Arsip Blog

Entri yang Diunggulkan

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Cari Blog Ini

Rabu, 05 Oktober 2022

PERISTIWA MENJELANG KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW

aldhy purwanto

KATA PENGANTAR

                                      

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur senantiasas selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Islam dan menambah wawasan ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu, kami sebagai penyusun makalah ini mohon saran dan kritik serta pesan dari semua  pembaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Pemikiran Islam yang kami harapan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gurun tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung yang mana pada masa itu kehidupan manusia sangatlah buruk, sehingga disebutlah pada masa itu dengan zaman jahiliyah atau zaman kebodohan manusia, dilahirkanlah seorang manusia pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan akhlak yang mulia umat manusia dan jin sampai akhir kehidupan di dunia ini. Beliau bernama Nabi Muhammad SAW, seorang manusia pilihan yang dilahirkan dengan penuh kemudiaan hingga akhir hayatnya, dari betapa agungnya beliau dari maka itu penulis akan mempersembahkan sebuah makalah yang berisikan tentang Peristiwa Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Serangan Abrahah?

2.      Bagaimana Kelahiran Nabi Muhammad SAW?

3.      Bagamaina Masa pengasuhan Halimah sa’siyah?

4.      Bagaimana Masa pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu Thalib?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Makalah  ini  bertujuan agar  pembaca dapat  mengetahui  lebih  mendalam  tentang:

1.      Serangan Abrahah.

2.      Kelahiran Nabi Muhammad SAW.

3.      Masa pengasuhan Halimah sa’siyah.

4.      Masa pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu Thalib.

 

 

 


 

D. Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat memberi gambaran pengetahuan tentang:

1.      Dapat mengatahui Serangan Abrahah.

2.      Dapat mengatahui Kelahiran Nabi Muhammad SAW.

3.      Dapat mengatahui Masa pengasuhan Halimah sa’siyah.

4.      Dapat mengatahui Masa pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu Thalib.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Serangan Abrahah

Masa sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw lahir adalah masa kegelapan bagi bangsa arab karena perilaku jahiliyah mereka. Masa itu disebut dengan zaman jahiliyah atau zaman kebodohan. tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal juga dengan “Tahun Gajah”. Sebuah Istilah yang terkait dengan aksi penyerangan terhadap Makkah oleh Abrahah, penguasa Ethiopia di daerah Yaman.

Kisah ini dimulai dengan ambisi Abrahah untuk membangun sebuah Gereja Besar di kota Shan’a. Sebuah bangunan yang tak tertandingi kemegahannya pada saat itu. Abrahah sendiri memberi nama Gereja itu “Qullais”. Pendirian bangunan ini ternyata bertujuan untuk mengalihkan perhatian orang-orang arab dari Ka’bah yang sudah mereka muliakan selama berabad-abad. Dari surat yang dikirimkan Abrahah kepada Raja Ethiopia (Habasyah) diketahui bahwa Abrahah berharap Qullais bisa mengalahkan pengaruh Ka’bah pada jaman itu.

Ketika mendengar hal itu, seorang diantara kabilah Bani Fuqaim bin ‘Adiy bin ‘Amir bin Tsa’labah bin Al-Harits bin Malik bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar tidak dapat menahan amarahnya. Secara diam-diam orang tersebut masuk ke dalam Qullais lalu buang air besar didalamnya dan mengotori bagian penting bangunan itu dengan tinja. Ketika Abrahah mendengar peristiwa itu dia marah besar dan bersumpah akan menghancurkan ka’bah. Ia menyiapkan sebuah pasukan besar diperkuat oleh beberapa puluh ekor gajah lalu berangkat sendiri memimpin pasukannya menuju Makkah.

Dalam Perjalanan menuju Makkah, Abrahah mendapatkan perlawanan dari Pasukan Dzu Nafar dan pasukan lain dibawah pimpinan Nufail bin Hudaib namun semuanya dapat dipatahkan dan keduanya berhasil ditawan oleh Abrahah dan dijadikan penunjuk jalan menuju ke Makkah. Sesampainya di daerah Al- Mughammis, Abrahah mengutus Al- Aswad bin Maqshud berangkat ke Makkah. Dalam melaksanakan tugas ini mereka merampas kekayaan penduduk Tihamah (orang-orang Qurays dan lain-lain), termasuk 200 ekor Unta milik Abdul Mutthalib bin Hasyim (Kakek Nabi Muhammad SAW) yang ketika itu berkedudukan sebagai tokoh pimpinan Qurays.

Kabilah-kabilah di sekitar Makkah bangkit hendak melakukan perlawanan, namun setelah menyadari kekuatan mereka tak seimbang akhirnya mereka mengurungkan niatnya. Sesampainya di Makkah, Abrahah mengutus Hunathah al Hymyariy untuk memberitahu pesan Abrahah : Bahwa Abrahah tidak datang bermaksud memerangi penduduk Mekkah, Melainkan hendak menghancurkan Ka’bah. Apabila mereka tidak melawan maka Abrahah tidak akan menumpahkan darah mereka. Kalau pemimpin Mekkah benar-benar tidak akan memerangi Abrahah, sebaiknya datang menghadap.

Setelah mengetahui bahwa pemimpin Mekkah adalah Abdul Mutthalib, Hunathah segera menemuinya dan menyampaikan pesan itu. Abdul Muthallib menjawab: “ Kami tidak berniat memerangi Abrahah karena kami tidak punya kekuatan untuk itu. Rumah Suci itu (Ka’bah) adalah milik Allah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim alaihissalam. Jika Allah hendak mencegah penghancuran yang hendak dilakukan oleh Abrahah itu adalah urusan Pemilik rumah suci itu, tetapi jika Allah hendak membiarkan Rumah sucinya itu dihancurkan orang maka kami tidak sanggup mempertahankannya”. Mendengar jawaban seperti itu, Hunathah kemudian mengajak Abdul Mutthalib menemui Abrahah.

Abdul Mutthalib disambut ramah oleh Abrahah. Melalui penterjemahnya Abrahah bertanya mengenai keperluan Abdul mutholib. Abdul mutthalib mengatakan bahwa ia datang hendak menuntut pengembalian 200 ekor untanya yang dirampas pasukan Abrahah.

Abrahah heran dan kembali bertanya:” sebenarnya aku kagum melihat anda, tetapi kekagumanku itu hilang samasekali setelah tuan berbicara mengenai unta. Apakah patut orang seperti tuan lebih mengutamakan pembicaraan mengenai pengembalian unta yang telah kurampas daripada berbicara mengenai Ka’bah yang menjadi Syiar agama tuan dan agama nenek moyang tuan. Aku datang untuk menghancurkannya tetapi tuan tidak berbicara mengenai itu”. Abdul Mutthalib menjawab:” Akulah yang mempunyai untaunta itu, sedangkan Ka’bah mempunyai Pemiliknya sendiri yang akan mencegah dan mempertahankannya”. Abrahah menantang:” Tidak ada sesuatu yang dapat mencegah kemauanku”. Abdul Mutthalib menjawab:” Silakan tuan lakukan…” Setelah mendapatkan kembali unta-untanya, Abdul Mutthalib kembali ke Makkah dan meminta semua penduduk Makkah untuk pergi berlindung ke pegunungan guna menghindari aksi kekejaman Pasukan Abrahah.

Sebelum keluar meninggalkan Mekkah, Abdul Mutthalib menghampiri Ka’bah dan sambil berpegang pada gelangan besi pintunya ia berdo’a bersama beberapa orang Qurays lainya, mohon kepada Allah supaya melindungi keselamatan Ka’bah. Setelah itu mereka pergi mengungsi ke pegunungan menunggu apa yang hendak dilakukan Abrahah pada saat memasuki kota tersebut. Keesokan harinya, Abrahah sudah siap siaga bersama pasukannya. Abrahah menunggang gajah kesayangannya yang diberi nama “Mahmud”. Ketika semuanya sudah siap, Nufail bin Hudaib membisikkan pada telinga Mahmud :” Hai Mahmud, bersimpuhlah. Atau pulang kembali ke tempat asalmu (Yaman). Ketahuilah bahwa engkau sekarang berada di tanah suci”.

Sesaat setelah Nufail pergi, Mahmud bersimpuh dan tidak mau berdiri jika dihadapkan ke arah Ka’bah. Begitu juga gajah-gajah yang lain. Meski mereka dipukul tetap tidak mau berdiri kecuali jika dihadapkan ke arah Yaman mereka langsung bangkit dan berlari. Dalam keadaan yang membingungkan itu Allah mengirimkan ribuan burung kecil yang membawa tiga buah batu sebesar biji gandum, satu buah di paruhnya dan dua buah di kedua kakinya. Ternyata batu itu berhasil membinasakan bagi siapa saja yang tertimpa bati itu.

Mereka yang selamat lari tunggang langgang mencari jalan untuk pulang ke Yaman, sementara Abrahah termasuk yang terkena batu tersebut dan meninggal dengan mengenaskan. Jari-jari tangan dan kakinya rontok dan mengeluarkan darah dan nanah dari kepalanya. Abrahah dibawa pulang oleh pasukannya yang tersisa.

Berdasarkan riwayat yang berasal dari Ya’kub bin Utbah, Ibnu Ishaq mengatakan, pada tahun itu pertama kali di negeri arab terjadi wabah penyakit Morbili dan cacar basah. Setelah Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul, peristiwa ini diabadikan kembali oleh Allah SWT dalam Qur’an Surat Al-Fiil.

Saat penyerangan inilah Aminah binti Abdul Wahab melahirkan Nabi Muhammad SAW ketika akan mengungsi.

Peristiwa lain menjelang kelahiran Muhammad SAW

Pada malam kelahiran Nabi Muhammad saw tampak berbagai tanda-tanda luar biasa. Diantara kejadian itu adalah:

·         Bumi digoncang gempa hingga berhala yang terpancang diatas Ka’bah runtuh   bergelimpangan.

·         Beberapa buah Gereja dan Biara runtuh.

·         Istana Kisra di Persia retak dan roboh.

·         Disusul oleh padamnya api sesembahan kaum majusi di Persia. Dengan padamnya api sesembahan mereka yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini mereka cemas dan sedih, semuanya menduga bahwa semua tanda yang mereka saksikan itu pasti menunjukkan peristiwa besar di dunia.

 

B. Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.

Nabi Muhammad saw dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April 571 M.pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.  Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad  Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha. 

Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. 

Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.

Seperti dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81:

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”.

Sejumlah penulis besar tentang Sirah dan para pakar hadits telah banyak meriwayatkan peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan, yang muncul pada saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa-peristiwa diluar daya nalar manusia, yang mengarah kepada dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan manusia, dalam hal agama dan moral.  Diantara peristiwa-peristiwa tersebut adalah singgasana Kisra yang bergoyang-goyang hingga menimbulkan bunyi serta menyebabkan jatuh 14 balkonnya, surutnya danau Sawa, padamnya api sembahan orang-orang Persia yang belum pernah padam sejak seribu tahun lalu.

C. Masa Pengasuhan Halimah Sa’siyah

Setelah melahirkan, Ibu beliau segera membawanya kepada kakeknya Abdul Muttholib, lalu kakeknya membawanya ke Ka’bah. Dia berdo’a kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Lalu beliau diberi nama “Muhammad”, nama yang belum dikenal pada masyarakat Arab Masa itu. Lalu pada hari ketujuh pasca kelahirannya Muhammad dikhitan.

Wanita pertama yang menyusui beliau setelah ibundanya adalah Tsuwaibah, hamba sahaya Abu lahab, yang kebetulan sedang menyusui anaknya Masruh, yang sebelum itu wanita ini juga menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib, Setelah itu dia Menyusui Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzumy.

Tradisi yang berjalan di kalangan bangsa arab yang relative maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, otot-ototnya kekar dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih Bahasa Arab. Maka Abdul Muthalib mencari para wanita yang bisa menyusui bagi beliau. Dia meminta kepada seorang wanita bani Sa’d bin Bakr yang menyusui beliau, yaitu Halimah bin Abu Dzua’ib, dengan didampingi suaminya, Al-Haritz bin Abdul Uzza, yang berjuluk Abu Kabsyah, dari kabilah yang sama.

Halimah berkisah bahwa dia pergi meninggalkan daerah tempat tinggalnya bersama suaminya al-Harits bin Abdul ‘Uzza dan anaknya yang masih menyusu, yaitu Abdullah bin al-Harits. Sudah menjadi kebiasaan para wanita Bani Sa’ad mencari pekerjaan sebagai tukang menyusui bayi. Sehingga, ketika musim paceklik tiba dan mereka sudah tidak memiliki apa-apa lagi.

Halimah berkata, “Aku mempunyai keledai yang warnanya agak hijau dan unta betina yang sudah tua. Demi Allah, unta betina itu tidak menghasilkan susu setetes pun, sehingga kami setiap malam tidak dapat tidur, sebab bayi kami terus menangis karena lapar, air susuku tidak mencukupi, sedang air susu untaku tidak membuat aku kenyang, namun kami terus berharap untuk mendapatkan pertolongan dan kemudahan hidup.

Karena perjalanan yang sangat jauh, maka sampailah aku di Mekkah. Di Mekkah aku menawarkan jasa sebagai tukang menyusui bayi. Namun, tidak satu pun wanita yang menawarkan bayinya untuk disusukan kepadaku, kecuali satu orang saja, yaitu Aminah yang menawarkan Rasulullah Saw. Awalnya, aku tidak mau menerimanya, sebab dia itu yatim, sedang aku berharap mendapatkan bayi yang ayahnya masih ada (hidup). Sebab, kalau anak itu yatim, apa yang akan diperbuat oleh ibu dan kakeknya, aku tidak suka itu.

Melihat semua wanita dari Bani Sa’ad sudah mendapatkan bayi untuk disusuinya, kecuali aku, maka ketika kami hendak kembali, aku berkata kepada suamiku. ‘Demi Allah, aku tidak ingin pulang tanpa membawa bayi yang akan aku susui. Demi Allah, aku akan pergi mengambil bayi yatim itu. ‘Suamiku berkata, “Lakukanlah, mudah-mudahan Allah memberi kita berkah dengan adanya bayi itu.

Halimah berkata, “Aku pun pergi mengambil bayi yatim itu. Setelah aku ambil, aku gendong dia menuju kendaraanku. Ketika aku taruh dia dipangkuanku, maka air susuku menjadi deras, sehingga dia dan saudaranya dapat minum dengan puas, lalu keduanya tidur. Kami pun dapat merasakan tidur yang nyenyak yang tidak pernah kami rasakan sebelumnya. Dan ketika suamiku pergi melihat unta betina kami, maka ia mendapatinya sedang air susunya penuh. Lalu suamiku mengambil air susunya untuk kami minum bersama-sama hingga kami merasa puas dan kenyang. Itulah malam pertama yang kami lalui dengan penuh kebaikan dan kebahagiaan.”

Halimah berkata, “Ketika pagi suamiku berkata: ‘Ketahuilah! Hai Halimah, sungguh kamu telah mengambil manusia pembawa berkah.’ Aku berkata: ‘Demi Allah, memang itu yang aku harapkan.’

Kemudian kami pergi. Sedang aku dan bayi yatim yang aku bawa menunggang keledaiku. Demi Allah, keledaiku mampu menempuh perjalanan yang tidak dapat dilakukan oleh keledai-keledai yang lain, sehingga teman-temanku berkata kepadaku: “Hai anak perempuan Abi Duaib, lihatlah kami, tidakkah ini keledaimu yang kamu tunggangi sebelumnya? Aku berkata: tentu, keledai ini adalah keledai yang aku tunggangi sebelumnya.
Mereka berkata: “Demi Allah, keledaimu sekarang lain daripada yang lain”.

Tidak lama kemudian, kami pun sampai dirumah di daerah Bani Sa’ad. Tanah di daerah Bani Sa’ad merupakan tanah yang paling gersang yang ada di bumi Allah ini. Namun, ketika kami sampai dirumah, kami dapati kambing-kambing kami sudah kenyang dan putingnya penuh dengan susu, lalu memerasnya dan meminumnya. Sedang kambing-kambing tetanggaku tidak didapati setetespun air susu di putingnya. Sehingga mereka berkata kepada tukang gembalanya: “Gembalakanlah kambing-kambing ini dimana kambing-kambing anak perempuan Abi Duaib digembalakan." Meski demikian, kambing-kambing mereka pulang tetap dalam keadaan masih lapar dan putingnya tidak berisi air susu setetespun. Sedang kambing-kambing kami pulang dalam keadaan kenyang dan putingnya penuh dengan air susu.

Kami senantiasa mendapatkan tambahan kebaikan dari Allah hingga Muhammad berumur dua tahun dan aku menyapihnya. Muhammad mengalami pertumbuhan yang sangat cepat tidak seperti anak-anak yang lain. Ketika umurnya masih belum mencapai dua tahun dia sudah kelihatan sebagai anak yang kekar dan kuat. Kami kembalikan dia kepada ibunya. Padahal kami masih sangat ingin dia tinggal bersama kami, sebab kami melihat berkah yang ada padanya. Kami memohon pada ibunya, agar mengijinkan Muhammad tetap tinggal bersama kami hingga besar dan kuat, dan dia mengijinkannya. 

Dengan demikian kami yakin bahwa berita tentang Muhammad dan berkahnya terhadap keluarga rumah yang ditempatinya telah tersebar ke seluruh penjuru daerah (pedalaman). Tersebarnya berita itu dikuatkan dengan perintah para orang tua kepada para anaknya, “Gembalakanlah kambing-kambing kalian dimana kambing-kambing Halimah digembalakan." 

Ketika kambing-kambing mereka pulang keadaannya tetap seperti semula, sedang kambing-kambing Halimah pulang dalam keadaan kenyang. Melihat hal itu, pasti timbul dalam diri mereka beribu-ribu pertanyaan untuk mengetahui rahasianya. Sebab keadaan Halimah tidak mengalami perubahan, kecuali setelah masuknya anak ini (Muhammad) kedalam rumahnya.

Semua ini berpengaruh dalam menarik perhatian masyarakat pedalaman terhadap Muhammad Saw. sejak dini. Sehingga dia menjadi sorotan, yang suatu saat akan menjadi tiang penjaga ketika Muhammad menerima kepemimpinan umat ini. Sebab, orang-orang akan berkata: “Inilah orang yang telah kami ketahui berkahnya disaat masih kecil. Sehingga siapa yang akan menghalangi kami, jika kami bersamanya dikala dia sudah besar. Barangkali dia dapat mewujudkan kebaikan yang kami tidak mampu mewujudkannya..

Pada usia 5 tahun, beliau mengalami peristiwa pembelahan dada (Syaqqus Shadr). Suatu hari ketika beliau tengah bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba Malaikat Jibril menghampiri dan menyergap beliau. Lalu beliau dibaringkan, kemudian dadanya dibelah , lalu hatinya dimbil selanjutnya dikeluarkan segumpal darah darinya, seraya berkata : “Inilah bagian setan yang ada padamu”.

Kemudian hati tersebut dicuci di bejana emas dengan air zam-zam, setelah itu dikembalikan ke tempat semula.

Sementara itu teman-temannya melaporkan kejadian itu kepada Halimah seraya berkata :“Muhammad dibunuh... Muhammad dibunuh”. Maka mereka bergegas menghampiri tempat Muhammad, mereka mendapatinya dalam keadaan pucat pasi. Setelah itu Halimah sangat khawatir dan kemudian mengembalikan beliau kepada ibunya.

Setelah Nabi kembali kepangkuan Ibundanya,tak berapa lama ibunya Aminah mengadakan perjalanan ke Yastrib guna mengunjungi makam suaminya Abdullah,Ayah dari Nabi Muhammad SAW, disertai pembantunya Ummu Aiman mereka menempuh perjalanan sekitar 500km. Setelah menetap selama sebulan di Madinah, Aminah dan rombongannya siap-siap kembali ke Mekkah. Dalam perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa, yang terletak antara Makkah dan Madinah.Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib di Makkah, 

D. Masa Pengasuhan Abdul Muthalib Dan Abu Thalib

Setelah ibunya meninggal Muhammad di asuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib,hatinya bergetar oleh perasaan kasih sayang, yang tidak pernah dirasakannya sekalipun terhadap anaknya sendiri. Dia tidak ingin cucunya hidup sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan cucunya daripada anak-anaknya.

Pada usia delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari dari umur Rosulullah SAW, kakek beliau meninggal dunia di Makkah. Sebelum meninggal, Abdul Muthalib sudah berpesan menetapkan pengasuhan sang cucu kepada pamannya Abu thalib, saudara kandung bapak beliau.

Abu thalib melaksanakan hak saudaranya dengan sepenuhnya dan menganggap seperti anaknya sendiri. Bahkan Abu thalib lebih mendahulukan kepentingan beliau daripada anak-anaknya sendiri, mengkhususkan perhatian dan perhormatan. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 20 April 571 Masehi/12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau Amul Fiil .Disebut demikian karena pada tahun itu Raja Abrahah datang ke Mekah bersama bala tentaranya dengan menunggang gajah hendak menghancurkan Ka’bah.Tetapi atas kuasa Allah SWT Raja biadab itu beserta bala tentaranya hancur lebur dengan dikirim-Nya burung Ababil yang membawa batu dari Neraka.Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul Muthalib , sedang ibu Beliau bernama Aminah.

Sang Ayah wafat ketika Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan ( 6 bulan ). Sedang sang ibu wafat ketika Nabi Muhammad SAW berumur 6 tahun . Selanjutnya beliau diasuh oleh sang kakek yang bernama Abdul Muthalib , yang tidak lama langsung meninggal , ketika Nabi Muhammad SAW berumur 8 tahun . Setelah sang kakek yaitu Abdul Muthalib wafat , beliau diasuh pamannya yaitu Abu Thalib ,kasih sayang pamannya sangat besar karena Nabi Muhammad SAW memiliki sifat yang baik dan terpuji .

Sejak kecil hingga dewasa Nabi Muhammad SAW telah dikenal sebagai orang yang jujur,tidak pernah berkata kotor,tidak pernah berbohong,dan tidak pernah melakukan maksiat.

Karena kejujurannya dalam berkata dan bersikap itulah kemudian beliau diberi gelar al-Amin oleh kaumnya yang berarti “orang yang terpercaya”.
Pada usia 40 tahun saat Nabi Muhammad SAW sedang menyendiri atau bertahanuts atau berkhalwat atau bertapa di Gua Hiro . Beliau ingin mendekatkan diri kepada ALLAH SWT. Tepatnya pada tanggal 17 RAMADHAN , datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama yaitu surah / surat Al-Alaq ayat 1-5 .

 

 

B. Saran

Alhamdulillah, akhirnya makalah ini berhasil kami susun. Kami sadar dalam proses penyusunan hingga tersusunnya makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua, agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Terima Kasih. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hameed Siddiqui, The Life Muhammad, (Delhi: Righway Publication, 2001).

Abdul Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad Dawud, Ramalan Tentang Muhammad SAW, (Jakarta : PT. Mizan Publika, 2006)

Ajid Thohir, Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung: Pustaka Setia, 2004).

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997)

Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007).

Ja’far Al-Barzanji, AL-Maulid An-Nabawi, (Jakarta: Maktabah Sa’diyah. Tt.).

Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12).

Nayla Putri dkk, Sirah Nabawiyah. (Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008).

Abdul Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad Dawud, Ramalan Tentang Muhammad SAW, (Jakarta : PT. Mizan Publika, 2006) hal. 94

Muhammad Arsyad Thalib Lubis, Risalah Pelajaran Tarikh Riwayat Nabi Muhammad SAW, (Kandangan : Toko Buku Sahabat, 1 Muharam 1371 H/2 Oktober 1951 M) Hal. 42

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 9

Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12), hal. 49.

Abdul Hameed Siddiqui, The Life Muhammad, (Delhi: Righway Publication, 2001), 64.

Ajid Thohir, Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 62.

Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007) hal. 94

 


Tidak ada komentar: