BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang
matematika sebenarnya sudah bisa diperkenalkan pada anak sejak usia dini (usia
lahir-6 tahun). Pada anak-anak usia di bawah tiga tahun, konsep matema-tika
ditemukan setiap hari melalui pengalaman bermainnya. Misalnya saat membagikan
kue kepada setiap temannya, menuang air dari satu wadah ke wadah lain,
mengumpulkan manik-manik besar dalam satu wadah dan manik-manik yang lebih
kecil pada wadah yang lain, atau bertepuk tangan mengkuti pola irama.
Matematika adalah sesuatu
yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan matematika di PAUD
adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui aktifitas bermain
dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah.
Anak taman kanak-kanak
adalah anak yang berada dalam rentang usia 4-6 tahun. Anak pada usia ini
merupakan sosok individu
yang sedang berada
dalam proses perkembangan.
Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan belajar menguasai tingkat yang
lebih tinggi dari aspek-aspek yang meliputi gerakan, berpikir, perasaan, dan
interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan
hidupnya.
Dalam proses pembelajaran
di taman kanak-kanak, metode yang paling efektif dalam pembelajaran adalah
metode bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Namun perlu diingat,
walaupun dunia anak adalah dunia bermain, ada beberapa materi pelajaran dalam
proses pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak usia taman kanak-kanak, salah
satunya adalah pembelajaran matematika seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Pembelajaran matematika di taman kanak-kanak meliputi pengenalan
angka, pengenalan membilang, dan pengenalan bangun-bangun geometri. Oleh karena
itu diperlukan suatu media pembelajaran yang mampu mengaktualisasikan semua
aspek-aspek pembelajaran matematika dalam proses belajar mengajar, namun tetap
sesuai dengan keadaan psikologis anak pada usia taman kanak-kanak.
B.
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan Pengertian
Berhitung
2.
Jelaskan tujuan
Pembelajaran Berhitung
3.
Bagaimana Pembelajaran Matematika Bagi Anak
Usia Dini
4.
Bagaimana Konsep-konsep yang bisa dipahami
anak usia dini
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
Pengertian Berhitung
2.
Untuk mengetahui tujuan pembelajaran
berhitung
3.
Untuk mengetahui
pembelajaran matematika bagi anak usia dini
4.
Untuk mengetahui
konsep-konsep yang bisa dipahami anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN
A. . Pengertian Berhitung
Dalam pembelajaran permainan
berhitung pemula di taman kanak- kanak (2000:1) dijelaskan bahwa berhitung
merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan
keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan
matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Pengertian kemampuan berhitung
permulaan menurut Susanto (2011:98) adalah kemampuan yang dimiliki setiapanak untuk
mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari
lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan
kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang
berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan. Lebih lanjut Moris Kline (dalam
Yusuf, 2005:204) mengungkapkan bahwa hampir smeua cabang matematika yang
berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada berhitung.
Ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara berbagai proyek, kejadian dan waktu. Bahasa itu
terbentuk oleh lambang/simbol yang mempunyai arti, bersifat konsisten dan
deduktif. Dengan simbol yang sangat sederhana, misalnya “+”, dikandung makna
yang sama bagi setiap orang yang menggunakannya, yaitu konsep tentang
penjumlahan.
Dari pengertian berhitung di atas,
dapat disimpulkan bahwa berhitung merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
anak dalam hal matematika seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang
dan mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan keterampilan yang sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan juga dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan
dasar bagi anak.
B. Tujuan Pembelajaran Berhitung
Tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak,
yaitu secara umum berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak adalah untuk
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak
akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang
lebih kompleks. Sedangkan secara khusus dapat berpikir logis dan sistematis
sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit gambar-gambar atau
angka-angka yang terdapat di sekitar, anak dapat menyesuaikan dan melibatkan
diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan
kemampuan berhitung, ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang
lebih tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan.
Menurut
Piaget (dalam Suyanto, 2005:161) menyatakan bahwa:
“Tujuanpembelajaranmatematikauntukanakusiadinisebagailogicomathematical
learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang
menyenangkan dan tidak rumit. Jadi tujuannya bukan agar anak dapat menghitung
sampai seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan penggunaannya
untuk berpikir.” Jadi dapat disimpulkan tujuan dari pembelajaran berhitung di
Taman Kanak-Kanak, yaitu untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis sejak
dini dan mengenalkan dasar- dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya
nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang
selanjutnya yang lebih kompleks.
Keberhasilan
dalam tujuan pembelajaran berhitung sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan
dan belajar. Apabila anak sudah menemukan masa peka (kematangan) untuk
berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap untuk segera memberikan
layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan
dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di
jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang di terima
dari lingkungan. Contohnya: Ketika guru menjelaskan konsep satu dengan
menggunakan benda (satu buah apel), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang
memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/
rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan
berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih
efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Di
yakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia
pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuannya. (Murdjito,
2007)
C. Pembelajaran Matematika bagi AUD
Menurut
Depdiknas (2000:8) mengemukakan prinsip-prinsip dalam menerapkan permainan
berhitung di Taman Kanak-kanak yaitu, permainan berhitung diberikan secara
bertahap, diawali dengan menghitung benda- benda atau pengalaman peristiwa
konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan melalui
tingkat kesukarannya, misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan
dari sederhana ke yang lebih kompleks. Permainan berhitung akan berhasil jika
anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan
masalah-masalahnya sendiri, Permainan behitung membutuhkan suasana menyenangkan
dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat
peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan
bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan. Selain itu bahasa yang
digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana
dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar.
Lebih
lanjut Yew (dalam Susanto, 2011:103) mengungkapkan beberapa prinsip dalam
mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya membuat pelajaran yang
menyenangkan, mengajak anak terlibat secara langsung, membangun keinginan dan
kepercayaan diri dalam menyesuaikan berhitung, hargai kesalahan anak dan jangan
menghukumnya, fokus pada apa yang anak capai. Pelajaran yang mengasyikan dengan
melakukan aktivitas yang menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan
sehari-hari.
Dari
prinsip-prinsip berhitung di atas, dapat disimpulkan prinsip- prinsip berhitung
untuk anak usia dini yaitu pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh
anak didik melalui bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap,
menyenangkan bagi anak didik dan tidak memaksakan kehendak guru dimana anak
diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau terlibat langsung menyelesaikan
masalah-masalahnya. Depdiknas (2000:7) mengemukakan bahwa berhitung di Taman
Kanak- Kanak seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung,
yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan lambang.
Konsep
adalah Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan
peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bilangan.
Masa Transisi adalah Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari
pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda konkrit
itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan
guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang
secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu dengan
menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain
yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu
itu.
Piaget
(Suyanto S 2005:160) Mengungkapkan bahwa matematika untuk anak usia dini tidak
bisa diajarkan secara langsung. Sebelum anak mengenal konsep bilangan dan
operasi bilangan, anak harus dilatih lebih dahulu mengkonstruksi pemahaman
dengan bahasa simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana (simple
abstraction) yang dikenal pula dengan abstraksi empiris. Kemudian anak dilatih
berpikir simbolik lebih jauh, yang disebut abstraksi reflektif (reflectife
abstraction). Langkah berikutnya ialah mengajari anak menghubungkan antara
pengertian bilangan dengan simbol bilangan. Burns & Lorton (Sudono A, 2010:
22) menjelaskan lebih terperinci bahwa setelah konsep dipahami oleh anak, guru
mengenalkan lambang konsep. Kejelasan hubungan antara konsep konkrit dan
lambang bilangan menjadi tugas guru yang sangat penting dan tidak tergesa-gesa.
Sedangkan Lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang
7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk meng- gambarkan konsep
warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk
menggambarkan konsep bentuk. Burns & Lorton (Sudono A, 2010:22)
mengungkapkan bahwa pada tingkat ini biarkan anak diberi kesempatan untuk
menulis lambang bilangan atas konsep konkrit yang telah mereka pahami. Berilah
mereka kesempatan yang cukup untuk menggunakan alat konkrit hingga mereka
melepaskannya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa berhitung di Taman Kanak-Kanak
dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep,
masa transisi, dan lambang.
oleh Jamaris (2006:44) bahwa
kemampuan konversi anak pada fase pra operasional dapat dibagi ke dalam tiga
tahap, yaitu:
a) Kemampuan untuk memikirkan bahwa benda-benda tertentu dapat berubah sesuai
dengan bentuk dan tempat dimana benda itu ditempatkan,
b) Kemampuan untuk mengembangkan ide, bahwa ada benda yang tidak berubah
walaupun disusun atau ditempatkan secara berbeda, dan
c) Kemampuan untuk mempertahankan pendapatnya bahwa volume suatu benda tidak
berubah walaupun dilakukan manipulasi terhadap benda tersebut.
Pengembangan
kemampuan dasar menghitung dapat dilakukan dengan membiasakan anak berinteraksi
dengan siatuasi yang berkaitan dengan kegiatan menghitung, yaitu:
a) Hari ini, hanya empat anak yang dapat bermain dengan balok kecil,
b) Menghitung kehadiran anak di sekolah,
c) Memilih empat anak untuk membeli ikan baru untuk aquarium,
d) Menata meja dengan satu piring, satu gelas dan satu serbet makan,
e) Memperkirakan berapa kali anak dapat melompat,
f) Melakukan permainan yang mengandung giliran,
g) Mencocokkan jumlah benda dengan angkanya, dan
h) Menuliskan angka sesuai dengan jumlah bendanya.
Berdasarkan
tahapan penguasaan berhitung di atas, maka untuk memudahkan guru dalam
mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui permainan berhitung dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan, sebagai berikut:
a) Pendekatan berdasarkan teori perkembangan kognitif Pengajaran berhitung
haruslah disesuaikan dengan tahapan perkembanagan anak yaitu tahap sensorimotor
(0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun), pengajaran berhitung yang tidak
disesuaikan dengan tahapan peerkembangan kognitif anak tidak hanya menyebabkan
anak mengalami kesulitan tetapi juga menghambat perkembangan kognitif
berikutnya. Oleh karena itu guru harus memiliki pemahaman yang cukup banyak
mengenai teori perkembangan kognitif.
b) Pendekatan belajar tuntas
Pendekatan ini menekankan pada pengajaran berhitung melalui pembelajaran langsung
(direct instruction) dan terstruktur, ada enam
langkah
yang biasanya ditempuh dalam pendekatan belajar tuntas, yaitu:
1) menentukan sasaran atau tujuan pembelajaran khusus,
2) menguraikan langkah-langkah kecil yang diperlukan untukmencapai tujuan,
3) menentukan langkah-langka yang telah dikuasai oleh anak,
4) mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan,
5) melaksanakan kegiatan pembelajaran,
6) mengevaluasi keberhasilan belajar anak.
c)
pendekatan ini berupaya membantu anak untuki mengembangkan strategi belajar
meta kognitif yang mnegarahkan agar anak memahami proses belajar sendiri,
melalui pendekatan ini anak diajak untuk memantau pikirannya sendiri, sebagai
suatu metode untuk mengingkatkan kemampuan berfikir dan memproses informasi.
Contoh: anak bertanya “apa yang hilang?” atau bertanya “apakah harus
menjumlahkan atau mengurangkan?” mungkin anak juga akan memberi komentar “oh,
saya pernah mengerjakan soal semacam ini tapi keliru” atau “saya harus
menggambarkan ini dikertas supaya dapat melihat apa yang hilang”.
d)
Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan ini menekankan pada pengajaran untuk berfikir tentang cara
memecahkan masalah dan pemrosesan informasi. Dalam menghadapi soal berhitung,
terutama soal dalam bentuk cerita, anak harus melakukan analisis dan
interprestasi informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan
keputusan. (Yusuf, 2005: 217-220)
Dengan
demikian, pembelajaran matematika bagi anak usia dini memberi manfaat yang
sangat besar bagi perkembangan anak selanjutnya. Menurut Suyanto, S (2005:57)
manfaat utama pengenalan matematika, termasuk di dalamnya kegiatan berhitung
ialah mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi
otak untuk berpikir logis dan matematis. Permainan matematika menurut Siswanto
(2008:44) mempunyai manfaat bagi anak-anak, dimana melalui berbagai pengamatan
terhadap benda disekelilingnya dapat berfikir secara sistematis dan logis,
dapat beradaptasi dan menyesuiakan dengan lingkungannya yang dalam keseharian
memerlukan kepandaian berhitung. Memiliki #149
Apresiasi,
konsentrasi serta ketelitian yang tinggi. Mengetahui konsep ruang dan waktu.
Mampu memperkirakan urutan sesuatu. Terlatih, menciptakan sesuatu secara
spontan sehingga memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Anak-anak yang
cerdas matemati-logika anak dengan memberi materi-materi konkrit yang dapat
dijadikan bahan percobaan. Kecerdasaan matematika–logika juga dapat ditumbuhkan
melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Oleh
karena itu, guru harus dapat menjawab pertanyaan anak dan memberi penjelasan
logis, selain itu guru perlu memberikan permainan-permainan yang memotivasi
logika anak. Menurut sujiono (2008:11.5) permainan matematika yang diberikan
pada anak usia dini pada kegiatan belajar di TK bermanfaat antara lain, pertama
membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang benar, menarik dan
menyenangkan. Kedua, menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal.
Ketiga, membantu anak belajar secara alami melalui kegiatan bermain. Permainan
matematika yang diberikan pada anak usia dini pada kegiatan belajar di Taman
Kanak- kanak bermanfaat antara lain, pertama membelajarkan anak berdasarkan
konsep matematika yang benar, menarik dan menyenangkan. Kedua, menghindari
ketakutan terhadap matematika sejak awal. Ketiga, membantu anak belajar secara
alami melalui kegiatan bermain.
A.
Konsep-konsep yang bisa dipahami anak usia dini
Konsep-konsep
tersebut antara lain:
1.
Bilangan
Salah
satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak adalah pengembangan
kepekaan bilangan. Peka terhadap bilangan berarti tidak sekedar menghitung.
Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman
kesesuaian satu lawan satu. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak-anak
berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung. Menghitung
ini menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan.
2.
Aljabar
Menurut
NTCM (2000), pengenalan aljabar dimulai dengan menyortir, menggolongkan,
membandingkan, dan menyusun benda-benda menurut bentuk, jumlah, dan sifat-sifat
lain, mengenal, menggambarkan, dan memperluas pola akan memberi sumbangan
kepada pemahaman anak-anak tentang penggolongan.
3. Pola-pola
Mengidentifikasi
dan menciptakan pola dihubungkan dengan penggolongan dan penyortiran. Anak
mulai melihat atribut-atribut yag sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda.
Anak-anak senang membuat pola di lingkungan mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembelajaran permainan berhitung pemula
di taman kanak- kanak (2000:1) dijelaskan bahwa berhitung merupakan bagian dari
matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang
merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan
untuk mengikuti pendidikan dasar.
Dari pengertian berhitung di atas, dapat
disimpulkan bahwa berhitung merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak
dalam hal matematika seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan
mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan keterampilan yang sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan juga dasar bagi pengembangan
kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar bagi
anak.
Keberhasilan
dalam tujuan pembelajaran berhitung sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan
dan belajar. Apabila anak sudah menemukan masa peka (kematangan) untuk
berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap untuk segera memberikan
layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan
dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di
jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang di terima
dari lingkungan. Contohnya: Ketika guru menjelaskan konsep satu dengan
menggunakan benda (satu buah apel), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang
memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/
rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan
berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih
efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Di
yakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia
pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
B. Saran
Untuk
mengembangkan pembelajaran berhitung pada anak usia dini bisa di lakukan dengan
mudah di rumah. Orang tua hanya perlu
melatih anak secara berkala. Beberapa orang tua mungkin bertanya kenapa harus
dilatih sejak usia dini. Hal ini dikarenakan adanya bantuan orang tua, anak
bisa lebih mudah dan tahu mana pembelajaran yang sebaiknya digunakan.
Sebagai
orang tua pastinya ingin melihat anak bisa tumbuh dengan baik. Oleh karena itu
kita sebagai calon guru nanti bisa melatih kemampuan mengembangkan pembelajaran
berhitung .
DAFTAR PUSTAKA
https://www.asikbelajar.com/hakikat-dan-konsep-permainan-matematika-pada-aud/
https://sitisaodahrrossy2.blogspot.com/2017/01/makalah-matematika-aud.html
(http://widjajaedu.wordpress.com/2008/08/31/meningkatkan-kreatifitas-guru-melalui-penggunaan-media-pembelajaran-kubus-multiguna-di-taman-kanak-kanak-erni-hailitik-oepura/),
diakses 28 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar