rab (kedudukan katakata di dalam rangkaian kalimat), yang menambah kejelasan makna dari ayatayat Al-Qur’an.

·         Memaparkan ayat-ayat yang nasikh dan mansukh serta menjelaskan riwayat yang shahih dan yang dhaif (As-Shalih, 1990: 385).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Tafsir bi al-riwayah (bi al-matsur) adalah penafsiran Al-Qur’an melalui al-Qur’an itu sendiri, melalui hadits dan melalui perkataan shahabat.

Pembagian Tafsir bi al-Riwayah (bi al-Ma’tsur) dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

·         Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an

·         Tafsir Al-Qur'an dengan Hadits

·         Tafsir Al-Qur’an dengan perkataan sahabat

Beberapa Kitab Tafsir Bil-Ma’Tsur yaitu: Jami’al – Bayyan fi Tafsir Qur’an, Tafsir al- Al-Qur’an Azhim, Ad-Darul Mantsur Tafsiril Ma-tsur, dan Ma’alimut Tanziil.

Beberapa Kelemahan Tafsir bil-Ma’tsur diantaranya yaitu: Terjadinya campur baur antara yang sahih dan tidak sahih dan banyak pendapat yang dihubungkan kepada sahabat dan tabi’in, tanpa ada isnad dan penelitian yang mengakibatkan campurannya kebenaran dan kebatilan dan masih banyak lagi.

Pandangan Ulama Tentang Status Tafsir Bil-Ma’Tsur, Para ulama sepakat bahwa tafsir bilMa’stur, terutama tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan tafsir Al-Qur’an dengan as sunnah al shahibah, bisa diterima sebagai hujjah sebab tidak mengandung titik kelemahan ataupun keraguan, namun bila tafsir Al-Qur’an itu menggunakan asasunnah dengan sanad, riwayat atau matan yang salah, maka tafsirannya tidak bisa diterima.

Beberapa Keistimewaan Tafsir Bil-Ma’Tsur diantaranya yaitu: Dalam mengetengahkan penafsiran para sahabat Nabi dan Kaum Tabi’in selalu disertai dengan isnad (sumbersumber riwayatnya) dan diperbandingkan untuk memperoleh penafsiran yang paling kuat dan tepat dan masih banyak lagi.

 

B.     Saran

Kami  sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali kekurangan, serta jauh dari kata sempurna. Tentunya kami sebagai penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa di pertanggung jawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah diatas.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Gufron, Mohammad & Rahmawati. 2013. Ulumul Qur'an Praktis dan Mudah. Yogyakarta:Teras.

Salamah, Robiatus. 2020. NUYUZ DALAM AL-QUR'AN (Studi komparatif Tafsir Bil-ma'tsur dan Tafsir Bil-Ra'yi)

Siregar, Abu BakarAdnan. 2018. Tafsir Bil-Ma’tsur (Konsep, Jenis, Status, dan Kelebihan Serta Kekurangannya). Jurnal Hikmah. 5(2). 160-165. http://e-jurnal.staisumatera-medan.ac.id/index.php/hikmah/article/view/37

Masitoh, Imas. 2021. Metode Penafsiran Al-Qur'an Tafsir Bil Ma'tsur. 1-17. https://doi.org/10.31219/osf.io/8kdr3


Tidak ada komentar: