KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur senantiasas selalu kita
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat
serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas
mata kuliah Pemikiran Islam dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala
kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu, kami sebagai penyusun makalah ini mohon saran dan
kritik serta pesan dari semua pembaca
makalah ini terutama dosen mata kuliah Pemikiran Islam yang kami harapan
sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gurun
tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung yang mana pada masa itu
kehidupan manusia sangatlah buruk, sehingga disebutlah pada masa itu dengan
zaman jahiliyah atau zaman kebodohan manusia, dilahirkanlah seorang manusia
pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan akhlak yang mulia
umat manusia dan jin sampai akhir kehidupan di dunia ini. Beliau bernama Nabi
Muhammad SAW, seorang manusia pilihan yang dilahirkan dengan penuh kemudiaan
hingga akhir hayatnya, dari betapa agungnya beliau dari maka itu penulis akan
mempersembahkan sebuah makalah yang berisikan tentang Peristiwa Menjelang Kelahiran
Nabi Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Serangan Abrahah?
2. Bagaimana
Kelahiran Nabi Muhammad SAW?
3. Bagamaina
Masa pengasuhan Halimah sa’siyah?
4. Bagaimana
Masa pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu Thalib?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah
ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui lebih
mendalam tentang:
1. Serangan
Abrahah.
2. Kelahiran
Nabi Muhammad SAW.
3. Masa
pengasuhan Halimah sa’siyah.
4. Masa
pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu Thalib.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat memberi gambaran pengetahuan
tentang:
1. Dapat
mengatahui Serangan Abrahah.
2. Dapat
mengatahui Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
3. Dapat
mengatahui Masa pengasuhan Halimah sa’siyah.
4. Dapat
mengatahui Masa pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu Thalib.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Serangan Abrahah
Masa sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw
lahir adalah masa kegelapan bagi bangsa arab karena perilaku jahiliyah mereka.
Masa itu disebut dengan zaman jahiliyah atau zaman kebodohan. tahun kelahiran
Nabi Muhammad SAW dikenal juga dengan “Tahun Gajah”. Sebuah Istilah yang
terkait dengan aksi penyerangan terhadap Makkah oleh Abrahah, penguasa Ethiopia
di daerah Yaman.
Kisah ini dimulai dengan ambisi Abrahah untuk
membangun sebuah Gereja Besar di kota Shan’a. Sebuah bangunan yang tak
tertandingi kemegahannya pada saat itu. Abrahah sendiri memberi nama Gereja itu
“Qullais”. Pendirian bangunan ini ternyata bertujuan untuk mengalihkan
perhatian orang-orang arab dari Ka’bah yang sudah mereka muliakan selama
berabad-abad. Dari surat yang dikirimkan Abrahah kepada Raja Ethiopia
(Habasyah) diketahui bahwa Abrahah berharap Qullais bisa mengalahkan pengaruh
Ka’bah pada jaman itu.
Ketika mendengar hal itu, seorang diantara
kabilah Bani Fuqaim bin ‘Adiy bin ‘Amir bin Tsa’labah bin Al-Harits bin Malik
bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar tidak dapat menahan
amarahnya. Secara diam-diam orang tersebut masuk ke dalam Qullais lalu buang
air besar didalamnya dan mengotori bagian penting bangunan itu dengan tinja.
Ketika Abrahah mendengar peristiwa itu dia marah besar dan bersumpah akan
menghancurkan ka’bah. Ia menyiapkan sebuah pasukan besar diperkuat oleh
beberapa puluh ekor gajah lalu berangkat sendiri memimpin pasukannya menuju Makkah.
Dalam Perjalanan menuju Makkah, Abrahah
mendapatkan perlawanan dari Pasukan Dzu Nafar dan pasukan lain dibawah pimpinan
Nufail bin Hudaib namun semuanya dapat dipatahkan dan keduanya berhasil ditawan
oleh Abrahah dan dijadikan penunjuk jalan menuju ke Makkah. Sesampainya di
daerah Al- Mughammis, Abrahah mengutus Al- Aswad bin Maqshud berangkat ke
Makkah. Dalam melaksanakan tugas ini mereka merampas kekayaan penduduk Tihamah
(orang-orang Qurays dan lain-lain), termasuk 200 ekor Unta milik Abdul Mutthalib
bin Hasyim (Kakek Nabi Muhammad SAW) yang ketika itu berkedudukan sebagai tokoh
pimpinan Qurays.
Kabilah-kabilah di sekitar Makkah bangkit
hendak melakukan perlawanan, namun setelah menyadari kekuatan mereka tak
seimbang akhirnya mereka mengurungkan niatnya. Sesampainya di Makkah, Abrahah
mengutus Hunathah al Hymyariy untuk memberitahu pesan Abrahah : Bahwa Abrahah
tidak datang bermaksud memerangi penduduk Mekkah, Melainkan hendak
menghancurkan Ka’bah. Apabila mereka tidak melawan maka Abrahah tidak akan menumpahkan
darah mereka. Kalau pemimpin Mekkah benar-benar tidak akan memerangi Abrahah,
sebaiknya datang menghadap.
Setelah mengetahui bahwa pemimpin Mekkah
adalah Abdul Mutthalib, Hunathah segera menemuinya dan menyampaikan pesan itu.
Abdul Muthallib menjawab: “ Kami tidak berniat memerangi Abrahah karena kami
tidak punya kekuatan untuk itu. Rumah Suci itu (Ka’bah) adalah milik Allah yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim alaihissalam. Jika Allah hendak mencegah
penghancuran yang hendak dilakukan oleh Abrahah itu adalah urusan Pemilik rumah
suci itu, tetapi jika Allah hendak membiarkan Rumah sucinya itu dihancurkan
orang maka kami tidak sanggup mempertahankannya”. Mendengar jawaban seperti
itu, Hunathah kemudian mengajak Abdul Mutthalib menemui Abrahah.
Abdul Mutthalib disambut ramah oleh Abrahah.
Melalui penterjemahnya Abrahah bertanya mengenai keperluan Abdul mutholib.
Abdul mutthalib mengatakan bahwa ia datang hendak menuntut pengembalian 200
ekor untanya yang dirampas pasukan Abrahah.
Abrahah heran dan kembali bertanya:”
sebenarnya aku kagum melihat anda, tetapi kekagumanku itu hilang samasekali
setelah tuan berbicara mengenai unta. Apakah patut orang seperti tuan lebih
mengutamakan pembicaraan mengenai pengembalian unta yang telah kurampas
daripada berbicara mengenai Ka’bah yang menjadi Syiar agama tuan dan agama
nenek moyang tuan. Aku datang untuk menghancurkannya tetapi tuan tidak
berbicara mengenai itu”. Abdul Mutthalib menjawab:” Akulah yang mempunyai
untaunta itu, sedangkan Ka’bah mempunyai Pemiliknya sendiri yang akan mencegah
dan mempertahankannya”. Abrahah menantang:” Tidak ada sesuatu yang dapat
mencegah kemauanku”. Abdul Mutthalib menjawab:” Silakan tuan lakukan…” Setelah
mendapatkan kembali unta-untanya, Abdul Mutthalib kembali ke Makkah dan meminta
semua penduduk Makkah untuk pergi berlindung ke pegunungan guna menghindari
aksi kekejaman Pasukan Abrahah.
Sebelum keluar meninggalkan Mekkah, Abdul
Mutthalib menghampiri Ka’bah dan sambil berpegang pada gelangan besi pintunya
ia berdo’a bersama beberapa orang Qurays lainya, mohon kepada Allah supaya
melindungi keselamatan Ka’bah. Setelah itu mereka pergi mengungsi ke pegunungan
menunggu apa yang hendak dilakukan Abrahah pada saat memasuki kota tersebut.
Keesokan harinya, Abrahah sudah siap siaga bersama pasukannya. Abrahah
menunggang gajah kesayangannya yang diberi nama “Mahmud”. Ketika semuanya sudah
siap, Nufail bin Hudaib membisikkan pada telinga Mahmud :” Hai Mahmud,
bersimpuhlah. Atau pulang kembali ke tempat asalmu (Yaman). Ketahuilah bahwa
engkau sekarang berada di tanah suci”.
Sesaat setelah Nufail pergi, Mahmud bersimpuh
dan tidak mau berdiri jika dihadapkan ke arah Ka’bah. Begitu juga gajah-gajah
yang lain. Meski mereka dipukul tetap tidak mau berdiri kecuali jika dihadapkan
ke arah Yaman mereka langsung bangkit dan berlari. Dalam keadaan yang
membingungkan itu Allah mengirimkan ribuan burung kecil yang membawa tiga buah
batu sebesar biji gandum, satu buah di paruhnya dan dua buah di kedua kakinya.
Ternyata batu itu berhasil membinasakan bagi siapa saja yang tertimpa bati itu.
Mereka yang selamat lari tunggang langgang
mencari jalan untuk pulang ke Yaman, sementara Abrahah termasuk yang terkena
batu tersebut dan meninggal dengan mengenaskan. Jari-jari tangan dan kakinya
rontok dan mengeluarkan darah dan nanah dari kepalanya. Abrahah dibawa pulang
oleh pasukannya yang tersisa.
Berdasarkan riwayat yang berasal dari Ya’kub
bin Utbah, Ibnu Ishaq mengatakan, pada tahun itu pertama kali di negeri arab
terjadi wabah penyakit Morbili dan cacar basah. Setelah Muhammad SAW diangkat
menjadi Rosul, peristiwa ini diabadikan kembali oleh Allah SWT dalam Qur’an
Surat Al-Fiil.
Saat penyerangan inilah Aminah binti Abdul
Wahab melahirkan Nabi Muhammad SAW ketika akan mengungsi.
Peristiwa
lain menjelang kelahiran Muhammad SAW
Pada malam kelahiran Nabi Muhammad saw tampak
berbagai tanda-tanda luar biasa. Diantara kejadian itu adalah:
·
Bumi digoncang gempa hingga
berhala yang terpancang diatas Ka’bah runtuh bergelimpangan.
·
Beberapa buah Gereja dan
Biara runtuh.
·
Istana Kisra di Persia
retak dan roboh.
·
Disusul oleh padamnya api
sesembahan kaum majusi di Persia. Dengan padamnya api sesembahan mereka yang
tidak pernah terjadi sebelumnya ini mereka cemas dan sedih, semuanya menduga
bahwa semua tanda yang mereka saksikan itu pasti menunjukkan peristiwa besar di
dunia.
B. Kelahiran
Nabi Muhammad SAW
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota
yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik
karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan
yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya
Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat
360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur
dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas
kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad saw dilahirkan dalam keluarga
bani Hasyim di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, Bertepatan
dengan tanggal 20 atau 22 April 571 M.pada permulaan tahun dari Peristiwa
Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena
pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan
menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.
Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini
berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury
dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim,
suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang
jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang
relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala
suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani
Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena
ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran
Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an
dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh
setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat
dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan
Muhammad SAW nanti.
Seperti
dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81:
“Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu
seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah
kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka
menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para
Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”.
Sejumlah penulis besar
tentang Sirah dan para pakar hadits telah banyak meriwayatkan
peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan, yang muncul pada saat kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Peristiwa-peristiwa diluar daya nalar manusia, yang mengarah
kepada dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan manusia, dalam hal agama dan
moral. Diantara peristiwa-peristiwa tersebut adalah singgasana Kisra yang
bergoyang-goyang hingga menimbulkan bunyi serta menyebabkan jatuh 14 balkonnya,
surutnya danau Sawa, padamnya api sembahan orang-orang Persia yang belum pernah
padam sejak seribu tahun lalu.
C. Masa Pengasuhan Halimah
Sa’siyah
Setelah melahirkan, Ibu beliau segera
membawanya kepada kakeknya Abdul Muttholib, lalu kakeknya membawanya ke Ka’bah.
Dia berdo’a kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Lalu beliau diberi nama
“Muhammad”, nama yang belum dikenal pada masyarakat Arab Masa itu. Lalu pada
hari ketujuh pasca kelahirannya Muhammad dikhitan.
Wanita pertama yang menyusui beliau setelah
ibundanya adalah Tsuwaibah, hamba sahaya Abu lahab, yang kebetulan sedang
menyusui anaknya Masruh, yang sebelum itu wanita ini juga menyusui Hamzah bin
Abdul Muthalib, Setelah itu dia Menyusui Abu Salamah bin Abdul Asad Al
Makhzumy.
Tradisi yang berjalan di kalangan bangsa arab
yang relative maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, otot-ototnya kekar dan agar
keluarga yang menyusui bisa melatih Bahasa Arab. Maka Abdul Muthalib mencari
para wanita yang bisa menyusui bagi beliau. Dia meminta kepada seorang wanita
bani Sa’d bin Bakr yang menyusui beliau, yaitu Halimah bin Abu Dzua’ib, dengan
didampingi suaminya, Al-Haritz bin Abdul Uzza, yang berjuluk Abu Kabsyah, dari
kabilah yang sama.
Halimah berkisah bahwa dia pergi meninggalkan
daerah tempat tinggalnya bersama suaminya al-Harits bin Abdul ‘Uzza dan anaknya
yang masih menyusu, yaitu Abdullah bin al-Harits. Sudah menjadi kebiasaan para
wanita Bani Sa’ad mencari pekerjaan sebagai tukang menyusui bayi. Sehingga,
ketika musim paceklik tiba dan mereka sudah tidak memiliki apa-apa lagi.
Halimah berkata, “Aku mempunyai keledai yang
warnanya agak hijau dan unta betina yang sudah tua. Demi Allah, unta betina itu
tidak menghasilkan susu setetes pun, sehingga kami setiap malam tidak dapat
tidur, sebab bayi kami terus menangis karena lapar, air susuku tidak mencukupi,
sedang air susu untaku tidak membuat aku kenyang, namun kami terus berharap
untuk mendapatkan pertolongan dan kemudahan hidup.
Karena perjalanan yang sangat jauh, maka sampailah
aku di Mekkah. Di Mekkah aku menawarkan jasa sebagai tukang menyusui bayi.
Namun, tidak satu pun wanita yang menawarkan bayinya untuk disusukan kepadaku,
kecuali satu orang saja, yaitu Aminah yang menawarkan Rasulullah Saw. Awalnya,
aku tidak mau menerimanya, sebab dia itu yatim, sedang aku berharap mendapatkan
bayi yang ayahnya masih ada (hidup). Sebab, kalau anak itu yatim, apa yang akan
diperbuat oleh ibu dan kakeknya, aku tidak suka itu.
Melihat semua wanita dari Bani Sa’ad sudah
mendapatkan bayi untuk disusuinya, kecuali aku, maka ketika kami hendak
kembali, aku berkata kepada suamiku. ‘Demi Allah, aku tidak ingin pulang tanpa
membawa bayi yang akan aku susui. Demi Allah, aku akan pergi mengambil bayi
yatim itu. ‘Suamiku berkata, “Lakukanlah, mudah-mudahan Allah memberi kita
berkah dengan adanya bayi itu.
Halimah berkata, “Aku pun pergi mengambil
bayi yatim itu. Setelah aku ambil, aku gendong dia menuju kendaraanku. Ketika
aku taruh dia dipangkuanku, maka air susuku menjadi deras, sehingga dia dan
saudaranya dapat minum dengan puas, lalu keduanya tidur. Kami pun dapat
merasakan tidur yang nyenyak yang tidak pernah kami rasakan sebelumnya. Dan
ketika suamiku pergi melihat unta betina kami, maka ia mendapatinya sedang air
susunya penuh. Lalu suamiku mengambil air susunya untuk kami minum bersama-sama
hingga kami merasa puas dan kenyang. Itulah malam pertama yang kami lalui
dengan penuh kebaikan dan kebahagiaan.”
Halimah berkata, “Ketika pagi suamiku
berkata: ‘Ketahuilah! Hai Halimah, sungguh kamu telah mengambil manusia pembawa
berkah.’ Aku berkata: ‘Demi Allah, memang itu yang aku harapkan.’
Kemudian kami pergi. Sedang aku dan bayi
yatim yang aku bawa menunggang keledaiku. Demi Allah, keledaiku mampu menempuh
perjalanan yang tidak dapat dilakukan oleh keledai-keledai yang lain, sehingga
teman-temanku berkata kepadaku: “Hai anak perempuan Abi Duaib, lihatlah kami,
tidakkah ini keledaimu yang kamu tunggangi sebelumnya? Aku berkata: tentu,
keledai ini adalah keledai yang aku tunggangi sebelumnya.
Mereka berkata: “Demi Allah, keledaimu sekarang lain daripada yang lain”.
Tidak lama kemudian, kami pun sampai dirumah
di daerah Bani Sa’ad. Tanah di daerah Bani Sa’ad merupakan tanah yang paling
gersang yang ada di bumi Allah ini. Namun, ketika kami sampai dirumah, kami
dapati kambing-kambing kami sudah kenyang dan putingnya penuh dengan susu, lalu
memerasnya dan meminumnya. Sedang kambing-kambing tetanggaku tidak didapati
setetespun air susu di putingnya. Sehingga mereka berkata kepada tukang
gembalanya: “Gembalakanlah kambing-kambing ini dimana kambing-kambing anak
perempuan Abi Duaib digembalakan." Meski demikian, kambing-kambing mereka pulang tetap dalam
keadaan masih lapar dan putingnya tidak berisi air susu setetespun. Sedang
kambing-kambing kami pulang dalam keadaan kenyang dan putingnya penuh dengan
air susu.
Kami senantiasa mendapatkan tambahan
kebaikan dari Allah hingga Muhammad berumur dua tahun dan aku menyapihnya.
Muhammad mengalami pertumbuhan yang sangat cepat tidak seperti anak-anak yang
lain. Ketika umurnya masih belum mencapai dua tahun dia sudah kelihatan sebagai
anak yang kekar dan kuat. Kami kembalikan dia kepada ibunya. Padahal kami masih
sangat ingin dia tinggal bersama kami, sebab kami melihat berkah yang ada
padanya. Kami memohon pada ibunya, agar mengijinkan Muhammad tetap tinggal
bersama kami hingga besar dan kuat, dan dia mengijinkannya.
Dengan
demikian kami yakin bahwa berita tentang Muhammad dan berkahnya terhadap
keluarga rumah yang ditempatinya telah tersebar ke seluruh penjuru daerah
(pedalaman). Tersebarnya berita itu dikuatkan dengan perintah para orang tua
kepada para anaknya, “Gembalakanlah kambing-kambing kalian dimana
kambing-kambing Halimah digembalakan."
Ketika
kambing-kambing mereka pulang keadaannya tetap seperti semula, sedang
kambing-kambing Halimah pulang dalam keadaan kenyang. Melihat hal itu, pasti
timbul dalam diri mereka beribu-ribu pertanyaan untuk mengetahui rahasianya.
Sebab keadaan Halimah tidak mengalami perubahan, kecuali setelah masuknya anak
ini (Muhammad) kedalam rumahnya.
Semua
ini berpengaruh dalam menarik perhatian masyarakat pedalaman terhadap Muhammad
Saw. sejak dini. Sehingga dia menjadi sorotan, yang suatu saat akan menjadi
tiang penjaga ketika Muhammad menerima kepemimpinan umat ini. Sebab, orang-orang
akan berkata: “Inilah orang yang telah kami ketahui berkahnya disaat masih
kecil. Sehingga siapa yang akan menghalangi kami, jika kami bersamanya dikala
dia sudah besar. Barangkali dia dapat mewujudkan kebaikan yang kami tidak mampu
mewujudkannya..
Pada
usia 5 tahun, beliau mengalami peristiwa pembelahan dada (Syaqqus Shadr). Suatu
hari ketika beliau tengah bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba Malaikat
Jibril menghampiri dan menyergap beliau. Lalu beliau dibaringkan, kemudian
dadanya dibelah , lalu hatinya dimbil selanjutnya dikeluarkan segumpal darah
darinya, seraya berkata : “Inilah bagian setan yang ada padamu”.
Kemudian hati tersebut dicuci di bejana emas
dengan air zam-zam, setelah itu dikembalikan ke tempat semula.
Sementara itu teman-temannya melaporkan
kejadian itu kepada Halimah seraya berkata :“Muhammad dibunuh... Muhammad
dibunuh”. Maka mereka bergegas menghampiri tempat Muhammad, mereka mendapatinya
dalam keadaan pucat pasi. Setelah itu Halimah sangat khawatir dan kemudian
mengembalikan beliau kepada ibunya.
Setelah Nabi kembali kepangkuan Ibundanya,tak
berapa lama ibunya Aminah mengadakan perjalanan ke Yastrib guna mengunjungi
makam suaminya Abdullah,Ayah dari Nabi Muhammad SAW, disertai pembantunya Ummu
Aiman mereka menempuh perjalanan sekitar 500km. Setelah menetap selama sebulan
di Madinah, Aminah dan rombongannya siap-siap kembali ke Mekkah. Dalam
perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa,
yang terletak antara Makkah dan Madinah.Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya
Abdul Muthalib di Makkah,
D. Masa
Pengasuhan Abdul Muthalib Dan Abu Thalib
Setelah ibunya meninggal Muhammad di asuh
oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib,hatinya bergetar oleh perasaan kasih
sayang, yang tidak pernah dirasakannya sekalipun terhadap anaknya sendiri. Dia
tidak ingin cucunya hidup sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan cucunya
daripada anak-anaknya.
Pada usia delapan tahun lebih dua bulan
sepuluh hari dari umur Rosulullah SAW, kakek beliau meninggal dunia di Makkah.
Sebelum meninggal, Abdul Muthalib sudah berpesan menetapkan pengasuhan sang
cucu kepada pamannya Abu thalib, saudara kandung bapak beliau.
Abu thalib melaksanakan hak saudaranya dengan
sepenuhnya dan menganggap seperti anaknya sendiri. Bahkan Abu thalib lebih mendahulukan
kepentingan beliau daripada anak-anaknya sendiri, mengkhususkan perhatian dan
perhormatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal
20 April 571 Masehi/12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau Amul Fiil .Disebut
demikian karena pada tahun itu Raja Abrahah datang ke Mekah bersama bala
tentaranya dengan menunggang gajah hendak menghancurkan Ka’bah.Tetapi atas
kuasa Allah SWT Raja biadab itu beserta bala tentaranya hancur lebur dengan
dikirim-Nya burung Ababil yang membawa batu dari Neraka.Ayah Nabi Muhammad SAW
bernama Abdullah bin Abdul Muthalib , sedang ibu Beliau bernama Aminah.
Sang
Ayah wafat ketika Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan ( 6 bulan ). Sedang
sang ibu wafat ketika Nabi Muhammad SAW berumur 6 tahun . Selanjutnya beliau
diasuh oleh sang kakek yang bernama Abdul Muthalib , yang tidak lama langsung
meninggal , ketika Nabi Muhammad SAW berumur 8 tahun . Setelah sang kakek yaitu
Abdul Muthalib wafat , beliau diasuh pamannya yaitu Abu Thalib ,kasih sayang
pamannya sangat besar karena Nabi Muhammad SAW memiliki sifat yang baik dan
terpuji .
Sejak
kecil hingga dewasa Nabi Muhammad SAW telah dikenal sebagai orang yang
jujur,tidak pernah berkata kotor,tidak pernah berbohong,dan tidak pernah
melakukan maksiat.
Karena
kejujurannya dalam berkata dan bersikap itulah kemudian beliau diberi gelar
al-Amin oleh kaumnya yang berarti “orang yang terpercaya”.
Pada usia 40 tahun saat Nabi Muhammad SAW sedang menyendiri atau bertahanuts
atau berkhalwat atau bertapa di Gua Hiro . Beliau ingin mendekatkan diri kepada
ALLAH SWT. Tepatnya pada tanggal 17 RAMADHAN , datanglah Malaikat Jibril
membawa wahyu yang pertama yaitu surah / surat Al-Alaq ayat 1-5 .
B. Saran
Alhamdulillah,
akhirnya makalah ini berhasil kami susun. Kami sadar dalam proses penyusunan
hingga tersusunnya makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua, agar dalam
penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Hameed Siddiqui, The Life Muhammad, (Delhi: Righway Publication,
2001).
Abdul
Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad Dawud, Ramalan Tentang Muhammad
SAW, (Jakarta : PT. Mizan Publika, 2006)
Ajid
Thohir, Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung:
Pustaka Setia, 2004).
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997)
Barnaby
Rogerson, Biografi Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007).
Ja’far
Al-Barzanji, AL-Maulid An-Nabawi, (Jakarta: Maktabah Sa’diyah. Tt.).
Muhammad
Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa,
1990, cet. 12).
Nayla
Putri dkk, Sirah Nabawiyah. (Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008).
Abdul
Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad Dawud, Ramalan Tentang Muhammad
SAW, (Jakarta : PT. Mizan Publika, 2006) hal. 94
Muhammad
Arsyad Thalib Lubis, Risalah Pelajaran Tarikh Riwayat Nabi Muhammad
SAW, (Kandangan : Toko Buku Sahabat, 1 Muharam 1371 H/2 Oktober 1951 M)
Hal. 42
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997), hal. 9
Muhammad
Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa,
1990, cet. 12), hal. 49.
Abdul
Hameed Siddiqui, The Life Muhammad, (Delhi: Righway Publication,
2001), 64.
Ajid
Thohir, Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung:
Pustaka Setia, 2004), 62.
Barnaby
Rogerson, Biografi Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007) hal. 94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar