FILSAFAT BARAT :
ABAD PERTENGAHAN
Abad pertengahan
merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominansi
agama Kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan
dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Jelas teologi lebih tinggi dibandingkan
dengan filsafat. Filsafat berfungsi melayani Teologi. Tapi bukan berarti bahwa
pengembangan nalar dilarang.
Dalam sejarah filsafat
barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode yakni masa patristik dan
masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa
keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting. Dibawah ini diuraikan
masing-masing tentang Zaman Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh
terpentingnya.
A. MASA PATRISTIK
1. Gambaran Umum
Patristik berasal dari
kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak. Yang
dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat
berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada
pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.
2. Tokoh-tokoh terpenting
Bapak Gereja terpenting
pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari
Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390),
Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita,
Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus, Justinus,
Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal
patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa,
Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa
patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah
pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa keemasan patristik
Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar Constatinus Agung tahin
313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen. Agustinus adalah seorang
pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa muda yang
hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah
tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya
yang terpenting adalah Confessiones (pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei
(tentang kota Allah).
Agustinus menentang
aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus
skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-ragu
itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia
ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus
berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku
berada.
Menurut Agustinus,
Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh
Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak
menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on
merupakan dasar atau materi segala sesuatu.
Filsafat patristik
mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur
tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan
masa patristik.
B. MASA SKOLASTIK
1. Gambaran Umum
Nama skolastik
menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam pengembangan
pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah filsafat mengalami
masa kevakuman karena situasi politik yang tidak stabil.
Sejak pemerintahan
Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih, Kegiatan intelektual mulai bersemi
kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat mendapat angin segar.
Masa Skolastik mencapai
puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini filsafat dikaitkan dengan
teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu. Patut diberi
catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat Yunani, karena inilah
faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan filsafat.
Masuknya filsafat
Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf arab yaitu Ibnu Sina atau
Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198) alias Averroes. Avicenna
berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme sedangkan
Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis komentar tentang pemikiran-pemikiran
Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang Komentator.
Kehadiran karya-karya
Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang yang berhadapan dengan
karya-karya nonkristen. Tugas filsafat dan teologi adalah mendamaikan alam
pikiran baru itu dengan ajaran Kristen, khususnya alam pemikiran Agustinus yang
mendominasi masa-masa sebelumnya.
2. Tokoh-tokoh terpenting
Tokoh-tokoh terpenting
pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus Eurigena
(810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142),
Bonaventura (1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281), Albertus Agung
(1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308),
Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).
Boethius adalah seorang
menteri pada pemerintahan Raja Theodorik Agung di Italia. Namun, ia dijebloskan
ke penjara karena dianggap sebagai komplotan. Dipenjara ia menulis buku yang
berjudul De Consolatione Philosophiae.
Johanes Scotus Eurigena
mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung. Anselmus adalah
seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya percaya
agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman
lebih dalam tentang Allah.
Petrus Abelardus
mempunyai jasa besar dalam etika dan logika. Dia ikut memberikan pendapat yang
sangat berharga menyangkut perdebatan di masa itu tentang Universalia
(konsep-konsep umum), antara kelompok penganut Realisme dan Nominalisme.
Ibn Sina (Avicenna)
berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme. Dia menganut
ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan dunia secara
tidak langsung melalui intelek aktif yang berasl dari intelek pertama.
Ibn Rushd (Averroes) ia
dijuluki Sang Komentator. Dia mengajarkan monopsikisme yaitu pandangan bahwa
jiwa adalah milik bersama umat manusia.
Bonaventura adalah
biarawan ordo fransiskan yang menjadi professor di paris, dan pernah dipercaya
memimpin ordo tersebut. Siger dari Brabant adalah mahaguru di fakultas sastra
diparis.
Albertus Agung adalah
seorang biarawan ordo dominikan, dan pernah menjadi mahaguru di sejumlah
universitas di Jerman dan Paris.
Thomas Aquinos dijuluki
pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo dominikan, mengajar di
Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat bahwa filsafat harus
mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia Est Ancilla
Theologiae.
Manusia dapat mengenal
Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya melalui ciptaan-ciptaan.
Thomas membuktikan adanya Allah melalui rangkaian argumentasi yang dikenal
dengan Quinqae Viae (Lima Jalan) yaitu
Ø Gejala
adanya perubahan atau gerak
Ø Gejala
sebab dan akibat
Ø Gejala
kontingensi
Ø Adanya
hierarki kesempurnaan
Ø Finalitas
dunia
Manusia terdiri dari
tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan materinya. Keduannya
tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu substansi.
Johanes Duns Scotus
adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia mengikuti ajaran Aristoteles dan
Bonaventura.
William Ockham adalah
seorang biarawan ordo fransiskan. Ia dianggap pemikir bermasalah di gereja, di
bidang filsafat ajarannya bercorak empiristis.
Nicholaus Cusanus
adalah uskup dan kardinal. Meskipun dipercaya mampu memangku tugas kegerejaan,
Nicholaus dikenal sebagai ilmuwan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar